Virus Corona
Meski Tanpa Gejala, Pasien Covid-19 Bisa Alami Masalah Serius saat Isolasi Mandiri, Kenali Risikonya
Pasien Covid-19 gejala ringan atau orang tanpa gejala (OTG) perlu tetap waspada ketika menjalani isolasi mandiri.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Pasien Covid-19 gejala ringan atau orang tanpa gejala (OTG) perlu tetap waspada ketika menjalani isolasi mandiri.
Meski tanpa gejala, tetapi bukan berarti golongan tersebut terbebas dari bahaya Covid-19.
Dilansir dari National Geographic, sebuah penelitian di Jepang mengonfirmasi jika pasien Covid-19 yang tanpa gejala masih bisa mengalami masalah kesehatan yang serius.
Baca juga: Bantu Jaga Sistem Imun saat Isoman Covid-19, 6 Herbal Ini Juga Punya Khasiat Sehatkan Jantung
Baca juga: Jika Terinfeksi Covid-19, Coba Lakukan Tips Ini untuk Menjaga Kesehatan Jantung saat Isolasi Mandiri
Sebuah penelitian dilakukan terhadap 104 pasien Covid-19 yang dikarantina, dan 76 di antaranya tetapi tidak menunjukkan gejala.
CT scan menunjukkan bahwa 54 persen memiliki kelainan paru-paru, bintik abu-abu tidak merata yang dikenal sebagai ground glass opacity yang menandakan penumpukan cairan di paru-paru.
Studi terkait kemungkinan kesehatan pasien Covid-19 tanpa gejala tersebut kini diterbitkan di Annals of Internal Medicine.
"Hasil pemindaian CT ini mengganggu, jika dikonfirmasi, temuan ini menunjukkan bahwa tidak adanya gejala mungkin tidak berarti tidak adanya bahaya,” tulis Topol, pendiri dan direktur Institut Penelitian Scripps, dalam ulasan di jurnal tersebut.
Satu studi baru-baru ini memperkirakan bahwa 35 persen yang dari semua infeksi Covid-19 merupakan pasien tanpa gejala.
Jika 54 persen merupakan angka pasti dari kerentanan orang tanpa gejala, itu merupakan hasil yang mengejutkan.
Karena itu dia menganjurkan agar pasien Covid-19 yang tidak memiliki gejala mendapatkan pemeriksaan menyeluruh, agar data yang didapat bisa lebih pasti.
Baca juga: Jadi Efek Samping Vaksin, Miokarditis Juga Alasan untuk Jangan Olahraga Berat saat Isoman Covid-19
“Itulah mengapa penting untuk mengetahui apakah ini kerentanan,” kata Topol.
Sayangnya, Topol mengatakan dia belum melihat penelitian lebih lanjut yang menyelidiki kelainan paru-paru pada orang tanpa gejala dalam lebih dari satu setengah tahun sejak kasus Diamond Princess pertama kali didokumentasikan.
Dia berpendapat bahwa penyakit tanpa gejala belum mendapat perhatian yang seharusnya.
Kemungkinan itu karena kesibukan para ahli di tengah perlombaan untuk mengobati penyakit parah dan mengembangkan vaksin untuk mencegahnya.
Akibatnya, sebagian besar ilmuwan masih belum mengetahui konsekuensi potensial dari infeksi tanpa gejala atau berapa banyak orang yang menderita akibat tersebut.
Bisa jadi, penyintas Covid-19 yang mengalami penyakit setelahnya khususnya paru-paru tidak akan dikaitkan dengan Coovid-19.
Di mana itu bisa jadi merupakan penyebab utamanya.
“Mungkin ada sekelompok orang di luar sana yang memiliki penyakit tanpa gejala tetapi tidak pernah diuji sehingga mereka tidak tahu bahwa mereka mengidap Covid pada saat itu,” kata Ann Parker, asisten profesor kedokteran di Johns Hopkins dan spesialis perawatan long Covid.
Selain masalah paru-paru, beberapa bukti bahwa penyakit tanpa gejala dapat menyebabkan masalah kesehatan lain di antara sejumah orang.
Termasuk pembekuan darah, kerusakan jantung, gangguan peradangan misterius, dan long Covid sindrom.
Dia juga menyebut jika long Covid, bahkan bisa terjadi pasca mereka sembuh, jadi bukan sebagai gejala yang menetap melainkan gejala pasca-Covid.
Itu bisa menimbulkan berbagai gejala mulai dari kesulitan bernapas hingga kabut otak.
Masalah yang dikhawatirkan pada pasien tanpa gejala diantaranya adalah peradangan jantung dan pembekuan darah.
Sama seperti pemindaian yang mengungkap adanya masalah paru-paru, pemindaian dada juga menunjukkan kelainan pada jantung dan darah orang dengan infeksi tanpa gejala.
Thrombosis Journal dan publikasi lainnya telah menggambarkan beberapa kasus pembekuan darah di ginjal, paru-paru, dan otak orang yang tidak memiliki gejala apa pun.
Ketika gumpalan seperti gel ini tersangkut di pembuluh darah, mereka mencegah organ mendapatkan darah yang dibutuhkan untuk berfungsi, yang dapat menyebabkan kejang, stroke, serangan jantung, dan kematian.
Sayangnya kasus ini juga tidak dipahami dengan begitu baik.
Angka kasus yang sedikit dan ketidaktahuan apakah pasien tersebut memiliki komorbid atau riwayat penyakit sebelumnya, juga menjadi soal.
Tetapi penelitian tersebut telah mengingatkan bahwa itu berkaitan dengan Covid-19 dan mungkin terjadi meski pasien tidak mengalami gejala.
Studi yang dibuat oleh Saurabh Rajpal, seorang ahli kardiovaskular dan spesialis penyakit di Ohio State University, Amerika Serikat makin meyakinkan temuan yang ada.
Penelitiannya juga menunjukkan bahwa infeksi tanpa gejala dapat menyebabkan kerusakan pada jantung.
Pada bulan Mei, pemindaian MRI jantung terhadap 1.600 atlet perguruan tinggi yang telah dites positif Covid-19 mengungkapkan bukti miokarditis, atau radang otot jantung pada 37 orang, dan 28 di antaranya tidak memiliki gejala apa pun.
Miokarditis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri dada, jantung berdebar, dan pingsan, tetapi terkadang tidak menimbulkan gejala sama sekali.
"Sementara para atlet dalam penelitian ini tidak menunjukkan gejala, perubahan pada MRI mirip atau hampir sama dengan mereka yang memiliki miokarditis klinis atau gejala," tulis Rajpal.
Meskipun mengkhawatirkan, tetapi miokarditis bisa memiliki beberapa derajat keparahan.
Ada kemungkinan bahwa miokarditis dapat sembuh dari waktu ke waktu, dan mungkin bahkan sebelum pasien mengetahui bahwa mereka mengidapnya.
Tetapi karena tes dilakukan kepada para altet, menambah kekhawatiran khusus.
Karena diketahui jika miokarditis akan bertambah parah jika pasien menjalani olahraga, terutama olahraga berat. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)