Breaking News:

Terkini Daerah

Marak Mural Berbau Kritik terhadap Pemerintah Dihapus, Sudjiwo Tedjo: Nempelnya di Kenangan

Budayawan Sudjiwo Tedjo turut buka suara soal heboh mural berisi kritik kepada pemerintah yang telah dihapus di sejumlah daerah.

Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Atri Wahyu Mukti
YouTube Karni Ilyas Club
Budayawan Sudjiwo Tedjo dalam kanal YouTube Karni Ilyas Club, Sabtu (23/1/2021). Terbaru, Sudjiwo mengomentari soal ramai mural kritik pemerintah dihapus. 

TRIBUNWOW.COM - Budayawan Sudjiwo Tedjo turut buka suara soal heboh mural berisi kritik kepada pemerintah yang telah dihapus di sejumlah daerah.

Dilansir TribunWow.com, Sudjiwo justru memertanyakan fungsi media sosial (medsos) saat ini.

Pasalnya, di saat medsos sudah banyak digunakan, banyak seniman yang memilih mengkritik pemerintah lewat mural.

Hal itu diungkap Sudjiwo dalam kanal YouTube tvOneNews, Jumat (27/8/2021).

Mural Presiden Jokowi bertuliskan 404:Not Found di Batuceper, Kota Tangerang, Banten.
Mural Presiden Jokowi bertuliskan 404:Not Found di Batuceper, Kota Tangerang, Banten. (Tribunnews.com/Istimewa)

Baca juga: Wajahnya Ramai Dijadikan Mural 504 Error dan Meme King of Penjilat, Begini Reaksi Ngabalin

Baca juga: Viral Mural Mirip Dirinya Bertuliskan 504 Error, Ali Mochtar Ngabalin: Otak Saya Masih Normal

Sudjiwo mengatakan penghapusan mural tersebut tak akan menghilangkan keluhan masyarakat pada pemerintah.

"Kalau masih dihapus aku akan kasih tahu bahwa ada paradigma yang salah," ujar Sudjiwo.

"Justru menghapus seuatu yang fisik justru nempelnya di kenangan."

Sebagai perumpamaan, Sudjiwo pun menceritakan kisah keluarganya.

Ia menyebut menghapus suatu benda tak akan menghilangkan kenangan terhadap benda itu.

"Dulu bapak saya waktu kakak saya nikah foto mantan-mantannya disuruh bakar," katanya.

"Waktu anak saya nikah enggak, karena begitu kamu menghapus foto-foto mantanmu malah nempel."

"Maka aku bilang kenapa harus dihapus?"

Hal serupa juga terjadi dalam penghapusan mural berisi kritik terhadap pemerintah.

Sudjiwo kemudian memertanyakan soal fungsi medsos saat banyak warga yang justru mengkritik pemerintah lewat mural.

"Begitu dihapus 'Tuhan kami lapar' dan 'Menjadi sehat di negara yang sakit' itu nempel (di otak)," ujar Sudjiwo.

"Dulu sebelum ada medsos orang nulisnya graviti. Sekarang ketika ada medsos orang masih butuh mural berarti ada sesuatu yang terjadi."

"Ini ada apa? Sudah ada saluran, kan medsos dibikin karena daya tampung rumah sakit jiwa terbatas," tandasnya.

Baca juga: Soal Mural, Jokowi Cenderung Santai tapi Istana Minta Warga Hormati Presiden Layaknya Orangtua

Baca juga: Mural Jokowi Dihapus, Sudjiwo Tedjo: Mural Bisa Dihapus, tapi Tuhan aku lapar Semakin Nempel

Simak videonya berikut ini mulai menit ke-5.15:

Kata Ngabalin

Di sisi lain, debat sengit terjadi antara Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dan pengamat politik Said Didu.

Hal itu terjadi saat membahas mengenai penghapusan mural kritik terhadap pemerintah oleh aparat Satpol PP dan Kepolisian.

Menurut Said Didu, aparat semestinya tidak perlu gusar dan gegabah menghapus setiap kritik yang digambar untuk menyuarakan isi hati rakyat.

Baca juga: Fakta Viral Mural Jokowi, Ternyata Ini Asal Usul Kata 404: Not Found dan Artinya Menurut Roy Suryo

Pasalnya, pemerintah dalam hal ini Presiden menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah anti kritik.

"Saya berkali-kali mendengar presiden 'Terima kasih kepada pengkritik saya', tapi berkali-kali saya melihat perlakuan aparat berbeda dengan presiden," Said Didu dikutip TribunWow.com dari Catatan Demokrasi tvone, Rabu (18/8/2021).

"Kemungkinan besar aparatnya bandel atau ada dua arahan, atau aparatnya juga melihat kalau menjilatnya lebih panjang maka pangkatnya lebih cepat naik."

"Saya tidak menuduh, siapa tahu ada yang berpendapat seperti itu," sambungnya.

Menanggapi hal tersebut, Ali Ngabalin seolah naik pitam.

Pasalnya, penghapusan mural yang tak berizin memang menjadi kewajiban aparat.

Ia geram lantaran hal itu selalu dihubungkan seolah ada perintah dari pusat.

Terlebih, Said Didu sampai menyinggung mengenai kemungkinan aparat yang menjilat kepada pemerintah.

Baca juga: Mural Jokowi 404: Not Found Tak Langgar Undang-Undang, Stafsus: Berujung Tindakan Melawan Hukum

Baca juga: Fakta Viral Mural Jokowi 404: Not Found, Dianggap Lecehkan Lambang Negara hingga sang Pembuat Diburu

"Pernyataan Pak Said Didu harus segera dibantah, karena kalau tidak segera ditimpa, anda punya pernyataan yang menyesatkan rakyat Indonesia," kata Ali Ngabalin.

"Sebagai orang yang 30 tahun ada di pemerintahan dan sekarang keluar, itu menurut saya tidak benar."

Said Didu coba membantah lagi Ali Ngabalin.

Namun, ia tidak diberi kesempatan dan terus dicecar.

Menurut Ngabalin, pernyataan Said Didu jelas menyesatkan dan seolah menggiring stigma negatif terhadap citra aparat.

"Negara ini harus aman, situasi keamanan dan ketertiban adalah tanggung jawab polisi, bagaimana mungkin tindakan polisi kemudian anda menuduh bahwa untuk menjilat pada pengusa, kepada presiden? Jangan begitu dong," kata Ali Ngabalin.

"Saya menyatakan, siapa tahu ada yang berpendapat seperti itu."

"Tidak boleh anda bersilat lidah seperti itu, saya tidak setuju," tegasnya. (TribunWow.com)

Baca artikel lain terkait

Tags:
Sudjiwo TedjoJoko WidodoJokowiMural
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved