Breaking News:

Virus Corona

Harga Tes PCR Indonesia Nyaris 10 Kali Lipat Lebih Mahal Dibanding India, Begini Kata Kemenkes

Kemenkes siap mengevaluasi harga tes PCR yang kini dianggap masih terlalu mahal, Jumat (14/8/2021).

Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Tiffany Marantika Dewi
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Ilustrasi/Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan swab test Covid-19 di Pasar Bogor, Selasa (12/5/2020). Kementerian Kesehatan akan mengevaluasi harga tes PCR yang kini dianggap masih terlalu mahal, Jumat (14/8/2021). 

TRIBUNWOW.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan akan melakukan evaluasi terkait harga tes polymerase chain reaction (PCR).

Pasalnya, harga tes PCR di Indonesia dinilai masih sangat mahal.

Terlebih bila dibandingkan dengan negara tetangga, India.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam dialog Update Percepatan Vaksinasi Covid-19 yang ditayangkan dalam Youtube FMB9ID_IKP pada Selasa (27/7/2021). Dia menegaskan bahwa seluruh vaksin yang ada di Indonesia efektif untuk melawan semua varian. Covid-19
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam dialog Update Percepatan Vaksinasi Covid-19 yang ditayangkan dalam Youtube FMB9ID_IKP pada Selasa (27/7/2021). Dia menegaskan bahwa seluruh vaksin yang ada di Indonesia efektif untuk melawan semua varian. Covid-19 (Youtube FMB9ID_IKP)

Baca juga: Kronologi 2 Jasad Pasien Covid-19 Tertukar karena Namanya Sama, 1 Jenazah Sudah Terlanjur Dimakamkan

Belakangan perhatian publik menyoroti harga tes PCR di India hanya dibandrol Rp96 ribu.

Sementara di Indonesia harga tes PCR berkisar Rp800 ribu - Rp1 jutaan atau rerata Rp900 ribu.

Merespons hal tersebut, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi angkat bicara.

Pihaknya memastikan Kemenkes terbuka terhadap masukan dan akan melakukan evaluasi.

"Kita Kementerian Kesehatan akan sangat terbuka atas masukan dan bila perlu evaluasi terkait ini (harga tes PCR)," ujar Siti Nadia Tarmizi saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Sabtu (14/8/2021).

Ia menegaskan, harga tes PCR sebenarnya telah diatur dalam Surat Edaran Kemenkes.

Adapun penetapan harga eceran tertinggi (HET) swab mandiri telah melalui konsultasi dan pertimbangan dari berbagai pihak termasuk penyedia maupun auditor.

"Sudah ada penetapan batas tertinggi pemeriksaan PCR ini dan sudah dilakukan juga konsultasi dengan para pihak baik dari para peneydia maupun auditor," ungkapnya.

Baca juga: Bukan Obat Covid-19, Ini 3 Fakta Susu dalam Kesehatan, Tetap Baik Dikonsumsi saat Isolasi Mandiri

Baca juga: Penelitian di Inggris Buka Kemungkinan Isolasi Mandiri Covid-19 Hanya 5 Hari, Ini Alasannya

Kata Eks Direktur WHO

Berkaca pada India, perbedaan selisih harga mencapai 10 kali lipat itu memang menyita sorotan sejumlah pihak.

Tak ayal bila kemudian sebagian menilai bahwa mahalnya harga tes PCR jga menjadi faktor penyebab rendah dan lambannya proses testing serta tracing Covid-19 di Indonesia.

Diberitakan TribunKeshatan, Eks Direktur WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama meminta adanya penelusuran mendalam mengenai tingginya biaya tes PCR.

Berdasarkan penuturan seorang temannya, Tjandra menyampaikan bahwa ada kemungkinan pemerintah India memberikan subsidi terkait biaya tes PCR.

Hal itu mungkin saja terjadi sebagai bagian penanggulangan pandemi Covid-19.

"Juga mungkin karena ada fasilitas keringanan pajak, yang saya tidak punya informasi yang pasti tentang hal itu.

Baca juga: Baik Dikonsumsi Pasien Covid-19 saat Isolasi Mandiri, Ini 5 Manfaat Probiotik bagi Kesehatan

Baca juga: Cegah Kematian Gejala Berat, WHO Lakukan Uji Klinis 3 Obat Baru untuk Pengobatan Pasien Covid-19

"Banyak juga dibicarakan tentang lebih murahnya bahan baku untuk industri. Juga mungkin ketersediaan tenaga kerja yang besar jumlahnya," ujar Tjandra kepada Tribun, Sabtu (14/8/2021).

Semua kemungkinan tersebut memang perlu dianalisa lebih lanjut.

Namun yang pasti, selain tarif PCR, harga obat-obatan di India juga terlampau lebih murah bila dibandingkan dengan Indonesia.

"Pada waktu saya 5 tahun bertugas di WHO Asia Tenggara yang berkantor di New Delhi India maka setiap kali pulang ke Jakarta dirinya selalu membawa titipan obat-obat dari teman-teman di Indonesia untuk konsumsi sehari-hari mereka," ujarnya.

Pengalaman Tjandra sewaktu menjabat Direktur WHO Asia Tenggara dan berkantor di New Delhi, biayanya tes PCR 2400 rupee, atau Rp 480.000.

Sementara pada saat itu tarif tes PCR di Indonesia masih sekitar lebih dari Rp 1 juta.

Pada November 2020 pemerintah kota New Delhi menetapkan harga baru yang jauh lebih rendah lagi.

Dari yang semula 2400 rupee dipangkas hanya menjadi 1200 rupee atau Rp 240.000, atau turun separuhnya.

Tarif PCR tersebut kemudian turun lagi menjadi 800 rupee saja (Rp 160.000) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta.

Selanjutnya awal Agustus 2021 ini pemerintah kota New Delhi menurunkan lagi patokan tarifnya, menjadi 500 rupee, atau Rp 100 ribu saja.

Kalau pemeriksaannya dilakukan di rumah klien maka tarifnya adalah 700 rupee, atau Rp 140 ribu rupiah.

Sementara itu tarif pemeriksaan rapid antigen adalah 300 rupee atau Rp 60 ribu rupiah.

Pemerintah kota New Delhi juga meminta agar laboratorium swasta di kota itu dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberi tahu hasilnya ke klien dalam satu kali 24 jam, termasuk juga melaporkannnya ke portal pemerintah yang dikelola oleh Indian Council of Medical Research (ICMR).

Sehingga, data tersebut segera dikompilasi di tingkat nasional, mencegah keterlambatan pelaporan, inisiatif yang bagus.

"Tentang perbandingan harga tes PCR dengan India, sebenarnya bukan hal yang baru," kata Tjandra. (TribunWow.com)

Baca artikel lain terkait

Artikel ini diolah dari Tribunnews.com dengan judul Harga Tes PCR Indonesia Mahal Dibanding India, Kemenkes Siap Evaluasi dan Mahalnya Harga Tes PCR di Indonesia Perlu Diselidiki

Sumber: TribunWow.com
Tags:
PCRIndiaCovid-19Virus CoronaKemenkes
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved