Konflik Palestina Vs Israel
Kata Pengamat soal Konflik Israel-Palestina 2021, Singgung Duel Kepentingan Hamas dan Netanyahu
Analis menilai, Hamas dan Israel sama-sama memiliki kepentingan masing-masing dalam bentrokan terbaru di Palestina 2021.
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Analis menilai, Hamas dan Israel sama-sama memiliki kepentingan masing-masing dalam bentrokan terbaru di Palestina 2021, yang terburuk sejak 2014.
Hamas sebagai penguasa Jalur Gaza bertujuan menjadi standar de facto perjuangan Palestina, memanfaatkan kepemimpinan Otoritas Palestina yang melemah.
Dalam unjuk kekuatannya, Hamas telah meluncurkan sekitar 2.300 roket ke Israel sejak Senin (10/5/2021), yang mencakup Tel Aviv di utara sampai bandara Ramon di selatan.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina, Menlu Arab Saudi, Mesir, dan Kuwait Serukan Gencatan Senjata Segera
Sementara itu Israel menyerang Palestina untuk memanfaatkan momen guna melenyapkan semua pengaruh Hamas di Gaza dengan menyerang infrastrukturnya, kata para analis.
Konflik Israel-Palestina terbaru bermula ketika Masjid Al Aqsa diserang jelang akhir Ramadan.
Di tengah kekacauan itu, Hamas menetapkan ultimatum yang tidak realistis bagi semua polisi Israel untuk mundur dari kompleks Masjid Al Aqsa paling lambat pukul 18.00 Senin malam waktu setempat.
Tak pelak tenggat waktu itu tidak terpenuhi, dan Hamas langsung menembakkan roket ke Israel yang dibalas pemboman tanpa henti di Jalur Gaza.
Strategi dan Taktik Baru
"Ini adalah strategi dan taktik baru oleh Hamas untuk berusaha menghubungkan masalah Yerusalem dengan perlawanan di Gaza," kata Jamal Al Fadi profesor ilmu politik di Gaza, dikutip dari AFP.
Kemudian pengamat politik Leila Seurat dari Observatorium Dunia Arab dan Muslim yang berbasis di Brussels, Belgia, menyebut Hamas berusaha melemahkan posisi presiden Palestina.
"Presiden Palestina Mahmud Abbas sudah sangat lemah, (Hamas) memposisikan dirinya sebagai pelindung Palestina dan segalanya di atas Yerusalem."
Abbas untuk pertama kalinya dalam 15 tahun tiba-tiba menunda pemilu Palestina bulan ini, meski Hamas dan partai Fatah-nya Abbas telah menyetujui roadmap rekonsiliasi guna menambal perpecahan.
Abbas juga tidak menetapkan tanggal alternatif, dan mengatakan pemungutan suara tidak dapat dilakukan sampai Israel setuju semua penduduk Palestina di Yerusalem Timur dapat memilih.
Hamas yang tadinya berharap bisa mengamankan keabsahannya di kotak suara, langsung kesal mendegar hal ini.
"Tapi Hamas tidak mengendalikan kerusuhan di jalan-jalan kota, bahkan jika mereka ingin memanfaatkannya," kata Seurat.
Baca juga: Iran Bantu Hamas Kembangkan Rudal Mematikan untuk Lawan Israel, Telah Berkembang selama 5 Tahun