Isu Kudeta Partai Demokrat
Amien Rais Yakini Moeldoko Tak Jalan Sendirian dalam KLB Demokrat: Kedipan dari Lurah Kita Itu
Politisi senior sekaligus mantan Ketua MPR RI, Amien Rais ikut tanggapi dualisme yang terjadi Partai Demokrat.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Politisi senior sekaligus mantan Ketua MPR RI, Amien Rais ikut tanggapi dualisme yang terjadi Partai Demokrat.
Sebagaimana diketahui, saat ini ada dua kepemimpinan di Partai Demokrat, yakni di bawah ketua umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan di bawah ketua umum Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko.
Dilansir TribunWow.com, Amien Rais lebih menyoroti terkait keterlibatan Moeldoko, ketimbang persoalan internal partai berlambang mercy tersebut.
Hal itu disampaikannya dalam kanal YouTube Amien Rais Official, Sabtu (13/3/2021).

Baca juga: Tolak Hasil KLB, Ibas Pimpin Ikrar Setia Fraksi Demokrat DPR RI untuk AHY, Berikut Bunyinya
Baca juga: Pernah Dampingi SBY, Jusuf Kalla Beri Dukungan untuk Partai Demokrat, AHY: Miliki Hubungan Sejarah
Dalam kesempatan itu, Amien Rais menilai Moeldoko tidak berjalan sendiri dalam gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD).
Amien Rais menyakini ada campur tangan dari atasannya yang disebut-sebut sebagai 'Pak Lurah'.
Dalam konteks ini, Pak Lurah yang dimaksudkan adalah Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Untuk peristiwa Moeldoko, saya enggak mencampuri partai lain ya, tapi saya khusus soal Moeldoko ini," ungkap Amien Rais.
"Ini kan sesuatu yang luar biasa," lanjutnya.
"Saya tidak yakin Moeldoko seberani itu tanpa kerlingan atau kedipan dari lurah kita itu," kata pendiri Partai Ummat itu.
Amien Rais mengaku semakin yakin lantaran sejauh ini tidak ada sepatah kata pun ataupun tindakan dari Jokowi selaku atasan dari Moeldoko.
"Jadi sampai sekarang belum terucapkan satu patah katapun," ucapnya.
Baca juga: Marzuki Alie Berikan Pesan ke Bambang Widjojanto yang Sebut Pemerintah Jokowi Brutal soal Demokrat
Baca juga: Heran Jokowi Tak Tahu Pergerakan Moeldoko dalam KLB Demokrat, Pengamat Politik: Tidak Bertanya?
Sementara itu terkait desakan mundur kepada Moeldoko, Amien Rais mengaku setuju.
Pasalnya tidak dipungkiri bahwa permintaan supaya Moeldoko mundur dari jabatannya di KSP begitu banyak.
Sehingga ditakutkan akan menimbulkan gejolak yang begitu besar, apalagi andai kata sampai disahkan oleh pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
"Semua mengatakan, baik yang mendukung Pak Jokowi pun mengatakan tolong itu cepat dilepas dari jabatan KSP itu," ungkap Amien.
"Supaya tidak mengotori rezim Jokowi," lanjut dia.
Lebih lanjut, Amien Rais lagi-lagi menyakini alasan jabatan Moeldoko aman adalah karena memiliki bekingan.
"Tetapi saya kira kalau seseorang sudah sangat dekat itu sudah saling menutup, saling mendukung. Sehingga kalau satu jatuh temannya juga jatuh," terang Amien Rais.
"Jadi memang dilema politik dan moral yang luar biasa," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 16.20:
Selain Demokrat, Moeldoko juga Ingin Jadi Ketum Golkar
Selain Partai Demokrat, Moeldoko rupanya juga pernah ingin menjadi ketua umum di partai lain.
Partai itu adalah Partai Golkar.
Bahkan Moeldoko disebut sampai meminta dukungan kepada Jusuf Kalla, selaku wakil presiden waktu itu.
Kepastian itu disampaikan oleh Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng yang mengutip pernyataan dari mantan Menteri Hukum dan HAM (Menkoumham), Hamid Awaluddin.
Menurut Andi, bahwa Moeldoko memang dikenal merupakan tokoh yang ingin mencari kesempatan untuk bisa masuk ke dalam politik, termasuk ingin memiliki jabatan bergengsi di sebuah partai.
Baca juga: Jawaban Jhoni Allen soal Keberadaan dan Langkah Moeldoko setelah Jadi Ketum Demokrat, Capres 2024?
"Saya hanya bertanya Pak Moeldoko apakah sudah izin sama Presiden, kalau tidak berarti jalan sendiri dia. kalau kita lihat bahwa Pak Moeldoko ini memang dari dulu cari-cari kesempatan ikut masuk dalam politik," ujar Andi, dikutip dalam acara Satu Meja The Forum 'KompasTV, Kamis (11/3/2021).
"Ada tulisan saudara Hamid Awaluddin mengatakan bahwa pernah dia bertemu dengan Pak JK minta didukung menjadi ketua Golkar," ungkapnya.
Andi pun menyebut bahwa Moeldoko ini memang memiliki nafsu yang besar akan kekuasaan.
Meski begitu, ia tidak menyalahkan keinginan dari Moeldoko itu.
Hanya saja, Andi menyarankan supaya Moeldoko mendirikan partai sendiri, tidak mengambil partai lain, apalagi jika dilakukan dengan cara-cara yang jauh dari proses demokratis.
"Enggak apa-apa asal bikin partai sendiri aja," pungkasnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)