Isu Kudeta Partai Demokrat
Soal Dualisme Partai Demokrat, Ruhut Sitompul Sebut Sejauh Ini yang Menang Kubu Moeldoko
Politisi Partai PDI Perjuangan, Ruhut Sitompul buka suara terkait persoalan di Partai Demokrat.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Politisi Partai PDI Perjuangan, Ruhut Sitompul buka suara terkait persoalan di Partai Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, Ruhut menyebut bahwa pemenang dalam dualisme di Partai Demokrat adalah hasil kongres luar biasa (KLB).
Hal itu disampaikannya dalam kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, Kamis (11/3/2021).

Baca juga: Ruhut Sitompul Ungkap Alasan Keluar dari Demokrat, Mengaku Terkait Pilgub DKI Jakarta 2017
Baca juga: Debat Jubir Pihak Moeldoko, Herzaky Pamer Kartu Anggota Demokrat: Bang Razman KTA-nya Gimana?
Dalam kesempatan itu, meski sudah tidak lagi sebagai kader Partai Demokrat, Ruhut mengaku dari awal tetap mengikuti persoalan tersebut.
"Jadi kan saya ikutin ini semua. Sudah itu Jhoni Allen sebagai pimpinan sidang mengatakan 'dengan ini saya nyatakan kepengurusan AHY demisioner' udah itu secara aklamasi semua minta Pak Moeldoko," ujar Ruhut.
Ruhut lantas menyimpulkan bahwa sementara ini pemenang dari dualisme Partai Demokrat adalah yang diketaui oleh Kepala Staf Presiden (KSP), Moledoko.
Pasalnya menurutnya, dilihat dari reaksi kepemiminan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menunjukkan ada ketakutan bakal direbut.
Padahal dikatakannya bahwa ketika merasa yakin dan percaya dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat hasil kongres ke-V 2020 maka tidak perlu takut dan banyak bicara dalam menghadapi hasil KLB tersebut.
"Kenapa saya katakan sekarang the winner? Kalau memang benar kita (Demokrat) solid, kita kuat, jangan kayak sekarang reaksinya," jelasnya.
"Sebenarnya maksud saya, merasa kuat di AD/ART itu saja pertahankan, jangan dibawa keluar," imbuhnya.
Baca juga: Dicecar Najwa Shihab, Darmizal Bantah Pemilihan Moeldoko sebagai Ketum Demokrat Hasil Aklamasi
Ruhut mempersoalkan reaksi yang dilakukan pihak AHY yang membawa persoalan tersebut keluar.
Terlebih sempat menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi), meski diakuinya tidak ada larangan dan apalagi surat tersebut menurut pihak AHY juga disampaikan secara sopan dan halus.
Termasuk juga dikatakan Ruhut, munculnya tudingan-tudingan kepada pemerintah.
"Tapi surat itu dilayangkan, lingkungan ring satu AHY ini yang tidak halus, termasuk Andi Mallarangeng," kata Ruhut.
"Dia bilang begini 'Akhirnya bukan Moeldoko, tetapi pemerintahan Pak Jokowi ingin mengembalikan era Orde Baru," tambahnya.
"Betul Andi suratnya halus, tetapi lingkungannya enggak halus, apalagi engkau mengatakan demikian. Itu bahaya,"
Simak videonya mulai menit ke- 26.50:
Ungkap Alasan Keluar dari Demokrat
Sebelumnya dalam kesempatan sama, Ruhut Sitompul mengungkapkan alasannya keluar dari Partai Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, Ruhut mengatakan bahwa alasanya keluar dari Demokrat tidak terlepas dengan pemilihan gubernur DKI Jakarta pada 2017.
Baca juga: Tak Ingin jadi Kacang Lupa Kulit, Ruhut Sitompul Sedih Moeldoko Dituduh Demokrat: Jangan Halu KLB
Baca juga: Bahas Kudeta, Ruhut Wanti-wanti Demokrat soal Jhoni Allen: Udah Berdarah-darah, Jangan Dirasanin
Dalam kesempatan itu, Ruhut mulanya mengaku sedih melihat kondisi yang terjadi di tubuh Partai Demokrat saat ini, yakni terkait dualisme kepemimpinan.
Meski sudah menjadi kader PDIP, Ruhut mengaku bangga pernah berada di Partai Demokrat.
"Saya sedih bahkan saya pernah bicara dengan lantang, Demokrat bukan partai pertama, tapi partai yang terakhir bagi saya," ujar Ruhut.
Hanya saja, karena ada persoalan perbedaan dengan Partai Demokrat, dengan berat hati ia memutuskan untuk keluar dari partai berlambang bintang mercy tersebut.
"Tapi dengan berat hati, sebenarnya kalau saya dulu keluar kaitan dengan Pilgub Jakarta," ungkapnya.
"Saya apapun aturan organisasi dalam hal ini AD/ART, saya orang yang sangat loyal."
Ia mengakui tidak mendukung calon yang dijagokan oleh Partai Demokrat di Pilgub DKI 2017.
Sebagaimana diketahui, Partai Demokrat menjagokan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sedangkan Ruhut sendiri mengaku mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sama halnya juga ketika ia mengaku mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca juga: Tak Akui KLB, Ketua DPD Demokrat Sulsel Sebut Tak Lebih dari Arisan: Orangnya Tak Hadir Kan Diulang
"Saya pamit dengan Pak SBY, saya walaupun di partai, tapi saya kebetulan pamit karena tidak mendukung jagonya Demokrat," kata Ruhut.
"Saya mendukung hati saya, saya mau Pak Jokowi. Saya bangga melihat Pak SBY, beliau 'Oh iya, itu namanya demokrasi, silakan saja," imbuhnya.
"Saya diizinkan, walaupun semua minta saya dipecat pada waktu itu."
Terkait perbedaan pilihan di Pilgub DKI, Ruhut mengatakan juga sudah meminta izin langsung kepada Ketua Umum Partai Demokrat saat itu, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Tapi pada Pilgub DKI, saya pamit lagi, 'Pak ini saya mau mendukung Ahok'. Pak SBY merestukan saya. Beliau katakan 'Oh iya Hut, saya juga lihat Ahok itu bagus," ungkapnya.
"Tiba-tiba last minute pendaftaran terakhir AHY maju. Saya sedih, saya paling sayang dengan AHY," pungkasnya.(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)