Isu Kudeta Partai Demokrat
Dipecat dari Demokrat, Tri Yulianto Beberkan Sifat SBY: Kalau Mau Nabok Orang Tidak Langsung
Mantan anggota sekaligus pendiri Partai Demokrat Tri Yulianto mengungkapkan proses pemecatan tujuh kader, termasuk dirinya.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Mantan anggota sekaligus pendiri Partai Demokrat Tri Yulianto mengungkapkan proses pemecatan tujuh kader, termasuk dirinya.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored, Kamis (4/3/2021).
Tri Yulianto mengaku tidak terkejut setelah dirinya dan enam orang politikus senior Demokrat dipecat.

Baca juga: Max Sopacua Tak Menyangka Merasa Diperdaya SBY di Demokrat: Kalau Kita Tahu, Tak akan Ngomong Begitu
Mereka disinyalir terlibat Gerakan Pengambilalihan Kekuasaan Partai Demokrat (GPK-PD) alias kudeta.
"Setelah saya mendengar dipecat, saya ketawa-ketawa, menurut saya," ungkap Tri Yulianto.
Ia menyinggung surat keputusan (SK) pemecatan yang dinilai mengandung kejanggalan.
"Apalagi setelah saya membaca surat keputusan pemecatan itu. Itu tidak punya makna bagi saya, itu tidak punya arti sama sekali," kata Yulianto.
Tri Yulianto lalu menyinggung sifat mantan Ketua Umum yang kini menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Yulianto, SBY memiliki caranya sendiri saat berurusan dengan seseorang.
Mantan Presiden ke-6 itu akan mengumpulkan para anggotanya dan membuat isu yang terkesan mendesak.
Baca juga: Sebut SBY Benteng Terakhir Amankan AHY, Pengamat: Pikirkan Cara Lain untuk Goyang Kubu Cikeas
"Pertama, kita tahu tipologinya Pak SBY ini, kalau mau nabok orang tidak pernah langsung," jelas Yulianto.
"Dia kumpulkan 34 DPP dulu, seolah-olah ada desakan. Sudahlah, kader-kader itu yang pengkhianat bla-bla-bla, pecat," ungkapnya.
"Saya maklumlah, itu. Saya hormat dengan Pak SBY dan saya tahu persis Pak SBY ini tipologinya seperti apa," tambah mantan anggota DPR ini.
Yulianto menilai sosok SBY tidak pernah secara langsung menggunakan kekuatannya untuk berurusan dengan orang lain dalam partainya.
"Dia tidak pernah frontal jadi selalu menggunakan pihak ketiga," terang Yulianto.