Terkini Daerah
Kisah Kampung di Ponorogo yang Tidak Berpenghuni, Ini Alasan di Balik Pindahnya Warga
Ada cerita di balik satu kampung di Kabupaten Ponorogo yang tidak berpenghuni.
Editor: Rekarinta Vintoko
Tohari tidak ingin masjid di kampung tersebut mangkrak tak digunakan sama sekali.
"Sepulang dari sawah saya ke sini. Untuk Salat Dhuhur dan Salat Ashar," jelas Tohari, Rabu (3/3/2021).
"Kalau waktunya salat Subuh, Maghrib, Isya ya kosong," lanjutnya.
Tohari menceritakan, dulunya kampung tersebut ramai layaknya kampung yang lain.
Bahkan sempat ada pesantren yang mempunyai cukup banyak santri.
Namun mulai tahun 1960 an, warga kampung Sumbulan mulai meninggalkan kampung halamannya.
"Misalnya menikah, warga sini selalu pindah ikut pasangannya. Lalu ada juga yang kerja dan pindah rumah," terang Tohari.
Baca juga: Sebut SBY Benteng Terakhir Amankan AHY, Pengamat: Pikirkan Cara Lain untuk Goyang Kubu Cikeas
Begitupun Tohari yang memutuskan untuk pindah ke Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Babadan pada tahun 1982.
Mayoritas, penyebab warga Kampung Sumbulan pindah adalah akses jalan yang sulit.
Walaupun tidak terlalu jauh dari pusat kota, Kampung Sumbulan memang terbilang terpencil.
Warga harus melewati jalan setapak lebih dari 3 Km di tengah hamparan sawah yang jauh dari kampung lainnya.
"Sebenarnya ya enak saja tinggal di sini. Listrik juga sudah ada. Tapi tidak ada tetangganya," jelas Tohari.
Ia menambahkan, masih mempunyai rumah di kampung tersebut yang tiap hari ia bersihkan.
"Masjidnya masih di pake, masih bersih. Dhuhur juga masih dipakai, kadang orang ke sawah juga mampir kesitu untuk ibadah," terang Ipin.
Masjid tersebut, lanjut Ipin merupakan peninggalan pesantren yang dulu didirikan oleh pendiri kampung tersebut.