Pilpres 2024
Kata Refly Harun soal Elektabilitas Prabowo Subianto Tertinggi: Efek 2 Kali Pemilu, Masih Perkasa
Refly Harun angkat bicara soal hasil survei yang menyebut Prabowo Subianto memiliki elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden (capres).
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun angkat bicara soal hasil survei Parameter Politik Indonesia yang menyebut Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menjadi sosok dengan elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden (capres).
Dikutip dari Kompas.com, survei top of mind capres itu dilakukan pada tanggal 3-8 Februari 2021 dengan jumlah sampel sebanyak 1.200 responden..
Refly Harun menilai ada sejumlah faktor yang memengaruhi tingginya elektabilitas Prabowo saat ini.

Baca juga: Gerindra Tak Menampik Kemungkinan Prabowo dan Puan Bergabung di Pilpres 2024: Bisa Terjadi
Di antaranya karena pencalonan Prabowo sebagai presiden pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 lalu.
Saat itu Prabowo mengunjungi daerah-daerah untuk berkampanye, sehingga ketua umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini menjadi lebih banyak dikenal masyarakat.
"Sederhananya adalah tentu ini efek dua kali Pemilu 2014 dan 2019," kata Refly dalam video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Selasa (23/2/2021).
"Prabowo masih nomor satu (elektabilitasnya) karena Prabowo paling tidak sudah penetrasi ke daerah-daerah ketika kampanye 2014 dan 2019," sambungnya.
Berbeda dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menyusul peringat elektabilitas Prabowo.
Kedua gubernur itu tidak dikenal oleh masyarakat daerah-daerah lain atau hanya dikenal di wilayah administratif masing-masing, sehingga belum bisa mengalahkan elektabilitas Prabowo.
Adapun juga Pilpres 2019 terbilang belum terlalu lama dilaksanaan, artinya ingatan masyarakat akan Prabowo masih sangat kuat.
Baca juga: Menganggap Wajar Elektabilitas Prabowo Subianto Tertinggi, Refly Harun Sebut Hanya Kalah dari Jokowi
Selanjutnya, menurut Refly, sikap Prabowo yang cenderung diam dalam menghadapi kejadian-kejadian di Tanah Air turut mempengaruhi tingginya elektabilitas Letnan Jendral lTNI (Purn) tersebut.
Kejadian-kejadian yang dimaksud, dalam hal ini yaitu soal pembubaran Front Pembela Islam (FPI) yang pernah mendukungn Prabowo, kematian laskar FPI hingga masalah-masalah hutang luar negeri.
"Prabowo Subianto masih perkasa ini bisa jadi semakin menegaskan sikap diamnya terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung baru-baru ini."
"Bisa dikatakan walau pun dia tidak aktif menjadi 'bamper' Jokowi sebagaimana menteri-menteri lainnya, dia juga tidak mengkritik dari dalam, cenderung stay passive."
"Ternyata stay passive ini lebih baik dibandingkan dengan mereka yang katakanlah menjadi pusat kontrovensi," jelas Refly.