Terkini Nasional
Bahas Kasus Rasisme Abu Janda, Refly Harun Sebut sebagai Sosok Kontroversial: Agak Speechless
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun buka suara soal kasus rasisme yang kini menyerat Permadi Arya alias Abu Janda.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun buka suara soal kasus rasisme yang kini menyerat Permadi Arya alias Abu Janda.
Sebelumnya, Abu Janda ikut terseret dalam kasus rasisme setelah dianggap turut melakukan ujaran rasisme terhadap Natalius Pigai.
Karena dugaan ujaran rasisme itulah, Abu Janda lantas dipolisikan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Terkait hal itu, Refly Harun pun menyinggung sosok kontroversial Abu Janda.

Baca juga: Sambut Baik Satu Janji Kapolri Listyo Sigit, Refly Harun: Itu yang Dikeluhkan Banyak Pihak saat Ini
Baca juga: Ambroncius Nababan Minta Maaf Hina Pigai, Refly Harun: Mudah-mudahan Masyarakat Papua Memaafkan
Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube Refly Harun, Kamis (28/1/2021).
"Saya kalau mau membahas ini jadi agak speechless terus terang saja," tutur Refly Harun.
"Mau dibahas apa ya? Karena Abu Janda alias Permadi Arya ini sosok kontroversial."
Menurut Refly Harun, sebenarnya ada banyak pihak yang mendukung Abu Janda.
Namun di sisi lain, ia juga menduga ada banyak pihak yang kontra terhadap pria kontroversial tersebut.
"Banyak yang mendukungnya pasti banyak juga yang sebel," kata Refly Harun.
"Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan."
"Hanya memang ada beberapa etika yang rasanya tidak pantas."
Baca juga: Akun YouTube Lesti Kejora Hilang, Fans Bandingkan dengan Nikita Mirzani: Pokoknya Bikin Baru Aja
Baca juga: Soal Rumah Sakit Covid-19 Penuh, Anies Baswedan Punya Gambaran Lain: Padahal Bukan Penuh
Lebih lanjut, Refly Harun menganggap tak semua cuitan Abu Janda adalah ujaran kebencian.
Terkait hal itu, ia lantas menyinggung soal cuitan Abu Janda yang membahas soal Islam.
"Saya pernah nonton berkali-kali atau cuitan Permadi Arya yang sangat kontroversial," kata dia.
"Tapi sebagian bisa kita anggap sebagai kritik."
"Misalkan dia bicara tentang Islam yang arogan."
"Saya tidak tahu yang lain ya, kalau saya menganggap itu kritik saja," tambahnya.
Refly Harun melanjutkan, semua kritik Abu Janda itu bisa dibantah oleh siap pun.
Karena itu, ia lantas menyinggung nama intelektual muda NU, Akhmad Sahal.
"Karena dia tidak ditujukan ke pihak tertentu, dia cuma ingin mengatakan bahwa Islam arogan karena menyingkirkan kearifan lokal," kata Refly Harun.
"Itu pendapat dan bisa dibantah."
"Saya juga membaca ada tweet Akhmad Sahal misalnya yang membantah itu."
"Dia sebutkan fenomena NU yang justru tidak menggusur kearifan lokal dan malah sangat akrab dengan kearifan lokal," tukasnya.
Simak videonya berikut ini mulai menit ke-8.49:
Komentar Natalius Pigai
Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengungkap rasisme terhadap masyarakat Papua sudah terjadi menahun.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan iNews, Selasa (26/1/2021).
Diketahui sebelumnya Pigai menjadi korban ujaran rasialisme oleh Ketua Relawan Pro Jokowi-Ma'ruf Amin (Projamin) Ambroncius Nababan.

Baca juga: Natalius Pigai Jadi Korban Rasisme, Refly Harun Soroti Latar Belakangnya: Wajar Prihatin soal HAM
Ujaran bermuatan SARA di media sosial itu kemudian menjadi viral dan Ambroncius ditetapkan sebagai tersangka.
Menanggapi banyaknya kasus rasialisme terhadap masyarakat Papua, Pigai menuturkan bukan hanya terjadi kali ini saja.
"Soal rasisme terhadap orang Papua, itu bukan baru," jelas Natalius Pigai.
Ia memaparkan pada sidang BPUPKI tahun 1945 Mohammad Hatta menyampaikan pandangan antropologis yang menyebut orang Papua berbeda DNA dengan orang Melayu.
Maka dari itu potensi terjadi konflik saudara pada masyarakat yang akan datang sangat besar.
Saat itu diputuskan Papua belum menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.
"Dalam perjalanannya, tesis dan usulan Hatta ini terbukti," kata Pigai.
Ia memberi contoh sejumlah perlakuan rasis yang diterima masyarakat Papua, baik saat berada di Papua maupun di daerah lain.
Baca juga: Prajurit TNI yang Gugur di Papua Berencana untuk Menikah, sang Ayah: Pacaran Lebih dari 5 Tahun
"Pada 1970-an, Ali Murtopo dedengkot CSIS menyatakan orang Papua kalau mau hidup cari saja di Pasifik," ucap aktivis HAM ini.
"Tahun 1980-an, gubernur Jawa Tengah pernah mengusir orang Papua. Tapi karena gubernur Papua yang hebat, dia bilang, 'Kalau kamu mengusir orang Papua, saya akan mengusir orang transmigrasi'. Akhirnya tidak jadi," paparnya.
Pigai memberi contoh lain ketika pemimpin daerah lain mengusir masyarakat Papua dari wilayahnya.
Ia menyebut pernyataan itu bahkan pernah disampaikan Luhut Binsar Panjaitan pada 1996.
"Tahun 1995 gubernur DIY pernah mengusir orang Papua. Tahun 1996 Luhut mengatakan, 'Cari pulau sendiri di negara Pasifik'," tutur Pigai.
Selain itu, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono pernah menyampaikan pernyataan serupa.
"Tahun 1999 Hendropriyono pernah mengatakan 2 juta orang pindahkan saja ke Manado," ungkap Pigai.
Ia mengaku sebagai aktivis HAM, terutama yang berasal dari Papua, ingin mengubah pandangan masyarakat agar memperlakukan masyarakat Papua dengan setara.
"Jadi dalam perjalanan historiografi Papua, pandangan-pandangan rasisme Papua-fobia dikeluarkan oleh pimpinan. Maka cara pandangan saya adalah mengubah mindset dan karakter berpikir rasis, segregatik, dan diskriminatif," tandasnya. (TribunWow.com)