Breaking News:

Terkini Nasional

Singgung Permainan Bandar Bursa Calon Kapolri, Pengamat: Agak Tenang, Biasanya Kemrungsung

Kepala Puskamnas Universitas Bhayangkara Jaya Hermawan Sulistyo menilai pemilihan calon kapolri yang baru terkesan lebih tenang daripada biasanya.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNNEWS/SENO TRI SULISTIYONO
Presiden Jokowi menyematkan bintang empat di pundak Idham Aziz setelah menjalani prosesi pelantikan sebagai Kapolri di Istana Negara, Jumat (1/11/2019) pagi. 

TRIBUNWOW.COM - Kepala Puskamnas Universitas Bhayangkara Jaya Hermawan Sulistyo menilai pemilihan calon kapolri yang baru terkesan lebih tenang daripada biasanya.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Kompas Petang, Selasa (5/1/2021).

Diketahui Kapolri Jenderal Idham Aziz akan segera menyelesaikan masa jabatannya pada 1 Februari 2021 mendatang.

Kepala Puskamnas Universitas Bhayangkara Jaya Hermawan Sulistyo menganalisis pemilihan calon kapolri yang baru, dalam Kompas Petang, Selasa (5/1/2021).
Kepala Puskamnas Universitas Bhayangkara Jaya Hermawan Sulistyo menganalisis pemilihan calon kapolri yang baru, dalam Kompas Petang, Selasa (5/1/2021). (Capture YouTube Kompas TV)

Baca juga: Nama Komjen Gatot Eddy Menguat Jadi Calon Kapolri Menurut IPW: Ada Gagasan dari Lingkungan Istana

Sementara itu, beredar sejumlah nama yang diprediksi dapat mengisi kekosongan posisi tersebut.

Hermawan kemudian menyinggung pemilihan pejabat tertinggi kepolisian tersebut jauh lebih tenang.

"Baru kali ini bursanya agak tenang," ungkit Hermawan Sulistyo.

"Biasanya kemrungsung, ribet, karena terjadi konflik kepentingan," komentarnya.

Ia menyebut konflik kepentingan itu umumnya terjadi di internal Polri dan di eksternal.

Hermawan menilai umumnya pemilihan kapolri jauh lebih menarik daripada pemilihan panglima TNI.

Ia menjelaskan alasannya terkait sistem kerja personel kepolisian yang sudah terlatih untuk membuat keputusan di setiap jenjang kariernya.

"Pengelompokan di polisi kenapa lebih seru daripada di TNI, karena norma kepolisian universal adalah diskresi," terang Hermawan.

"Diskresi ini membuat setiap polisi punya kewenangan untuk mengambil keputusan individual," papar pengamat politik ini.

Baca juga: Santer Deretan Nama di Bursa Calon Kapolri Pengganti Idham Aziz, Pengamat: Tipenya Jokowi Begitu

"Karena mereka sepanjang kariernya terlatih untuk mengambil keputusan-keputusan individual yang kemudian baru dipertanggungjawabkan kepada institusi, maka dinamika internal itu jauh lebih keras dibandingkan TNI," kata Hermawan.

Konflik internal yang umumnya terjadi adalah masalah senioritas di kalangan Polri.

"Sehingga ada unsur angkatan. 'Kan biasa ada senior-junior, itu unsur angkatan," jelas Hermawan.

"Kalau TNI lebih jelas, dia harus urut. Di polisi tidak, karena ada diskresi itu tadi," terangnya.

Selain urutan angkatan, umumnya seorang calon pemimpin dalam Polri akan dilihat kompetensi sesuai bidang kerjanya.

Para pejabat terkait kemudian akan mengikuti kapolri yang terpilih.

"Lalu apakah ada kompetensi. Kompetensi itu urusannya apa? Kalau polisi itu dari reserse, semua reserse. Dia harkam (pemelihara keamanan), semua harkam," ungkap Hermawan.

Hermawan juga menyinggung ada sosok "bandar" yang memengaruhi konflik kepentingan di Polri.

"Itu masih ditambah tekanan eksternal. Mereka yang di luar secara kasar menyebut bandar-bandar pasti bermain," tambah dia.

Lihat videonya mulai menit 8.00:

Pengamat: Tipenya Jokowi Begitu

Dalam tayangan yang sama, Hermawan Sulistyo menganalisis sederet nama yang termasuk dalam daftar calon pengganti Kapolri Jenderal Idham Aziz.

Muncul sederet nama yang diprediksi layak mengisi posisi tersebut, termasuk ada nama yang diyakini cukup kuat akan dipilih.

Menanggapi isu tersebut, Hermawan memprediksi sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai penentu keputusan.

"Kalau nama yang paling kuat biasanya malah enggak dipilih oleh presiden," komentar Hermawan Sulistyo.

"Tipenya Jokowi 'kan begitu," tambah dia.

Baca juga: Sandiaga Uno Ungkap Alasan Mau Jadi Menteri Jokowi, Singgung Kekecewaan Pendukung: Keputusan Sulit

Ia menilai ada 13 personel berbintang tiga yang memenuhi syarat untuk maju dalam bursa calon kapolri yang baru.

"Jadi saya melihat semua bintang tiga yang masih belum pensiun itu secara normatif eligible untuk dipilih," ungkap Hermawan.

"Bintang tiga itu ada 13 jumlahnya," katanya.

Selain itu, anggota Polri yang berpangkat bintang dua juga tetap memenuhi syarat untuk dipilih menjadi kapolri.

Ia menerangkan hal semacam ini pernah terjadi dalam masa kepemimpinan Kapolri Timur Pradopo pada 2010-2013.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memberikan sambutan memasuki tahun baru 2021, Kamis (31/12/2020).
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memberikan sambutan memasuki tahun baru 2021, Kamis (31/12/2020). (YouTube Sekretariat Presiden)

Baca juga: Kapolri Idham Azis Larang Konten Medsos terkait FPI, Refly Harun: Tak Mengikat, Lebih pada Kepatuhan

"Lalu ada bintang dua pun eligible untuk dipilih karena secara normatif boleh jadi kapolri, seperti waktu zaman Pak Timur Pradopo, itu bintang tiganya hanya beberapa waktu saja, dilewatkan sebentar," singgung Hermawan.

Pengamat tersebut lalu mengomentari sejumlah nama yang muncul ke publik untuk menggantikan Idham Aziz.

Menurut dia, nama-nama itu muncul karena didukung kelompok tertentu di masyarakat.

Terlepas dari itu, Hermawan mengakui tidak dapat memprediksi siapa yang dinilai Jokowi paling tepat untuk mengisi posisi kapolri.

"Kalau kita lihat nama-nama itu yang beredar selama ini, itu 'kan yang muncul ke permukaan karena disodorkan para pendukung masing-masing," terang Hermawan.

"Saya tidak mendukung salah satunya, jadi saya enggak tahu mana yang baik," ia mengakui.

"Kita hanya bisa menduga-duga," tambah Hermawan. (TribunWow.com/Brigitta)

Tags:
KapolriUniversitas BhayangkaraTribunWow.comIdham Aziz
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved