Breaking News:

Pilpres Amerika Serikat 2020

Pukulan Besar bagi Trump, Jaksa Agung Tak Temukan Bukti Kecurangan yang Bisa Batalkan Hasil Pilpres

Trump dan tim kampanyenya telah mengajukan tuntutan hukum di negara-negara bagian tempat ia mengalami kekalahan.

Editor: Lailatun Niqmah
YouTube Guardian News
Presiden AS Donald Trump memberikan konferensi pers di Gedung Putih, pada Rabu (5/8/2020). Jaksa Agung Amerika Serikat, William Barr, mengatakan departemen kehakiman tidak menemukan bukti yang mendukung klaim Presiden Donald Trump tentang kecurangan pada pemilu 2020. 

"Ada kecenderungan yang berkembang untuk menggunakan sistem peradilan pidana sebagai semacam penyelesaian segala masalah, dan orang-orang ketika tidak menyukai sesuatu, mereka ingin Departemen Kehakiman terlibat dan 'menyelidiki'," tambah Barr.

Dia juga mengatakan kepada AP bahwa dia telah menunjuk seorang jaksa penuntut veteran untuk terus menyelidiki asal usul penyelidikan penasihat khusus Robert Mueller tentang dugaan campur tangan dalam pemilu.

Sudah terlambat bagi Departemen Kehakiman AS untuk mengambil tindakan yang akan mendukung upaya Donald Trump untuk membalikkan hasil pemilihan presiden 2020.

Namun, pada Selasa kemarin, Jaksa Agung Bill Barr secara efektif mengakhiri harapan sekecil apa pun yang ada dari penyelidik federal untuk memberi Trump kesempatan menyelamatkan karir politiknya.

Pernyataan departemen kehakiman yang tidak menemukan "kecurangan dalam skala yang dapat mempengaruhi hasil yang berbeda dalam pemilu", seharusnya tidak mengejutkan.

Pengacara presiden sendiri belum menunjukkan bukti dalam tuntutan hukum mereka yang menentang hasil pemungutan suara.

Yang patut dicatat, bagaimanapun, adalah bahwa Barr memilih untuk berkomentar di depan umum daripada tetap diam dan membiarkan kurangnya temuan atau tuduhan yang diumumkan untuk berbicara sendiri.

Menurut laporan berita, Trump telah mengeluh secara tertutup tentang kurangnya dukungan yang dia terima dari Barr dan Biro Penyelidikan Federal (FBI) dalam upayanya untuk mengaitkan kekalahannya dengan kecurangan.

Baca juga: Dikenal sebagai Pengikut Donald Trump, Bagaimana Nasib Jair Bolsonaro jika Joe Biden Pimpin AS?

Dia sudah berselisih dengan gubernur-gubernur Republik di Arizona dan Georgia - dua negara bagian yang secara tradisional konservatif dan tempat dia kalah lawan Joe Biden - karena mereka gagal menyuarakan keprihatinan Trump.

Barr mungkin hanya target terbaru kemarahan presiden.

Trump, pada hari Minggu lalu dalam wawancara TV pertamanya pasca pemilihan, mengatakan kepada Fox News bahwa dia akan terus mengejar setiap peluang gugatan hukum yang tersedia.

"Pikiran saya tidak akan berubah dalam enam bulan," katanya melalui telepon, sambil menambahkan: "Ada kecurangan yang luar biasa di sini."

Dia juga melontarkan gagasan untuk memiliki penasihat khusus yang ditunjuk untuk menyelidiki pemilihan tersebut. Penasihat khusus apa pun harus atas persetujuan Barr.

Barr bukanlah pejabat senior AS pertama yang mendeklarasikan pemilu bebas dari gangguan.

Chris Krebs, yang mengepalai Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur AS, dipecat bulan lalu setelah dia membantah klaim kecurangan oleh Trump. Pemilu 2020 "adalah yang paling aman dalam sejarah Amerika," katanya.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
Pilpres Amerika Serikat 2020Donald TrumpJoe BidenPilpres ASAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved