Terkini Nasional
Bandingkan Petisi 50 dan KAMI, Pakar Politik Hermawan Sulistyo: Lingkungan Strategisnya Beda Jauh
Pakar Politik Hermawan Sulistyo mengungkap beda Petisi 50 dengan Gerakan Koalisi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Pakar Politik Hermawan Sulistyo mengungkap beda Petisi 50 dengan Gerakan Koalisi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Petisi 50 merupakan gerakan yang terjadi pada masa Presiden Soeharto.
Sedangkan, gerakan KAMI baru dideklarasikan di Tugu Proklamasi, Jakarta pada Selasa (18/8/2020).

• Blak-blakan soal KAMI yang Dideklarasikan Din Syamsuddin, Masinton Pasaribu: Hanya Pepesan Kosong
Menurut Hermawan Sulistyo, Petisi 50 dengan Gerakan KAMI itu berbeda jauh.
Hal yang membedakan adalah keadaan atau kondisi saat gerakan dibuat.
Petisi 50 dibuat ketika pemerintahan Soeharto bertindak otoriter atau represif.
"Pertama lingkungan strategis dari petisi 50 itu berbeda jauh dari sekarang."
"Pada masa itu tahun 80 an situasinya sangat represif jadi sebuah statement kecil saja punya dampak yang luar biasa," jelas Hermawan.
Perbedaan kedua adalah para tokoh dalam gerakan.
Pada petisi 50 didominasi politisi yang sudah pensiun atau selesai menunaikan tugasnya di pemerintahan.
• Manuver Gatot Nurmantyo Gabung KAMI, Mardani Ali: Nyuwun Sewu, Kalau Maju Pilpres Harus Lewat Parpol
"Kedua para pelakunya, penandatanganan Petisi 50 itu orang-orang yang sebagian besar mantan pejabat sehingga bisa kita sebut mayoritas itu post power syndrom atau mereka tokoh-tokoh nasional yang sudah mulai pudar mulai di belakang," katanya.
Ketiga, Petisi 50 tidak membuat rezim Soeharto terancam.
Pasalnya, kekuatan mereka tidak didukung oleh partai politik yang ada.
Diketahui partai pemerintah kala itu sangat mendominasi.
"Yang ketiga adalah mereka itu tidak membangun basis massa, kalau membangun basis masa itu tidak cukup kuat sebagai pressure group untuk menekan rezim."
"Terutama karena partai politik waktu itu belum bebas," jelas Hermawan.
• Adian Napitupulu Prediksi KAMI Berujung Jadi Partai, Refly Harun: Imajinasinya Tinggi Sekali
Lihat videonya mulai menit ke-3:21:
Alasan Dibentuk Gerakan KAMI
Mantan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengungkap alasan dibentuk gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia ( KAMI).
Hal itu diungkapkan Gatot Nurmantyo di acara Indonesia Lawyers Club yang mengusung tema #ILCIndonesiaMaju pada Selasa (18/8/2020)
Dalam kesempatan itu, Gatot Nurmantyo mengungkapkan rasa sakit hatinya pada keadaan Indonesia saat ini.

• Direktur Eijkman Sarankan ILC Bahas Prioritas Vaksinasi, Karni Ilyas: Tenaga Kesehatan Dulu
Mulanya, Gatot mengatakan bahwa dirinya sering berkonsultasi dengan sejumlah tokoh untuk membahas permasalahan negara saat ini.
Pertemuan kecil itu semakin hari melebar, diikuti banyak tokoh lainnya hingga dibentuklah KAMI.
"Maka saya konsultasilah dengan Pak Bachtiar Hamzah senior saya, sama dengan Pak Kaban, Pak Din Syamsudin, Pak Abdullah Yahya, Bu Chusnul juga."
"Kelompok kecil itulah bicara-bicara. Melebar-melebar masing-masing, Pak Said Didu, awalnya dengan Bang Yani, dengan Pak Nainggolan dan sebagainya," jelas Gatot.
Gatot mengatakan bahwa semua tokoh yang berdiskusi dengannya termasuk dirinya merasa sakit hati dengan kondisi krisis akibat pandemi Covid-19.
"Ini memang kita semua sakit hati, sakit hatinya adalah kondisi seperti ini maka kita bersama-sama menyampaikan suara hati nurani rakyat."
"Kondisi sekarang ini tidak normal memang, dengan terjadi Covid ini terjadi pembekuan, proses pembekuan," ucap Jenderal TNI 60 tahun ini.
• Di ILC, Pandu Riono Sebut Indonesia Gagal Tangani Covid-19: Pak Jokowi Harus Memimpin Langsung
Ia khawatir pembatasan-pembatasan yang terjadi di segala aspek nantinya bisa membuat hubungan rakyat dan pemerintah tidak menjadi baik.
Sehingga, Gatot merasa hal itu perlu diingatkan kepada pemerintah.
"Antara murid dengan guru, antara murid dengan dosen, antara manajer dengan pekerja, antara pemilik hotel dengan tamu, proses pembekuan."
"Akumulasi ini bisa terjadi pembekuan antara raktyat dan pemerintah, ini yang berbahaya maka harus diingatkan," kata dia.
Gatot menegaskan, ia tidak ingin menjadi pasif dan tidak bersuara dalam menangani krisis akibat pandemi Covid-19 yang mengguncang Indonesia kini.
"Kita tidak mau dalam kondisi seperti ini kita diam-diam saja, ini latar belakangnya," pungkasnya.
• Di ILC, Ridwan Kamil Bantah Jadi Relawan Kelinci Percobaan Vaksin Corona: Semata-mata Gestur
Lihat videonya mulai menit ke-4:20:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)