Terkini Daerah
Alasan AKP Priyo Nekat Pertaruhkan Jabatan demi Ibu yang akan Dipenjarakan Anaknya: Saya Sedih
Kasatreskrim Polres Lombok Tengah AKP Priyo Suhartono mengungkapkan alasan nekat mempertaruhkan jabatan demi ibu yang akan dipolisikan anaknya.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Kasatreskrim Polres Lombok Tengah AKP Priyo Suhartono mengungkapkan alasan dirinya nekat mempertaruhkan jabatan demi ibu yang akan dipolisikan anaknya sendiri.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia ungkapkan dalam kanal YouTube Tribunnews.com, diunggah Jumat (10/7/2020).
Diketahui nama Priyo menjadi viral di media sosial karena menolak laporan M (40) untuk memenjarakan ibunya sendiri, Kalsum (60).
M menuduh ibunya telah melakukan penggelapan motor dari uang hasil penjualan tanah warisan.

• Alasan AKP Priyo Tolak Laporan Anak yang Ingin Penjarakan Ibu: Bertentangan dengan Hati Nurani Saya
Priyo mengaku saat itu nekat hendak melepaskan jabatannya demi alasan profesionalitas.
"Semuanya spontanitas, karena waktu itu saya sedih aja, seorang perempuan tua, ibu, disakiti sama anaknya," ungkap AKP Priyo Suhartono.
Ia mengakui tindakannya menolak laporan sebetulnya melanggar protokol yang harusnya dilakukan petugas.
"Memang secara profesi polisi tidak boleh menolak laporan, itu tidak boleh," ungkapnya.
Meskipun begitu, Priyo nekat mengancam akan melepaskan jabatannya supaya sang anak mau meminta maaf kepada Ibu Kalsum.
"Tetapi di situ saya benar-benar ibaratnya rasa kasihan saya terhadap seorang ibu," papar perwira kelahiran Bandung ini.
Priyo menegaskan dirinya siap menerima konsekuensi apabila saat itu benar-benar harus melepaskan jabatannya.
"Saya bersikeras menolak dan saya tahu konsekuensinya. Seandainya saya menolak laporan pasti saya dianggap tidak profesional," kata Priyo.
"Saya siap menerima risikonya, makanya saya berbicara seperti itu," lanjut polisi 33 tahun ini.
• Viral Anak Mau Penjarakan Ibu karena Motor, Polisi: Saya Bayar Rp15 Juta tapi Anda Sujud, Minta Maaf
Ia bahkan menyebutkan hal itu sudah menjadi konsekuensi yang harus diterima.
"Andai kata saya memang harus dilepas jabatan, itu sebuah konsekuensi yang harus saya bisa pertanggungjawabkan," ungkapnya.