Terkini Daerah
Kisah Siswi Berprestasi yang Punya 700 Piala tapi Tak Lolos PPDB karena Faktor Usia, Belum Dapat SMA
Aristawidya Maheswari (15), anak yatim piatu alumni SMPN 92 Jakarta, belum diterima di SMA negeri mana pun hingga Sabtu (4/7/2020).
Editor: Claudia Noventa
Siwi dan suaminya yang pensiunan pegawai swasta kini tak memiliki penghasilan.
Oleh sebab itu, mereka tersangkut faktor biaya apabila harus menyekolahkan Arista di sekolah swasta.
"Kesehariannya ya kami dibantu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu, berat biayanya kalau sekolah swasta," ujar Siwi.
Jika Arista benar-benar tak diterima di sekolah negeri mana pun hingga akhir PPDB nanti, satu-satunya pilihan adalah menunggu PPDB tahun depan.
"Kalau enggak masuk sekolah negeri, paling nunggu setahun, karena anaknya enggak mau juga sekolah di swasta," ucap Siwi.
• Sebut Anies Baswedan Lepas Tangan soal PPDB, Ombudsman: Melakukan Kekerasan Terbuka pada Anak
Orang tua murid kirim karangan bunga ke Balai Kota

Puluhan orang tua murid menyampaikan kekecewaan mereka atas kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang diterapkan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Rasa kecewa itu disampaikan lewat sejumlah karangan bunga yang terpajang di depan kantor Gubernur DKI Jakarta di Balai Kota.
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, karangan bunga itu berisi keluhan dari para orang tua terkait kebijakan PPDB yang diterapkan Pemprov DKI atau dalam hal ini Dinas Pendidikan (Disdik).
"Terimakasih pak gubernur dan ibu Disdik, anda sudah menghilangkan generasi yang cerdas dengan kebijakan anda yang bodoh," tulis orang tua murid di karangan bunga itu, Senin (6/7/2020).
• Ketua KPA Singgung Peran Anies Baswedan Sikapi PPDB Jakarta: Saya Kira Sangat Paham Dunia Pendidikan

Kemudian, ada juga yang menyebut kebijakan yang dikeluarkan oleh anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini telah menghancurkan psikologis generasi penerus bangsa.
"Terimakasih kelada gubernur dan Disdik DKI, kalian hancurkan kepercayaan anak didik dan psikologis mereka," ucapnya.
Selain itu, ada juga karangan bungan yang menyebut pendidikan di Indonesia telah mati dengan penerapan kebijakan berdasarkan umur yang dianggal tak adil.
"RIP pendidikan Indonesia, dari anak-anak lulusan 2020 yang kecewa," ujarnya. (TribunJakarta/Dion/WartaKota/Rangga Baskoro)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul "Siswi Berprestasi dengan 700 Piala Kini Hanya Tinggal Berharap Bangku Kosong di PPDB DKI Jakarta"