Terkini Nasional
Bantah Pembakaran Bendera PDIP sebagai Insiden, Sekjen GNPF Sebut Tak Direncanakan: 'Accident'
Sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Edy Mulyadi membantah pembakaran bendera PDIP sebagai insiden.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Edy Mulyadi membantah pembakaran bendera PDIP sebagai insiden.
Edy Mulyadi yang saat itu menjadi koordinator lapangan (korlap) memilih menyebut peristiwa itu sebagai accident (kecelakaan).
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat diundang dalam Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Jumat (26/6/2020).

• Aria Bima Tegaskan Ekasila Trisila di RUU HIP Bukan dari PDIP, Ketua PA 212: Partainya Apa?
Awalnya Edy membenarkan ada pembakaran bendera PDIP dalam unjuk rasa menentang Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Rabu (25/6/2020).
Meskipun begitu, ia tidak ingin peristiwa itu disebut sebagai insiden.
"Pertama saya ingin menyebutnya bukan insiden. Saya lebih suka menyebutnya accident," jelas Edy Mulyadi.
Edy menyebutkan pembakaran bendera itu tidak pernah direncanakan sebelumnya.
"Apakah direncanakan? Tidak sama sekali. Tidak ada rencana pembakaran bendera, apalagi pembakaran bendera PDIP," tegasnya.
Edy mengaku tidak tahu-menahu jalannya unjuk rasa sampai akhirnya berujung pembakaran bendera.
"Sebagai korlap, saya lebih banyak di atas mobil komando. Saya enggak tahu persis siapa yang bawa, bagaimana caranya," paparnya.
Menurut Edy, saat itu tiba-tiba ada pengunjuk rasa yang mengusulkan agenda pembakaran bendera.
Edy mengaku dirinya tidak tahu sudah ada bendera yang disiapkan saat itu.
"Bahkan ketika ada yang bilang, 'Habis ini kita bakar bendera', spontan saya jawab, 'Emang ada benderanya?'," ungkap Edy sambil terkekeh.
Edy menyebutkan ia mengira bendera yang dimaksud saat itu adalah bendera PKI.
"Dalam rapat-rapat kita memang tidak ada agenda pembakaran bendera," jelasnya.