Virus Corona
Cerita Petugas Medis di Yaman, Tidak Memiliki APD hingga Tak Bisa Operasikan Alat Ventilator
Keruntuhan sistem kesehatan di Yaman, membuat negara tersebut dikatakan mustahil untuk menghadapi pandemi Virus Corona.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Keruntuhan sistem kesehatan di Yaman, membuat negara tersebut dikatakan mustahil untuk menghadapi pandemi Virus Corona.
Pasalnya, negara yang telah bertahun-tahun dilanda perang tersebut, tidak lagi dapat merawat penduduknya yang terserang penyakit.
Selain karena terbatasnya rumah sakit dan tenaga kesehatan, penduduk Yaman masih tergantung kepada bantuan dari luar untuk dapat bertahan hidup.
• Yaman Jadi Negara Paling Parah Terdampak Pandemi, Sistem Kesehatan Runtuh hingga Krisis Kemanusiaan
Seperti yang dilansirTribunWow.com dari bbc.com, Minggu (21/6/2020), dr. Shalal Hasel merupakan satu dari para pejabat Departemen Pengawasan Epidemiologi yang bekerja di Lahj, Yaman.
Ia mengatakan bahwa tenaga medis bisanya berfokus pada penanganan wabah kolera, namun Hasel saat ini harus bekerja keras sepanjang waktu untuk memastikan Yaman telah siap dengan datangnya pandemi Covid-19.
"Anda akan tahu tentang situasi kesehatan yang memburuk di Yaman, terutama setelah konflik dan perang. Rumah sakit di sini terbatas dan tidak diperlengkapi untuk menerima kasus Virus Corona," tutur Hasel.
"Kami kekurangan APD (alat pelindung diri) yang memadai. Tim tanggap cepat telah menerima pelatihan dalam manajemen kasus Covid-19 tetapi mereka tidak memiliki perlindungan pribadi. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) harus mengisi kekosongan ini," lanjutnya.
WHO telah membantu menyediakan dan mempekerjakan 37 staf pada pusat isolasi di Yaman untuk pasien Covid-19.
Beberapa di antaranya adalah fasilitas kesehatan yang ada yang telah dirancang ulang.
Sedangkan yang lainnya adalah bangunan tua yang diubah menjadi rumah sakit darurat.
Meski telah mendapat bantuan tersebut, Hasel merasa ini belumlah memadai, sebab masih banyak kekurangan yang belum tercukupi.
"Kami tidak memiliki cukup alat pengukur suhu infra merah, ada kekurangan alat swab untuk diagnosis dan bahkan tim gugus tugas di daerah itu tidak memiliki ambulans untuk digunakan untuk setiap kasus yang dicurigai," papar Hasel.
Di sisi lain, Mohamed Alshamaa dari Save The Children khawatir tentang nasib petugas medis yang bekerja di rumah sakit di Yaman yang hanya bisa beroperasi separuh akibat pertempuran.
"Anda dapat melihat ketakutan di wajah tidak hanya dokter tetapi juga manajemen. Kami memiliki beberapa dokter di satu atau dua rumah sakit yang telah mengirim pasien pernapasan normal karena khawatir mereka adalah kasus Virus Corona karena mereka tidak memiliki peralatan pelindung yang tepat," ujar Alshamaa.
Yaman saat ini hanya memiliki 208 ventilator, 417 lainnya seharusnya dalam perjalanan.