Virus Corona
Jubir Penanganan Covid-19 Sulsel Bantah Isu RS Ambil Untung dari Jenazah PDP: Cuman Rp 400 Ribu
Isu rumah sakit ambil untung dari penguburan PDP Corona diduga ikut mendorong warga mengambil paksa jenazah pasien-pasien PDP.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Sulawesi Selatan tepatnya di Makassar telah berulang kali terjadi insiden pengambilan paksa jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) Virus Corona (Covid-19).
Kejadian tersebut diketahui terjadi di tiga rumah sakit berbeda di Makassar pada beberapa hari yang lalu.
Jubir penanganan Covid-19 Sulawesi Selatan Ichsan Mustari melihat ada kesalahpahaman yang menduga pihak RS mencoba mengambil untung dari para pasien PDP.

• Tanggapi Tudingan Jenazah Covid Diperjualbelikan Organnya, Erlina Burhan: Tuduhan Tak Masuk Akal
Dikutip dari acara iNews Sore, Kamis (11/6/2020), Ichsan mengatakan pada kondisi pandemi saat ini memunculkan beragam pandangan yang berbeda dari masyarakat.
"Jadi secara umum memang ada miskomunikasi," kata dia.
"Artinya ini kan dalam suatu kondisi biasanya memang ada beberapa persepsi yang muncul," lanjut Ichsan.
Ichsan mengatakan pemerintah sudah meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di masyarakat.
Ia mengatakan masyarakat telah diberi tahu bahwa tujuan dari penguburan menggunakan protap Covid-19 murni bertujuan untuk menghentikan penyebaran virus.
"Tapi beberapa hal juga tentu telah kita sampaikan bahwa ini tujuan daripada pemulasaran dengan prosedur Covid-19 lebih kepada bagaimana memutuskan mata rantai penularan. Tidak lebih dari itu," paparnya.
Ichsan kemudian mengungkit soal dugaan yang berkembang di masyarakat bahwa pihak RS mencoba ambil untung dari para jenazah pasien PDP.
"Kita pun juga menyampaikan isu-isu yang terkait bahwa sengaja rumah sakit, tenaga kesehatan ingin memproses dalam proses ini karena ada biaya yang besar," ujarnya.
Kabar tersebut ia tegaskan tidak benar, sebab biaya pemakaman pasien Covid-19 tidak begitu besar dan sebagian uang yang diperoleh dipergunakan untuk keperluan mayat.
"Saya kira tidak seperti itu," tegas Ichsan.
"Jadi saya bisa sampaikan pada kesempatan ini bahwa biaya pemulasarannya ini itu sekitar cuman Rp 400 ribu."
"Itu pun juga dipakai untuk beli kafan, beli plastik," imbuhnya.
Ichsan mengatakan kesalahpahaman yang berkembang di masyarakat kini telah selesai.
"kami dari gugus tugas melihat memperbaiki kondisi itu, bukan mencari tahu siapa yang salah," ungkapnya.
"Tapi sistemnya yang kita perbaiki."
"Tentu ada beberapa sistem yang harus kita perbaiki dan Alhamdulillah itu sudah bisa kita perbaiki," tambah Ichsan.
Diketahui aksi pengambilan paksa jenazah PDP terjadi di tiga rumah sakit berbeda yakni di RS Dadi, Rabu (3/6/2020), RS Labuang Baji, Jumat (5/6/2020), dan RS Stellamaris, Minggu (7/6/2020).
• Provokator Jemput Paksa Jenazah Corona Pakai Isu Konspirasi, Gubernur Sulsel: Ada yang Tidak Nyaman
Simak tayangan selengkapnya dari menit ke-3.50:
Gubernur Sulsel Sebut Ada Sosok Provokator
Sedikit berbeda dengan Jubir penanganan Covid-19 Sulsel, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menduga ada provokator yang menyebar isu konspirasi RS ambil untung dari pasien Covid-19.
Dikutip dari YouTube Kompastv, Kamis (11/6/2020), awalnya Nurdin menjelaskan kejadian penjemputan paksa tidak terjadi begitu saja.
"Jadi ini rentetan," jelasnya.
Ia bercerita, awalnya kericuhan terjadi saat para jenazah PDP hendak dimakamkan.
"Mulai dari pemulasaran hampir semua kuburan terjadi penolakan," kata Nurdin.
Penolakan bahkan terjadi pada lokasi pemakaman yang dikhususkan untuk para pasien Covid-19.
"Jadi kita buat kuburan Covid khusus, di sana juga ditolak," ujar Nurdin.
Nurdin mengatakan pihaknya telah menangkap sejumlah provokator yang sengaja membuat ricuh suasana.
"Tapi kita mulai tangkap orang-orang itu provokator," tegasnya.
Barulah setelah terjadi penolakan pemakaman jenazah Covid-19, kerusuhan berlanjut pada aksi pengambilan paksa jenazah PDP.
"Ini merembet ke pengambilan jenazah paksa," kata Nurdin.
"Kita tidak kekurangan pengamanan, jadi dia memang hebat ini."

• 4 Fakta Kasus Jemput Paksa Jenazah Covid-19 Makassar, 5 Reaktif Corona hingga Bukan Anggota Keluarga
Gubernur kelahiran Parepare itu menduga ada pihak yang terganggu di saat pemprov Sulsel mulai bisa menangani Covid-19.
"Jadi masuknya luar biasa, sekarang ini karena kita sudah menangani Covid, terus beberapa inovasi-inovasi kita lakukan. Tentu ada yang tidak nyaman dengan kondisi ini saya kira," jelasnya.
"Tapi kita tetap positif thinking saja, kita akan melakukan pengamanan lebih ketat lagi."
Berdasarkan informasi yang ia dapat, Nurdin mengatakan para provokator di balik aksi penjemputan paksa jenazah PDP mengangkat isu konspirasi rumah sakit.
Isu tersebut menarasikan pihak RS berusaha meraup keuntungan dari kondisi pandemi Covid-19.
"Jujur saya sampaikan hampir (semua -red) isu yang dia (provokator) tebar adalah ini adalah sebuah skenario Covid ini untuk memberikan keuntungan yang besar kepada rumah sakit, kepada perawat, dokter," papar Nurdin.
"Itu isu yang dia bangun."
Nurdin secara tegas membantah isu-isu tersebut.
"Padahal betul-betul nakes kita sudah bekerja siang malam, berpisah dengan keluarga, jadi tidak seperti itu (isu yang beredar)," pungkasnya. (TribunWow.com/Anung)