Breaking News:

Virus Corona

Kritik yang Kurang dari Istilah New Normal, Pandu Riono Sebut Membingungkan: Kata 'New' Gak Didengar

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengkritik penggunaan istilah new normal.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Tribunnews/Irwan Rismawan
Warga melintas di depan salah satu toko di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2020). Meski masih dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, pusat perbelanjaan tersebut mulai dibuka kembali dengan menerapkan protokol kesehatan menjelang pelaksanaan new normal (tatanan kehidupan baru). 

TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengkritik penggunaan istilah new normal.

Seperti diketahui, new normal disebut sebagai cara hidup baru setelah mengenal Virus Corona (Covid-19).

Pandu menilai sosialisasi ke masyarakat terhadap pengertian new normal masih kurang.

Pakar Epidemiologi Pandu Riono mengkritik istilah 'new normal' akan memberikan persepsi berbeda di masyarakat, dalam acara Mata Najwa, Rabu (10/6/2020).
Pakar Epidemiologi Pandu Riono mengkritik istilah 'new normal' akan memberikan persepsi berbeda di masyarakat, dalam acara Mata Najwa, Rabu (10/6/2020). (Capture YouTube Najwa Shihab)

Sebut Lonjakan Corona di Jakarta karena Efek Ramadan, Pandu Riono: Tak Bisa Dihubungkan Pelonggaran

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam tayangan Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (10/6/2020).

Awalnya, presenter Najwa Shihab meminta tanggapan Pandu Riono tentang masyarakat yang masih bingung dengan aturan dalam new normal.

"Dalam penilaian Anda, apakah publik kita masih ragu, masih perlu lebih banyak lagi info bagaimana mereka bisa beraktivitas di masa-masa sulit ini?" tanya Najwa Shihab.

Pandu Riono mulanya menjelaskan banyak orang yang masih belum memahami bahaya terpapar Virus Corona.

Menurut dia, faktor pendidikan dan latar belakang masyarakat yang berbeda membuat informasi tentang Virus Corona kurang dapat tersampaikan.

"Dari beberapa survei ternyata memang persepsi risiko masyarakat itu masih rendah," jawab Pandu Riono.

"Jadi masih bervariasi dari beberapa tingkat pendidikan. Di beberapa wilayah menunjukkan bahwa kita harus lebih intensif mengedukasi masyarakat," jelasnya.

Ia menyebutkan sosialisasi new normal harus lebih digencarkan lagi.

Pandu bahkan menyarankan agar istilah tersebut diganti dengan yang lebih mudah.

"Harus masif dan harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat," papar Pandu.

Dari Lockdown hingga New Normal, Effendi Gazali Ucap Kebingungan di ILC: Senyum Aja, PSBB Menderita

Menurut Pandu, penggunaan kata 'normal' membuat masyarakat mengira kondisi sudah kembali seperti semula.

Padahal dalam penerapan new normal cara hidup akan menjadi berbeda.

Halaman
1234
Tags:
Virus CoronaPandu RionoNew Normal
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved