Breaking News:

Kasus Korupsi

Jawab Isu KPK Sepi OTT, Firli Bahuri Buka-bukaan soal Tahun 2018: Biaya Politik Itu Mahal

Menjawab isu KPK sudah jarang lakukan operasi tangkap tangan (OTT), Firli Bahuri mengungkit soal OTT besar-besaran tahun 2018.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Claudia Noventa
youtube official inews
Pimpinan KPK Firli Bahuri di acara Special Report iNews, Kamis (4/6/2020). Firli menjawab soal isu KPK jarang melakukan OTT. 

TRIBUNWOW.COM - Di bawah pimpinan Firli Bahuri, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa kali dipertanyakan karena jarang melakukan operasi tangkap tangan (OTT).

Menjawab hal tersebut, Firli mengatakan intensitas OTT diketahui tinggi pada waktu-waktu tertentu berbarengan dengan acara politik berskala besar.

Selain itu, Firli menegaskan OTT bukanlah acuan kinerja dari KPK.

Bupati nonaktif Kutai Kartanegara Rita Widyasari
Bupati nonaktif Kutai Kartanegara Rita Widyasari. Satu dari 29 Kepala Daerah yang tertangkap OTT KPK pada tahun 2018 lalu. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Ulas Nurhadi, Refly Harun Nilai Tak Ada Beda Era Soeharto dan Jokowi: Keadilan Masih Perlu Dibeli

Dikutip dari acara Special Report iNews, Kamis (4/6/2020), awalnya Firli menjelaskan berdasarkan survei yang ia lakukan, ditemukan ada waktu-waktu tertentu sering terjadi OTT.

"Kami selalu melakukan evaluasi terkait dengan kinerja capaian KPK," kata Firli.

"Ada tahun-tahun tertentu yang OTT-nya banyak."

Ia menyebutkan pada tahun 2009, 2014, 2016, 2017, dan 2018 adalah waktu dimana OTT banyak terjadi.

"Di tahun 2018 itu tidak kurang dari 30 kali kita OTT dan melibatkan kurang lebih 29 kepala daerah," ungkap Firli.

Firli kemudian mengungkit soal acara politik besar-besaran yang terjadi pada tahun itu, yakni Pemilu.

Tidak hanya di tahun 2018, di empat tahun lainnya yang ia sebutkan, berbarengan dengan banyaknya OTT, terjadi juga pesta politik berskala besar.

"Ternyata 2018 itu ada kegiatan yang sangat tinggi, ada kegiatan politik antara lain pemilu, 2017 pilkada serentak, 2016 pilkada serentak, 2014 kegiatan politik," papar Firli.

Firli menyimpulkan seusai masing-masing dari mereka yang telah mendapatkan kekuasaan, sengaja memanfaatkannya untuk membayar biaya yang telah dikeluarkan untuk mendapat posisi tersebut.

"Artinya cost (biaya) politik itu mahal," ujar dia.

"Sehingga para pihak yang akan bertarung mungkin saja menggunakan kesempatan di agenda-agenda itu," sambungnya.

Soroti Misteri saat Nurhadi Buron, Refly Harun: Haris Azhar Mengatakan KPK Sudah Tahu Sesungguhnya

OTT Tetap Penting

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Tags:
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)Operasi Tangkap Tangan (OTT)Firli Bahuri
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved