Virus Corona
Khawatir Stigma, Pakar Epidemiologi Ungkap Alasan Banyak Orang Enggan Tes di Jatim: Kalau Positif
Pakar Epidemiologi FKM Unair Atik Choirul Hidayah menjelaskan alasan banyaknya orang yang enggan mengikuti tes Covid-19.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Atik menilai tingginya angka tersebut menunjukkan kemungkinan masih banyak kasus yang belum terungkap.
• Muncul Klaster Baru Jatim, Khofifah Ungkap Tak Jaga Jarak saat Salat Tarawih: Berjemaah di Masjid
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne, Selasa (2/6/2020).
Atik menyebutkan angka yang terpampang di grafik saat ini belum merepresentasikan kenyataan.
"Angka 4.900 ini bisa jadi sudah puncak, tetapi ini bukan menggambarkan kondisi yang riil," kata Atik Choirul Hidayah.
"Artinya yang ada di masyarakat ini masih jauh lebih banyak," lanjut dia.
Atik menduga sebenarnya ada angka lebih besar lagi di lapangan.
Menurut Atik, hal tersebut dapat diketahui dari melacak penyebaran kasus dan melakukan tes massal.
"Kalau dilakukan tracing dan testing yang lebih masif, mungkin jumlah ini akan lebih besar lagi," papar Atik.
Ia lalu menerangkan parameter yang dapat menentukan pertumbuhan kasus sudah berada di puncak kurva.
"Banyak indikator yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana perjalanan dari suatu pandemi itu," kata Atik.
"Kalau tadi, salah satunya adalah dari jumlah kasus yang ditemukan," jelas dia.
Meskipun jumlah kasus menentukan parameter, Atik menambahkan perlu dilihat juga dari jumlah tes yang sudah dilakukan.
• Kasus Baru Virus Corona Jatim Melonjak, Emil Dardak: 76 Persen Pasien Tak Merasa Terjangkit Covid-19
"Jumlah kasus yang ditemukan ini harus kita lihat juga dari berapa banyaknya orang yang dites," ungkap Atik.
"Jadi positivity rate-nya akan menentukan. Itu salah satu indikator," lanjut dia.
Atik menambahkan ada indikator kurva epidemik yang belum digarap pemerintah dalam penanganan Covid-19.