Breaking News:

Virus Corona

Dosen UI Pertanyakan Peran Jubir Jokowi soal Komunikasi Corona yang Tak Jelas, Bandingkan Jubir SBY

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Ade Armando mempertanyakan peran dari seorang juru bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
Youtube/KompasTV
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Ade Armando dalam acara Rosi KompasTV, Kamis (28/5/2020). Dirinya mempertanyakan peran dari seorang juru bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

TRIBUNWOW.COM - Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Ade Armando, mempertanyakan peran dari seorang juru bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dilansir TribunWow.com, Ade Armando menyebut adanya ketidakjelasan komunikasi soal Corona yang belakangan berkembang di masyarakat tidak terlepas dari peran jubir presiden.

Seperti yang diketahui, kenyataan di lapangan, kerap sekali masyarakat dibuat bingung atas beberapa keputusan dari pemerintah.

Contoh yang terbaru adalah wacana relaksasi PSBB, hingga rencana pemberlakuan tatanan kehidupan normal baru atau New Normal.

Juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2004-2009, Andi Mallarangeng dalam acara Rosi yang tayang di Youtube KompasTV, Kamis (28/5/2020).
Juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2004-2009, Andi Mallarangeng dalam acara Rosi yang tayang di Youtube KompasTV, Kamis (28/5/2020). (Youtube/KompasTV)

Ibaratkan Jokowi Masuk Lapangan Ranjau saat Cek Mal, M Qodari: Bomnya Meledak Pasti Presiden Kena

Ade Armando kemudian menanyakan siapa sebenarnya yang saat ini mempunyai peran atau menjabat sebagai jubir Jokowi.

Menurutnya, tidak banyak yang bisa dilakukan atau disuarakan oleh jubir Jokowi.

Hal ini disampaikan Ade Armando dalam acara Rosi yang tayang di kanal Youtube KompasTV, Kamis (28/5/2020).

"Di sini ada juru bicara dari pemerintahan SBY," kata Ade Armando sambil menunjuk Andi Mallarangeng.

"Sekarang kalau saya tanya, orang seperti Bang Andi ini di dalam pemerintahan Jokowi sekarang siapa?," ujarnya.

Dirinya mengatakan yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah peran dari jubir presiden.

Dialah yang harusnya bisa memberikan penjelasan sejelas-jelasnya terkait apa yang disuarakan oleh Presiden.

Jangan sampai informasi-informasi dari pemerintah, khususnya Jokowi menjadi berkembang secara liar.

New Normal Bukan Berarti Herd Immunity, Pakar Kesehatan: Pandemi Ini Sepanjang Tahun akan Ada

"Orang yang akan menjelaskan kepada publik yang disebut sebagai New Normal itu apa, implikasinya itu apa, harusnya ngapain kita semua?"

"Siapa yang melakukan itu? Itu pertanyaan terbesarnya," tanyan Ade Armando.

Ade Armando lantas beranggapan bahwa jabatan tersebut tidak ada atau tidak aktif pada masa pemerintahan saat ini.

"Karena jangan-jangan jawabannya adalah itu yang kosong dalam pemerintahan Jokowi sekarang," tegasnya.

"Orang yang menyampaikan itu kepada publik dengan cara yang membuat publik merasa kayak diingatkan."

Lebih lanjut, Ade Armando mengatakan tidak mungkin peran tersebut juga dilakukan oleh presidennya sendiri.

Dirinya lantas membandingkan dengan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memiliki juru bicara Andi Mallarangeng pada tahun 2004-2009.

Andi Mallarangeng dinilai mampu menyampaikan informasi yang jelas atas apa yang disampaikan oleh SBY.

"Kalau enggak ada orang yang bisa menjelaskan, masa kita berharap Pak Jokowi yang menjelaskan," papar Ade Armando.

"Dulu ada namanya Bapak Anid Mallaranging, bukan Pak SBY yang ngomong," katanya.

Hadapi New Normal, Sekolah di Kediri Siapkan Skema Masuk Seminggu Sekali dan Kurangi Kapasitas Kelas

Simak videonya mulai menit ke-10.00:

M Qodari Ibaratkan Jokowi Masuk Lapangan Ranjau saat Cek Mal

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari memberikan tanggapan soal simpang siurnya tujuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau mal menjelang New Normal.

Dilansir TribunWow.com, M Qodari menilai tidak seharusnya atau belum waktunya Jokowi turun langsung ke mal jika tujuannya masih sekadar pengecekkan.

Menurut M Qodari, ketika dilakukan Jokowi maka justru akan menimbulkan banyak tafsir.

Yang seharusnya melakukan pengecekkan adalah prajuritnya atau bawahannya.

Presiden Joko Widodo meninjau salah satu pusat perbelanjaan, di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/5/2020). Presiden Jokowi meninjau persiapan prosedur pengoperasian mal yang berada di wilayah zona hijau wabah COVID-19. TRIBUNNEWS/SETPRES/AGUS SUPARTO
Presiden Joko Widodo meninjau salah satu pusat perbelanjaan, di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/5/2020). Presiden Jokowi meninjau persiapan prosedur pengoperasian mal yang berada di wilayah zona hijau wabah COVID-19. TRIBUNNEWS/SETPRES/AGUS SUPARTO (TRIBUN/SETPRES/AGUS SUPARTO)

 

M Qodari kemudian mengibaratkan Jokowi seperti masuk ke lapangan ranjau.

"Ini masih uji coba, ini masih konsep, kalau mau ditanyakan 'Apa mau buka? Belum, kita masih ngecek'," ujar M Qodari.

"Yang ngecek itu jangan presiden, ya beginilah kalau mau ini ada lapangan ranjau itu bukan komandan," katanya.

"Prajurit dulu ke depan, kenapa suruh panglima langsung ke paling intinya."

 Hasil Survey Penanganan Corona, 53,8 Persen Tak Puas dengan Jokowi, Berikut Poin Ketidakpuasannya

Menurutnya, dalam kondisi seperti itu, maka Presidenlah yang justru akan terkena ranjaunya.

Seperti yang terjadi saat ini, banyak sorotan yang lantas ditujukan kepada Jokowi terkait sikapnya mendatangi mal menyusul kabar akan diberlakukannya New Normal.

"Kayak tadi, begitu bomnya meledak pasti presidennya kena," jelas dia.

Seperti yang diketahui, kebijakan New Normal saat ini masih dalam tahap pematangan.

Selain itu di satu sisi kebijakan New Normal juga masih menjadi pro kontra di kalangan masyarakat.

Peran Jokowi untuk terjun ke lapangan harusnya dilakukan nanti ketika New Normal sudah benar-benar siap untuk diterapkan.

"Menurut saya agak kejam juga nyuruh presiden langsung terjun pada proses pembuatan seperti itu."

"Ini kan barang belum selesai, barang ini selesaikan dulu, konsepnya sudah matang, pemahamannya sudah sama ceklah lewat survei atau apa," jelas Qodari.

"Oh masyarakat yang paham sudah 90 persen, pemahamannnya sudah 90 persen sama baru presiden tampil," imbuhnya.

"Ini sama dengan suruh terjun ke dalam lapangan ranjau kok," pungkasnya.

(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)

Tags:
Virus CoronaCovid-19JokowiSusilo Bambang Yudhoyono (SBY)Universitas Indonesia (UI)pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved