Terkini Nasional
Disebut Sakit Hati karena Sering Kritik, Refly Harun Sindir Balik Buzzer: Dilayani, Habis Waktu
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun sempat disinggung oleh satu akun warganet bahwa dirinya sakit hati pada pemerintah.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun sempat disinggung oleh satu akun warganet bahwa dirinya sakit hati pada pemerintah.
Sebagaimana diketahui, Refly Harun belum lama dicopot dari jabatannya menjadi Komisaris Utama PT Pelindo II.
Hal itu diketahui melalui channel YouTube pribadinya Refly Harun yang tayang pada Rabu (27/5/2020).

• Disodori Nama Anies hingga Khofifah terkait Pilpres 2024, Refly Harun: Wah Ini yang Paling Cocok
Disinggung demikian, Refly Harun menilai akun tersebut adalah akun buzzer.
Akun buzzer itu juga menantang Refly untuk menyebut kelebihan dari Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Wah ini dari Batik Linggajaya wah ini biasa ya, ini biasa ya para buzzer para fansclub mengkritik balik saya begitu biasanya."
"Saya kan mengkritik pemerintahan terus, coba biar enggak dibilang sakit hati, tolong sebutkan apa yang bagus dari Pemerintahan Jokowi," ujar Refly membacakan komentar.
Refly lantas mengatakan bahwa akun tersebut pasti belum membaca pernyataannya sebelum ini.
"Wah ini pasti Batik Linggajaya bukan nama ya, belum pernah membaca tulisan saya," ujar Refly.
Lalu, Refly menceritakan dirinya pernah menulis di harian Kompas, di mana ia memuji bidang ekonomi di tangan Jokowi.
"Saya tahun 2017, dua setengah tahun yang lalu, 24 Oktober menulis di harian Kompas judulnya 'Memimpin Penegakan Hukum' bisa dilihat ya."
"Di situ saya puji prestasi Pemerintah Jokowi dalam bidang ekonomi terutama pembangunan infrastruktur," ungkap dia.
• Refly Harun Ungkap Alasannya Sering Kritik Pemerintah: Dia Digaji Uang Rakyat karena Dia Menguasai
Namun, Refly menilai Jokowi lemah dalam masalah penegakan hukum.
"Yang kedua dalam bidang politik dalam bidang konsolidasi politik tapi saya kritik dalam mata kuliah ketiga dalam penegakan law enforcement," ungkap dia.
Sehingga, Pakar 50 tahun ini membantah dirinya mengkritik pemerintah karena sakit hati dicopot dari jabatan di BUMN,
"Jadi tidak berarti saya mengkritik terus ya, tidak juga ada konteks sakit hati."
"Karena kita sebagai warga negara kan berpartisipasi sesuai dengan apa yang kita yakin," ungkapnya.
Ia mengakui pendapat yang selama ini dikemukan belum tentu benar.
Namun, ia menegaskan bahwa dirinya juga perlu didengar.
"Belum tentu juga pendapat saya benar tapi kan benar atau tidaknya didengarkan dulu, disanggah secara argumentatif juga kalau keliru."
"Kalau yang terjadi sekarang enggak begitu kita menyampaikan kritik pada pemerintah, buzzer malah menghantam hal-hal yang tidak mendasar ya," kata dia.
• Ditanya Mau Tidak Kembali Dapat Jabatan di Pemerintahan, Refly Harun: Tergantung Hati Juga Ya
Sehingga, ia merasa kecewa dengan kritikan padanya yang menyinggung ranah pribadi.
"Kadang-kadang personal life, private life, kalau kita layani hal-hal seperti itu, habis waktu kita."
"Jadi kita betul-betul substansinya apa kalau memang benar kita ambil, kalau ennggak tolak saja," jelas Refly.
Ia mengatakan, jika menjadi penguasa akan berusaha mendengarkan kritikan.
"Kalau saya jadi penguasa, orang kritik saya dengarkan saja, kalau kritiknya benar menjadi bahan perbaikan, kalau kritiknya keliru abaikan."
"Kalau saya mengatakan, kalau orang mengkritik kita dan keliru semua, ya legitimasi kita tambah kuat," ucapnya.
Menurutnya, kritikan itu justru membuat pemerintah makin kuat.
"Artinya kebijakan kita itu, kebijakan yang sudah bagus tapi kalau kebijakan itu keliru, kita ada kesempatan untuk memperbaikinya."
"Jadi kritik dalam demokrasi itu vitamin ya bukan serangan," jelasnya.
• Mengaku Di-Banned oleh Sebuah Televisi, Refly Harun: 2 Tahun Lebih Tak Pernah Diundang Lagi
Refly menambahkan, meski dirinya selama ini mengkritik, bukan berarti ia setuju soal adanya konspirasi menjatuhkan kekuasaan.
"Saya juga tidak setuju ada konspirasi misalnya untuk menjatuhkan pemerintahan dan lain sebagainya, enggak ," tegasnya.
Lihat videonya mulai menit ke-17.40:
Ditanya soal Tawaran Masuk Lagi ke Pemerintahan
Pada kesempatan yang sama, Refly juga sempat ditanya apakah mau jika ditawari jabatan di pemerintahan.
Dalam video itu, seorang warganet juga bertanya posisi apa yang diinginkan jika ditawari gabung dalam pemerintahan.
• Alasan Refly Harun Aktif di YouTube dengan Konten Kritisnya: Bisa Lebih Terdistribusi secara Luas
"Kalau diajak ke pemerintahan apakah bapak mau? Kalau mau posisi apa yang paling ideal untuk bapak? Kalau ada nilai 1-10 berapa nilai bapak untuk pemerintahan saat ini?" ujar Refly Harun membacakan pertanyaan.
Refly Harun lantas menjawab bahwa jabatan bukanlah yang terpenting melainkan apa yang bisa dilakukan bagi negara.
"Wah ini berat sekali pertanyaannya, mau atau tidak itu tergantung hati, kita kan tidak berpikir untuk jabatannya."
"Tapi bagaimana memberikan kontribusi," ujar Refly.
Lalu, Refly menceritakan bahwa dirinya juga pernah menjadi Staf Khusus Menteri Sekretariat Negara.
Namun, ia mengaku merasa tidak cocok hingga akhirnya memutuskan mengundurkan diri.
"Saya di awal-awal Pemerintahan Jokowi pernah menjadi staf khusus Menteri Sekretaris Negara tapi rupanya empat bulan saja saya bisa bertahan."
"Karena saya merasa chemistry-nya enggak jalan, saya merasa enggak cocok di lingkaran itu. Maka kemudian akhirnya saya mengundurkan diri," ceritanya.
Meski demikian, Pakar Hukum Tata Negara asal Palembang ini mengaku tak tahu apa yang terjadi di masa depan.
"Untuk besok-besok saya tidak tahu, karena tergantung hati juga," ungkapnya.
• Mengaku Di-Banned oleh Sebuah Televisi, Refly Harun: 2 Tahun Lebih Tak Pernah Diundang Lagi
Refly menegaskan bahwa dirinya tak takut dengan apa yang namanya jabatan.
Menurutnya hal yang paling penting adalah melakukan sesuatu yang dianggap benar.
"Yang paling penting kan saya selalu mengatakan bahwa kita tidak mencari jabatan, tidak juga takut kehilangan jabatan."
"Jadi kalau misalnya menjabat ya kita tetap harus konsisten menyuarakan apa yang menurut kita benar sesuai ilmu pengetahuan yang ada," kata dia.
Lalu, Refly lagi-lagi menyinggung dirinya tak takut akan suatu jabatan.
"Jadi tidak takut menjabat tapi tidak juga harus takut kehilangan jabatan, saya kira itu saja untuk sementara," ujarnya lagi.
Refly menuturkan bahwa tidak semua orang akan selalu berada di luar pemerintahan.
Pasalnya dengan berada di dalam pemerintahan, seseorang bisa memberikan sumbangsihnya.
"Karena kita tidak boleh juga alergi bahwa 'Wah kita akan selama-lamanya ada di luar pemerintahan kalau enggak nanti kapan lagi kita akan memberikan kontribusi'," ungkap dia.
• Kritis Terhadap Pemerintah, Refly Harun Tolak Anggapan Bentuk Penolakan atas Pencopotan dari BUMN
Pakar lulusan Universitas Gadjah Mada ini mengatakan, jika memang berada di dalam pemerintahan tidak membuat seseorang nyaman, berada di luar pemerintahan juga tidak masalah.
"Tapi kalau kita berada di dalam pemerintahan kita tidak nyaman, tidak sesuai dengan jiwa kita berada di luar pemerintahan sama terhormatnya," kata dia. (TribunWow.com/Mariah Gipty)