Virus Corona
Kisah Para Pekerja di Jakarta yang Tak Bisa Mudik saat Lebaran karena Covid-19: Sedih Banget
Lebaran tahun ini terasa sangat berat bagi Nindya, pekerja swasta di Jakarta yang tidak bisa pulang ke kampung halamannya di Malang, Jawa Timur.
Editor: Mohamad Yoenus
Di sisi lain, MUI Jawa Timur tidak melarang umat Muslim untuk menyelenggarakan salat Id berjemaah di masjid atau lapangan. Namun MUI memberikan sejumlah catatan.
"Untuk pelaksanaan salat Idul Fitri bisa kondisional. Apabila diselenggarakan di masjid atau di musala, maka perlu ada satu keseriusan untuk menegakkan disiplin protokol Covid-19," kata Sekretaris MUI Jatim, Ainul Yaqin.
"Kami mengimbau, di satu sisi kita bisa menegakkan syiar Islam, tapi satu sisi kita tetap menjaga diri dari bahaya penyebaran Covid, karena itu juga bagian dari ajaran agama", tuturnya.
Sebelumnya Pemerintah Jawa Timu mengizinkan pelaksanaan salat Idul Fitri berjemah di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Namun, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Heru Tjahjono, mencabut surat izin tersebut.
Surabaya Raya dan Malang Raya di Jawa Timur hingga saat ini masih memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pada PSBB tahap kedua untuk di Surabaya Raya dan tahap pertama di Malang Raya, angka positif Covid-19 di Jatim mencapai 2.491 kasus per 20 Mei 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 243 pasien meninggal dunia.
• Ucapan Syukur Mahfud MD Bisa Tetap Berlebaran di Tengah Pandemi Virus Corona
Fatwa MUI: Zona merah, salat Id di rumah
Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas menjelaskan mengenai isi dari Fatwa MUI tentang salat Id di tengah pandemi virus corona.
"Fatwa MUI itu isinya kalau seandainya di daerah kita tidak mungkin melaksanakan salat Id di lapangan, maka dilaksanakan di rumah dengan keluarga, dan diatur bagaimana cara sembayang di rumah," katanya.
Mengapa salat Id dianjurkan di rumah? Anwar berkata, dalam Islam terdapat lima filosofi utama, yaitu agama Islam itu sendiri, jiwa manusia, akal manusia, keturunan dan harta.
"Menyelamatkan diri dan jiwa itu hukumnya wajib dan menghindari bahaya harus didahulukan dibanding mengambil manfaat. Jadi jangan pergi dan berkumpul-kumpul di tengah virus corona yang akan mengancam keselamatan kita dan orang lain" katanya.
Anwar juga merasakan kesedihan dari banyak umat Islam yang melaksanakan Salat Id di rumah, bahkan harus jauh dari keluarga karena tidak bisa mudik, seperti yang diceritakan Nindya dan Lukman.
"Kesedihan kita akan mendapatkan nilai besar di sisi Allah, menjadi pahala yang besar, karena kita punya keinginan baik dan terbaik tapi situasi kondisi menghalangi itu," katanya.
Mengapa salat Id di lapangan berbahaya?
Dokter spesialis paru yang juga guru besar dari Universitas Indonesia, Faisal Yunus mengatakan kegiatan di ruang publik yang melibatkan banyak orang, seperti salat Id, berpotensi besar meningkatkan secara tajam penyebaran virus corona.
"Kita tidak tahu orang di sebelah kita terkena virus, kan ada orang tanpa gejala. Walaupun pakai masker, apalagi yang dipakai masker kain, bukan masker bedah yang perlindungan bagus, dan juga maskernya kadang tidak benar dipakainya, tidak efektif."
"Salat Id mungkin bisa diatur jaraknya berjauhan, tapi sebelum dan sesudah Salat kan ada bisa sampai ratusan orang yang mondar-mandir dan pasti bersinggungan. Di situlah penyebaran berpotensi terjadi," kata Faisal.
Jika yang tertular adalah mereka yang masih muda dan memiliki imun kuat, kata Faisal, mungkin tidak akan bermasalah.
Namun, ketika virus itu menempel di baju lalu dibawa pulang ke rumah atau bersilaturahmi dengan keluarga yang berusia lanjut atau memiliki penyakit dasar maka akan berbahaya.
"Proses dia berjalan, bertemu banyak orang, tidak pakai masker dengan benar, atau ada yang bersin, batuk, dan berbicara, lalu virus terhirup atau menempel ke baju yang bisa bertahan lama, dibawa ke rumah lalu menularkan ke orang tua yang selama ini melakukan isolasi mandiri. Itu yang ditakutkan," katanya. (BBC Indonesia)
Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul Idul Fitri: Pengalaman hari raya di tengah pandemi Covid-19 - 'tidak terasa seperti Lebaran' dan 'ada yang hilang’