Virus Corona
Usulkan PSBB Pulau Jawa, Pakar Epidemiologi Sebut Lebih Mudah: Bukan Meninggalkan Pulau Lain
Pakar Epidemiologi Pandu Riono mengusulkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dapat dilakukan berbasis pulau.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Pandu Riono mengusulkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dapat dilakukan berbasis pulau.
Dikutip TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam tayangan Kompas TV, Kamis (14/5/2020).
Seperti diketahui, masih banyak pemudik yang lolos dan tidak terdeteksi meskipun sudah ada larangan PSBB.

• Hanya Yogyakarta, Satu-satunya Provinsi di Pulau Jawa yang Kawasannya Belum Menerapkan PSBB Covid-19
Menurut Riono, usul tersebut pernah disampaikannya.
"Saya kira ini strategi yang sangat tepat karena kami dulu pernah mengusulkan karantina wilayah pembatasan sosial berbasis pulau," kata Pandu Riono.
Riono menyebutkan hal tersebut akan lebih mudah dan efektif.
"Pulau ini sangat mudah. Kita bisa membatasi pergerakan penduduk dari pulau ke pulau dan dalam pulau itu sendiri," jelas dia.
"Ini jauh lebih mudah secara geografis," tambahnya.
Ia menuturkan tantangannya ada pada kerja sama antarpemerintah daerah.
"Mungkin secara administratif butuh kerja sama yang sangat kuat di antara pemda, gubernur, bupati," papar Riono.
Riono yakin PSBB se-Jawa dapat terwujud.
"Saya kira bisa karena ini suatu wilayah yang sangat dinamis, semuanya terhubung dengan komunikasi yang baik," kata Riono.
"Kalau ada masalah di Jawa Timur bisa dibantu di wilayah lainnya," lanjutnya.
• Komentari soal Wacana Pelonggaran PSBB, Faisal Basri Singgung Keinginan Jokowi: Ini Subjektif
Dengan demikian penularan antarwilayah dapat ditekan.
"Ini prioritas, bukan meninggalkan pulau-pulau lain," ungkap ahli Epidemiologi ini.
"Itu bisa strategis kalau kita bisa menyelesaikannya," tegasnya.
Ia menambahkan hal yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan masyarakat, terutama dalam hal fasilitas kesehatan.
"Sekarang sudah waktunya setiap gubernur yang di pulau ini bekerja sama untuk bisa memetakan semua kebutuhan testing, kebutuhan membatasi pergerakan penduduk supaya tidak terlalu dinamis," kata Riono.
Riono juga menyoroti masih banyaknya masyarakat yang mudik meskipun sudah ada larangan dan PSBB.
"Ini 'Kan masalahnya arus mudik dan mudik bisa sangat menyebar dari wilayah-wilayah di Pulau Jawa ini," jelasnya.
Selain itu, ia menyebutkan PSBB juga dapat dilakukan dalam skala komunitas.
Menurut Riono, sebagian besar wilayah di Pulau Jawa telah menjadi daerah urban.
"Masalah lain yang kita bisa petakan untuk membangun pembatasan sosial berbasis komunitas," ungkapnya.
"Wilayah urban ini yang menjadi prioritas supaya kita mengidentifikasi tempat-tempat klaster yang mungkin terjadi," jelas Riono.
• Pakar Epidemiologi Minta Pemerintah Harus Penuhi 3 Indikator Ini sebelum Lakukan Pelonggaran PSBB
Lihat videonya mulai menit 8:00
Wacana Pelonggaran PSBB
Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menanggapi wacana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang akan segera dilonggarkan.
Sejumlah daerah termasuk DKI Jakarta diketahui menerapkan PSBB untuk menekan pertumbuhan kasus positif Virus Corona (Covid-19).
Dikutip TribunWow.com, Zubairi Djoerban menilai saat ini pandemi Virus Corona di Indonesia pun belum mencapai puncak.
• Soal PSBB, Ahli Epidemiologi Singgung Idul Fitri Segera Tiba: Seakan-akan Masyarakat Disuruh Ini-Itu
Awalnya, ia mengakui seluruh masyarakat pasti ingin PSBB dan pandemi segera usai.
"Namun kalau terburu-buru, saya khawatir kalau konsekuensinya berat," kata Zubairi Djoerban, dalam tayangan Kompas TV, Rabu (13/5/2020).
"Jadi kalau misalnya sekarang ini kita evaluasi dulu, rasanya PSBB belum terlalu optimal," lanjutnya.
Zubairi menerangkan pengalamannya sendiri selama PSBB.
Ia menyebutkan selama ini tidak pernah diperiksa atau dihalangi petugas saat keluar rumah.
"Saya mulai dari awal wabah sampai hari ini kalau ke rumah sakit dari arah Tebet ke RS Cipto Mangunkusumo di daerah Kramat, itu belum pernah dihentikan untuk ditanya ada urusan apa pergi keluar rumah," papar Zubairi.
"Kenyataannya di jalan masih banyak sekali mobil dan di pasar masih banyak orang," tambah dia.
Ia meminta hal tersebut menjadi perhatian agar segera didisplinkan.
Zubairi kemudian menyinggung penutupan gerai McDonald's Sarinah yang menimbulkan keramaian.
Diketahui gerai tersebut adalah yang pertama di Indonesia, sehingga banyak warga Jakarta yang merasa kehilangan.
Mereka kemudian berkumpul pada hari terakhir penutupan McDonald's Sarinah untuk bernostalgia.
• Soroti PSBB di DKI Jakarta, Ahli Epidemiologi Singgung Anies Baswedan: Gubernurnya juga Euforia
"Kemudian kita baru dengar masalah penutupan McDonald's di Sarinah yang ternyata jadi banyak sekali orang dan tidak bisa segera dibubarkan," papar Zubairi.
Menurut Zubairi, PSBB sudah mulai dapat dilonggarkan saat puncak kurva pandemi dilewati.
"Jadi monggo saja dikendorkan kalau peak (puncak) sudah kita lewati," kata Zubairi.
Ia menyebutkan ada beberapa kriteria yang dapat menjadi penilaian kurva pertumbuhan kasus sudah mulai melandai.
"Artinya peningkatan jumlah status yang positif sudah mulai berkurang dan kurvanya melandai, dan angka kematian turun drastis," jelas dia.
Zubairi berpendapat saat ini Indonesia bahkan belum mencapai puncak kasus.
"Kalau mengenai kenaikan jumlah status agak sulit dinilai, karena para ahli sudah mempunyai lebih dari 90 ribu kasus," ungkap dia.
"Sekarang yang terdeteksi belum ada 20 ribu," jelas Zubairi. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)