Virus Corona
PSBB di Surabaya Diperpanjang, Pemkot Tegaskan Pelanggar akan Dikenakan Sanksi Tindak Pidana Ringan
Pemerintah Kota Surabaya memutuskan akan memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Kota Surabaya memutuskan akan memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Kompas TV pada Minggu (10/5/2020), PSBB akan diperpanjang hinggal Senin (25/5/2020).
Tahap kedua PSBB di Surabaya Raya nantinya akan diwarnai dengan sanksi tegas.

• Mengamuk karena Tak Terima Ditegur Petugas PSBB, Pemuda Ini Akhirnya Diamankan Polisi
Sedangkan pada PSBB tahap pertama, pemerintah cenderung baru memberikan teguran pada pelanggar.
Warga yang tidak memakai masker atau toko bukan prioritas yang masih nekat buka akan diberi sanksi tindak pidana ringan.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini memperingatkan agar toko-toko yang masih diizinkan buka menerapkan physical distancing.
"Kalau toko-toko itu misalkan banyak tolong diminta antri yang masuk di dalam toko itu."
"Supaya tidak ada desak-desakan itu saya berharap," ujar Risma.
Risma mengatakan bahwa sebenarnya hal semacam itu sudah dilakukan sebelumnya oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
• Isu Izin Perusahaan Dicabut saat PSBB, Sandiaga Uno Kecam Pelaksanaan: Ide Bagus, Koordinasi Buruk
"Tapi kemarin sudah dilakukan tindakan oleh Satpol PP," sambungnya.
Risma lantas menyinggung bahwa ada di suatu Kecamatan orang nekat melanggar PSBB sampai tiga kali.
Akibatnya, pelanggar itu mau tak mau ditindak.
"Jadi sudah diperingatkan bahkan ada Kecamatan itu ada yang menindak, sudah diperingatkan tiga kali tetap membandel ya sudah ditindak," ucap dia.
Lihat videonya berikut:
PSBB Dinilai Masih Top Down
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono menyoroti tingginya angka penularan Virus Corona di Indonesia setiap harinya.
Dilansir TribunWow.com, jumlah kasus pasien positif Virus Corona di tanah aiar per Sabtu (9/5/2020) mencapai 13.645 kasus terkonfirmasi, jumlah ini naik sebanyak 533 kasus dari pada hari sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut, Pandu Riono secara khusus menyinggung tingkat kepatuhan masyarakat terhadap imbauan-imbauan untuk meminimalisir penularan Covid-19.

• UPDATE Virus Corona di Indonesia Sabtu 9 Mei 2020: 13.645 Kasus Positif, 2.607 Sembuh
Ia juga menyinggung tren di DKI Jakarta yang turut meningkat akibat menurunnya tingkat kepatuhan masyarakat.
Padahal DKI Jakarta dalam beberapa waktu terakhir telah mengalami penurunan kasus penularan cukup bagus.
"Karena tingkat kepatuhan masyarakat itu tidak nambah, seperti data-data nasional menggunakan data dari Google itu tidak ada peningkatan kepatuhan masyarakat," ujar Pandu dikutip dari Inews, Sabtu (9/5/2020).
"Data DKI juga demikian, begitu tadinya sudah tingkat kepatuhannya meningkat sekarang menurun lagi."
"Tidak heran angka kasus meningkat padahal tadinya sudah turun," tambahnya.
PSBB Masih Top Down
Menurut Pandu, pembatasan sosial berskala besar yang diterapkan sejauh ini di berbagai wilayah masih belum efektif.
Masih ada celah-celah bagi masyarkat untuk leluasa beraktivitas akibat tidak adanya monitoring dan evaluasi yang efektif pula.
"Belum efektif, karena masih banyak bocornya sana sini," ujar Pandu.
"Kenapa tidak efektif karena tidak dimonitoring, tidak dievaluasi.
"Jadi kalau ada kegiatan PSBB, mohon dimonitoring dan dievaluasi sehingga selalu ada perbaikan," imbuhnya.
• Aksi Pembobolan Rekening Meningkat di Tengah Wabah Corona, Jangan Berikan Kode Ini pada Siapapun
Menurutnya, masyarakat masih melihat data Covid-19 hanya sebatas statistik saja.
Hal itu tidak lain adalah karena penerapan PSBB sejauh ini masih bersifat top down.
Menurut Pandu, PSBB saat ini mestinya sudah tidak berbasis wilayah lagi.
Melahinkan lebih dispesifikan dal tiap-tiap komunitas masyarakat, bottom up.
Hal itu akan memupuk kesadaran masyarakat dari bawah langsung dan penerapan PSBB mungkin bisa jauh lebih efektif dibanding saat ini.
"Angka itu tidak hidup, angka itu kan cuma angka orang tidak sadar bahwa angka itu juga manusia apalagi bila kita melihat jumlah kematian," ucap Pandu.
"Menurut saya sih memang terlalu top down selama ini, PSBB terlalu top down," tambahnya.
"Sehingga seharausnya PSBB di mana masyarakat yang mulai mengambil inisiatif, dalam artian pembatasan wilayahnya tidak berbasis wilayah lagi tapi berbasis komunitas."
Sehingga kalau berbasis komunitas, komunitas akan mengingatkan, mereka sadar bahwa mereka yang memulai."
"Jadi tingkat kepatuhannya akan meningkat kalau dibandingkan dengan top down seperti ini," tegasnya.
• Jokowi Targetkan Corona Turun Mei, Effendi Gazali Duga Gara-gara Presiden Dengar Prediksi Singapura
Simak videonya mulai dari awal:
(TribunWow.com/Mariah Gipty/Rilo Pambudi)