Jasad ABK Dibuang ke Laut
Dubes RI di Seoul Pastikan Masalah ABK Sudah Ditangani, Mengaku Bersyukur Ada Saksi yang Jadi Kunci
Duta Besar RI di Seoul Korea Selatan, Umar Hadi memastikan bahwa permasalahan yang menimpa ABK asal Indonesia sudah ditangani dan sedang diproses.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Duta Besar RI di Seoul Korea Selatan, Umar Hadi memastikan bahwa permasalahan yang menimpa anak buah kapal (ABK) asal Indonesia sudah ditangani dan sedang diproses.
Dilansir TribunWow.com, Umar Hadi mengaku kecewa dan menyesalkan masalah yang menimpa ABK asal Indonesia oleh kapal berbendera Republik Rakyat Tiongkok (RRT) tersebut.
Menurut Umar Hadi, kejadia nitu jelas tidak manusiawi dan dirinya menyebut ada dugaan perbudakan di kapal Liong Xin.

• Retno Marsudi Kutuk Perlakuan yang Diterima ABK Indonesia: Pemerintah Berkomitmen Usut Tuntas
Maka dari itu, dirinya selaku Dubes RI tentunya tidak tinggal diam dan akan mengurus sampai selesai.
Umar Hadi mengatakan permasalahan perbudakan di kapal harus dipikirkan secara serius, terlebih masih banyak ABK asal Indonesia yang bekerja di bidang yang sama.
Hal ini disampaikan Umar Hadi ketika diwawancarai oleh Youtuber Jang Hansol dalam kanal Youtube pribadinya, Korea Reomit, Senin (11/5/2020).
"Tapi juga tentunya kita semua sangat prihatin sangat sedih, sangat kecewa, terpukul, bahkan marah, bahwa masih ada saja anak-anak Indonesia yang bekerja di atas kapal yang merasa atau yang masih menghadapi masalah," ujar Umar Hadi.
"Ini memang suatu persoalan yang harus kita pikirkan secara serius," tegasnya.
Namun di sisi lain, Umar Hadi mengaku bersyukur lantaran masih ada 14 ABK lainnya yang selamat.
14 ABK tersebut juga sudah kembali ke Tanah Air setelah selesai menjalani isolasi.
Mereka akan sangat membantu proses hukum yang berlangsung dengan menjadikannya sebagai saksi.
Karena menurut Umar Hadi, merekalah yang saat ini bisa menjadi kunci untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
• Dugaan Perbudakan, Pengacara Ungkap Hal Tak Manusiawi pada ABK, Makanan Busuk dan Minum Air Laut
"Tapi yang kedua kalau saya sudah cukup bersyukur bahwa minimal 14 anak yang tadinya ada di Busan di karantina sudah selesai karantinanya, mereka dalam keadaan sehat," kata Umar Hadi.
"Sebab kesaksian keterangan mereka ini sangat penting, ini kunci dari masalah ini ke depannya," sambungnya.
"Ketiga pasti kita akan terus lanjutkan, jadi sebetulnya, sebelum ada pemberitaan pun kita sudah tahu dan terus menangani, sebelum kapalnya datang, turun dari kapal, yang sakit kita fasilitasi ke rumah sakit, sampai ada satu yang meninggal di rumah sakit kita urus jenazahnya dan sudah kita pulangkan jenazahnya,"
"Faktanya kan mereka menyampaikan keluhan secara resmi menyampaikan keterangan baik melalui pengacara setempat maupun kepada kami di KBRI dan semuanya sudah ditindaklanjuti oleh aparat penegakan hukum, polisi di Korea Selatan."
"Kalau dibilang beres ya belum, yang penting ke depan bagaimana apa yang menjadi kepentingan mereka bisa terpenuhi,"
"Intinya kan ada orang mencari keadlian, ya kita fasilitasi supaya keadilan bisa dicapai," pungkasnya.
• Bekerja di Kapal Selama 14 Bulan, ABK yang Jasadnya Dilarung Disebut Tak Pernah Menelepon Keluarga
Simak Videonya dari menit awal:
Pengacara Ungkap Hal Tak Manusiawi pada ABK, Makanan Busuk dan Minum Air Laut
Kasus pelarungan anak buah kapal (ABK) asal Indonesia oleh kapal berbendera Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau China memunculkan fakta baru.
Dugaan kuat terjadi perbudakan ABK asal Indonesia oleh kapal milik RRT, Kapal Liong Xin.
Dilansir TribunWow.com, pengacara ABK Kapal Liong Xin, Boris Tampubolon mengungkapkan hal tidak manusiawi yang dialami oleh kliennya.
Boris mulanya mengungkapkan bawa kliennya 14 ABK itu mendapatkan iming-iming menggiurkan berupa gaji besar yang akan didapat.
ABK tersebut dijanjikan mendapatkan gaji sebesar 300 usd atau sekitar Rp 4,4 juta per bulan.
Selain gaji, mereka juga akan mendapatkan fasilitas kehidupan yang enak selama berada di kapal dengan pekerjaan yang layak.

• Kisah Pilu Keluarga Tak Terima ABK yang Dilarung ke Laut, Hanya Dapat Selembar Surat Kematian
Menurut Boris, hal tersebut membuat mereka merasa tergiur, karena di satu sisi juga sedang menganggur dan membutuhkan pekerjaan.
Hal tersebut disampaikan Boris dalam kanal Youtube metrotvnews seperti yang dikutip TribunWow.com, Minggu (10/5/2020).
"Jadi dari keterangan klien kami, pada intinya yang mereka rasakan adalah iming-iming, jadi diiming-imingi gaji yang besar, kemudian prosesnya juga cepat, karena memang pada basicnya mereka ini ingin mencari kerja," ujar Boris.
"Dan disampaikan juga bahwa nanti di sana kerja layak, bahwa ya 12 jam sehari kerja, tetapi yang terjadi setelah mereka setuju yang terjadi malah sebaliknya," jelasnya.
Namun kenyataannya mereka tidak mendapatkan seperti yang sudah dijanjikan di awal.
Untuk gaji hanya dibayar 120 usd atau sekitar Rp 1,7 juta per 14 bulan bukan per bulan.
Lebih parahnya lagi bahkan ada yang tidak mendapatkan gaji.
Padahal mereka sudah dipaksa bekerja melampaui batas, yakni 18 jam per hari.
• Menangis, Keluarga ABK Indonesia yang Meninggal Ungkap Kesaksiannya: Sesak Napas, Badan Bengkak
"Gaji yang dijanjikan di awal itu tidak pernah diberikan, kalaupun diberikan itu paling 120 usd per 14 bulan yang seharunya dijanjikan itu 300 usd per bulan," kata Boris.
"Bahkan ada yang tidak diberikan gaji sama sekali," imbuhnya.
"Semua enggak sesuai (kontrak)" tegasnya.
Tidak hanya soal gaji, mereka ternyata juga mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi.
Boris mengungkapkan bahwa mereka makan makanan yang tidak higenis atau kata lainnya makanan busuk.
Makanan tersebut seharusnya adalah untuk umpan ikan.
"Soal kesehatan, jadi yang mereka makan itu makanan yang tidak layak, makanan yang tidak higenis, kalau bahasa kasarnya adalah makanan yang sudah busuk," ungkapnya.
"Karena makanan yang mereka makan adalah makan untuk umpan ikan, ayam memang ayam, daging, tetapi dagingnya sudah biru."
Berbeda halnya dengan ABK yang diperlakukan seperti budak, untuk para pekerja lain dan nahkoda mendapatkan makanan yang layak dan masih segar.
• Susi Pudjiastuti Bicara Solusi Kasus ABK Indonesia di Kapal China: Tinggal Ada Keseriusan atau Tidak
"Sementara untuk nahkoda atau petugas-petugas kapal lain, makannya berbeda dari mereka," kata Boris.
"Mereka makan udang, telur, ikan fresh, minumnya air kemasan," imbuhnya.
Kemudian untuk minum, mereka juga bernasib buruk, yakni minum air laut.
"Kalau mereka ini minumnya air garam, air laut yang disaring,"
"Kemudian mandi juga pakai air laut, lalu ada yang sakit itu yang dikasih obat expayed," pungkasnya.
Simak videonya:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)