Jasad ABK Dibuang ke Laut
Jawaban Nahkoda ketika ABK Lain Minta Jenazah Dipulangkan dan Jangan Dilarung: Buang Saja di Sini
Pengacara ABK Kapal Liong Xin, Boris Tampubolon mengungkapkan kronologi pelarungan salah seorang ABK asal Indonesia oleh kapal berbendera RRT.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pengacara anak buah kapal (ABK) Kapal Liong Xin, Boris Tampubolon mengungkapkan kronologi pelarungan salah seorang ABK asal Indonesia oleh kapal berbendera Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Dilansir TribunWow.com, Boris Tampubolon mengatakan sebelum pelarungan tersebut dilakukan, ada teman-teman dari ABK lainnya yang meminta kepada nahkoda ataupun kapten kapal supaya jasad jangan dilarung, tapi dipulangkan.
Namun mereka tetap tidak menghiraukan dan tetap melanjutkan pelarungan.

• Kisah Pilu Keluarga Tak Terima ABK yang Dilarung ke Laut, Hanya Dapat Selembar Surat Kematian
Menurut Boris dan berdasarkan pengakuan dari kliennya, kapten kapal mengatakan bahwa harus melakukan pelarungan karena sedang berada jauh dari daratan.
Padahal hal itu bisa dilakukan dengan terlebih dulu menyimpan di peti mati dan dibekukan.
Hal ini disampaikan Boris dalam tayangan Youtube metrotvnews, seperti yang dikutip TribunWow.com, Minggu (10/5/2020).
Tidak hanya soal gaji, mereka ternyata juga mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi.
Boris mengungkapkan bahwa mereka makan makanan yang tidak higenis atau kata lainnya makanan busuk.
Makanan tersebut seharusnya adalah untuk umpan ikan.
"Soal kesehatan, jadi yang mereka makan itu makanan yang tidak layak, makanan yang tidak higenis, kalau bahasa kasarnya adalah makanan yang sudah busuk," ungkapnya.
"Karena makanan yang mereka makan adalah makan untuk umpan ikan, ayam memang ayam, daging, tetapi dagingnya sudah biru."
• Menangis, Keluarga ABK Indonesia yang Meninggal Ungkap Kesaksiannya: Sesak Napas, Badan Bengkak
Berbeda halnya dengan ABK Indonesia yang diperlakukan seperti budak, para pekerja lain dan nahkoda mendapatkan makanan yang layak dan masih segar.
"Sementara untuk nahkoda atau petugas-petugas kapal lain, makannya berbeda dari mereka," kata Boris.
"Mereka makan udang, telur, ikan fresh, minumnya air kemasan," imbuhnya.
Kemudian untuk minum, mereka juga bernasib buruk, yakni minum air laut.
"Kalau mereka ini minumnya air garam, air laut yang disaring."
"Kemudian mandi juga pakai air laut, lalu ada yang sakit itu yang dikasih obat expired," lanjutnya.
Dengan melihat kondisi seperti itu, maka wajar banyak yang sakit bahkan sampai meninggal.
Terlebih ketika sakit juga tidak mendapatkan perlakukan yang lebih baik.
Mereka bahkan diberikan obat yang expired atau kadaluarsa.
• Iklim Kerja Ekstrem dan Diskriminasi ABK Indonesia di Atas Kapal China: Kadang Kita Tidur Cuma 3 Jam
"Jadi karena kondisi mereka di kapal yang tidak manusiawi kerjanya diforsir terus dari jam 10 sampai jam 5 pagi itu kerja terus," ujar Boris.
"Bahkan kalau sedang ramainya dua hari nonstop, kerja terus. Terus di kondisi makananya seperti itu, jadi wajar kalau sakit," jelasnya.
"Pas sakit, tetapi itu treatment juga tidak manusiawi, tidak layak, dikasih obat expired dan sebagainya."
Sementara itu terkait kabar ada yang meninggal tiga ABK asal Indonesia, Boris membenarkan.
Dirinya mengaku tambah tidak terima ketika jenazahnya dibuang ke laut.
"Akhirnya ada yang meninggal tiga orang," terang Boris.
"Kawan-kawan mereka yang masih hidup itu bilang 'Pak pulangin jasad teman kami ini, jangan dibuang ke laut'."
"Tapi itu nahkodanya bilang 'Oh gak bisalah kita lagi jauh ini ke darat enggak bisa, jadi dibuang aja di sini'."
"Padahal sebetulnya bisa dimaksukin ke peti dulu, kemudian di freeze," pungkasnya.
• Susi Pudjiastuti Bicara Solusi Kasus ABK Indonesia di Kapal China: Tinggal Ada Keseriusan atau Tidak
• Cerita Keluarga ABK Indonesia di Kapal China yang Jenazahnya Dilarung: Minta Rekening dengan Saya
Simak videonya mulai menit ke- 4.31
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)