Virus Corona
Kisah Keluarga Pasien Corona yang Video Call sang Ibu sebelum Meninggal: Dia Tak akan Bangun Lagi
"Beberapa jam sebelum ibu saya meninggal, saya berbincang dengannya melalui panggilan video."
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Selama beberapa pekan kemudian, dia tidak bisa makan, semakin lemas, dan pada akhirnya meninggal dunia setelah ususnya bocor.
Para dokter meyakini tindakan operasi akan membuatnya meninggal, dan kalaupun dia selamat, kualitas hidupnya sangat rendah. Hanya sedikit yang mereka bisa lakukan.
Meski pembatasan wilayah belum berlaku di Inggris, virus corona sudah menyebar dan keluarga kami menghadapai dilema yang sangat sulit.
Bagaimana kami bisa mengunjungi ibu yang sakit di rumah sakit, ketika kami bisa menempatkan dia, pasien lain, dan staf rumah sakit dalam risiko?
Dan kami juga berisiko. Keluarga adik saya punya riwayat penyakit, sehingga dia memutuskan tidak akan mengorbankan keselamatan dia dan keluarganya dengan berkunjung ke rumah sakit.
Ayah saya, Bernie—usia 75 tahun—membesuk ibu saya di rumah sakit dengan memakai masker dan sarung tangan yang saya kirimkan.
Saya mulai menyiapkan ayah dengan kenyataan bahwa dia membawa risiko kepada semua orang di rumah sakit ketika membesuk dan ada kemungkinan aturan akan dirilis mengenai larangan membesuk ke rumah sakit.
• Reaksi Aiman Witjaksono saat Jerinx SID Tuding Media Tak Kabarkan yang Sebenarnya soal Corona
Kami menggunakan aplikasi WhatsApp untuk berbincang dengan ibu. Ayah saya yang memegang ponsel dan mendekatkannya ke ibu.
Ini membuat kami dapat melakukan percakapan video antara rumah sakit di barat daya Inggris dengan keluarga di London dan Hong Kong.
Namun, begitu karantina wilayah diberlakukan, ayah saya berhenti membesuk ke rumah sakit.
Kondisi kesehatan ibu membuat dia tidak sanggup menjawab panggilan telepon tanpa bantuan. Jadi kami menelepon rumah sakit dan meminta perawat menjawab panggilan ponsel yang ditinggalkan ayah untuk ibu.
Tiba-tiba, ibu dipindahkan ke ruang isolasi karena diduga mengidap virus corona. Para perawat pemberani memakai sarung tangan, masker, dan baju pelindung untuk masuk ke kamar ibu.
Saya mengatur panggilan video yang bertepatan dengan kedatangan mereka.
Para perawat dengan senang hati membantu. Mereka paham bahwa akibat karantina, ponsel tersebut adalah satu-satunya alat bagi ibu saya untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Namun, ponsel itu tak berfungsi.