Virus Corona
6 Vaksin Covid-19 Diuji Coba pada Manusia, Ini Hambatan dan Tantangan yang Dihadapi Selanjutnya
Beberapa tim ilmuwan terus bekerja untuk bisa menemukan vaksin demi mengakhiri pandemi Virus Corona.
Editor: Claudia Noventa
Calon berikutnya adalah vaksin yang dibuat dari virus yang telah dinonaktifkan dari Institut Produk Biologi Wuhan, subordinat dari Grup Farmasi Nasional China, Sinopharm.
Tipe vaksin ini dibuat dengan memproduksi partikel virus di reaktor dan memurnikannya sehingga virus kehilangan kemampuan untuk menyebabkan penyakit.
“Ini merupakan teknologi paling lazim, dan merupakan platform produksi vaksin yang paling sering dipakai,” papar dr. Felipe Tapia.
“Teknologi ini produknya sudah mengantungi lisensi untuk dipasarkan”.
“Kebanyakan perkiraan vaksin untuk Covid-19 akan siap antara 12 hingga 16 bulan berdasarkan tipe vaksin ini,” katanya kepada BBC Mundo.
• Hasil Rapid Test, Warga Sekampung di Bali Positif Corona, Bupati Bangli Mengaku Syok
• Viral Kemunculan Diduga Bintang Turaya Pertanda Wabah Corona Berakhir, Astronom Angkat Bicara
Inggris
Vaksin keenam adalah Vacuna ChAdOx1 dari Jenner Institute, University of Oxford, Inggris.
Uji coba klinis pertama di Eropa dimulai tanggal 23 April untuk mengetes vaksin ini.
Ini adalah jenis vaksin gabungan atau rekombinan, serupa dengan yang dibuat oleh CanSino di China.
Namun tim di Oxford menggunakan versi adenovirus dari simpanse yang telah dilemahkan dengan modifikasi sehingga tidak direproduksi pada manusia sebagai vektor.
“Yang mereka lakukan adalah memproduksi virus dalam reaktor yang tidak berbahaya tapi di permukaan memperlihatkan protein yang sama dengan Virus Corona. Maka ini akan menghasilkan respons kekebalan tubuh,” kata dr. Tapia.
Para ilmuwan telah berpengalaman menggunakan teknologi ini, antara lain untuk mengembangkan vaksin untuk MERS yang juga disebabkan Virus Corona.
Hasil uij coba klinis, kata tim ini, memperlihatkan hasil yang positif.
Tantangan produksi masal
Sekalipun kemajuan pesat terjadi dalam pembuatan vaksin Covid-19, para ahli mengatakan tak ada jaminan bahwa penyuntikan atau inokulasi akan berhasil.
Dijelaskan oleh dr. Felipe Tapia, tidak diketahui bagaimana reaksi vaksin ini terhadap jenis populasi berbeda, atau di antara kelompok umur berbeda.