Virus Corona
Tertawa Ungkap Alasan Isolasi Pemudik 'Bandel' di Rumah Angker, Bupati Sragen: Memang Dibuat Kapok
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yunu Sukowati angkat bicara soal keputusannya menempatkan pemudik 'nakal' di rumah kosong yang dikenal angker.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Bupati Sragen, Jawa Tengah, Kusdinar Untung Yunu Sukowati angkat bicara soal keputusannya menempatkan pemudik 'bandel' di rumah kosong yang dikenal angker.
Dilansir TribunWow.com, wanita yang kerap disapa Yuni itu menyebut aturan tersebut dilakukannya untuk memberikan rasa jera pada pemudik yang nekat keluar rumah di masa isolasi mandiri.
Menurut Yuni, hukuman itu efektif membuat para pemudik jera dan tak lagi keluar rumah.
Hal itu disampaikannya dalam acara Mata Najwa, Rabu (29/4/2020).

• Dikarantina di Rumah Angker karena Nekat Mudik, 2 Warga Sragen Menyerah, 1 Tetap Bertahan
• Hasil Rekam Media Covid-19 Bocor, Bupati Sragen Copot Kepala Lab RSUD dr Soehadi: Di Mana Etikanya
Yuni menceritakan, ide tersebut muncul saat dirinya sedang berkunjung ke posko penanganan Virus Corona di Desa Depat, Masaran, Sragen.
Ia menyebut, kala itu ada petugas yang mengeluhkan adanya pemudik yang nekat keluar rumah pada masa isolasi mandiri.
"Waktu saya mengecek posko di Desa Sepat, ada salah satu petugas posko bertanya kepada saya," ucap Yuni.
"'Ibu, kalau ada pemudik kami yang tidak komitmen sebelum 14 hari sudah keluar rumah untuk urusan apapun'."
Lantas, karena keluhan tersebut ide Yuni menempatkan pemudik bandel di rumah kosong pun muncul.
Namun, ia menyebut sebelum hal itu dilakukan pihaknya terlebih dahulu memberikan peringatan kepada para pemudik.
Jika masih nekat, para pemudik itu pun harus bersedia tinggal sementara di rumah kosong tersebut.
"Saya sampaikan 'Temui kemudian sampaikan berikan teguran, kalau hari ini Anda keluar lagi berarti karantinanya mulai dari hari pertama lagi'," jelas Yuni.
"Kemudian kalau dia masih tidak komitmen lagi, baru saya tanyakan 'Ada rumah kosong enggak di sini? Ada ibu yang bisa ditempati'."
"Ide itu muncul, kemudian saya sampaikan 'Oke kita lihat, bersihkan. Kalau ada pemudik yang ngeyel lagi masukkan aja di sini'," sambungnya.
• Refly Harun Pertanyakan Muhadjir Effendy soal Corona, yang Sering Muncul Malah Mahfud MD dan Luhut
Meskipun begitu, Yuni mengatakan tetap ada sejumlah pemudik yang tetap nekat keluar rumah untuk urusan tertentu.
Petugas pun terpaksa harus membawa pemudik itu ke rumah kosong untuk diisolasi.
Yuni mengatakan, hal itu dilakukan untuk membuat para pemudik kapok dan tak lagi melanggar aturan.
"Dan ternyata ada orang yang bandel, yang tidak komitmen," terang Yuni.
"Memang harus dibuat kapok, orang Indonesia itu takut sama hantu," sambungnya tertawa.
Lebih lanjut, Yuni mengungkapkan tak mau Virus Corona semakin menyebar di daerahnya.
Karena itu, ia meminta warga Sragen untuk secara aktif melaporkan pemudik yang tetap nekat melanggar aturan.
"Jadi ini hanya kita ambil efek jeranya mereka, supaya mereka bisa memaklumi dan disiplin terhadap komitmen ini," terang Yuni.
"Karena untuk kesehatan bersama, mereka pulang kampung jangan sampai membawa penyakit dibawa pulang ke kampung."
"Dan saya meminta teman-teman juga di desa untuk aktif, akhirnya karena banyak orang yang bandel ini harus kita berikan punishment," tukasnya.
Simak video berikut ini menit ke-7.06:
Kesaksian Pemudik yang Diisolasi di Rumah Angker
Di sisi lain, sebelumnya pemudik yang 'bandel' hingga diisolasi di Rumah Angker di Sragen, Heri Susanto mengungkap kesaksiannya.
Hal itu diungkapkan Heri Susanto saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Rabu (22/4/2020).
Heri Susanto akhirnya ditempatkan ke rumah angker tersebut setelah sempat keluar membeli mainan anaknya.
• Warga Terobos Pagar Besi dan Keluyuran saat Jam Malam PSBB, Ichwan Noor Usul: Biar Jadi Kota Mati
Padahal, dia seharusnya menjalani isolasi mandiri selama 14 hari setelah mudik dari Lampung.
"Ya kronologi waktu itu saya pulang kampung dari Lampung kan terus anak saya nangis minta dibeliin mainan tenda-tendaan itu."
"Terus saya antar ke Sragen (kota) beli ke toko mainan, sampai situ kan ada Satgas Covid-19 itu datang ke rumah saya," ujar Heri.
Heri menjelaskan dirinya sempat dicari oleh petugas Satgas Covid-19 setempat di rumahnya.
Namun karena dirinya tak ada di rumah, Satgas lantas ke menyusul Heri untuk menjemputnya pulang.
Sementara itu, kejadian tersebut terjadi pada hari keempat isolasi mandiri.
Selain itu, Heri menjelaskan bahwa setiap RT memiliki petugas Satgas untuk mengawasi para ODP.
"Ditanyai 'Kok enggak ada Mas Herinya' langsung dicari ke Sragen, di situ kan saya sudah pulang ketemu di Jalan Raya Nguwer Sragen, saya ditarik, saya dibawa pulang. Hari Minggu berarti sudah empat hari."
"Ya ada satu RT kan dikoordinasi, ini kan nanti dipantau satu-satu, ODP, pulangnya kan enggak sama, ada yang mantau," jelasnya.
• Jokowi Sampaikan Kabar Baik, Berdasarkan Penelitian di Amerika Virus Corona Rentan Cuaca Panas
Kemudian, Heri mengungkapkan nekat ke luar rumah karena tidak tahan melihat anaknya terus menangis minta diantar membeli mainan.
"Ya karena anak saya nangis terus jadi kasihan," sambungnya.
Saat disinggung soal rumah angker tersebut, Heri mengatakan dirinya baik-baik saja.
"Ya cerita orang-orang kan tempatnya angker, itu kan sudah enggak dipakai sekitar 10 tahunan."
"Tapi Alhamdulillah selama di sini ya baik-baik saja," ujar Heri.
"Enggak lihat ada penampakan gitu ya Pak?" tanya presenter.
"Ya InsyaAllah enggak. Tiga orang, iya semua pemudik," jawab Heri kemudian.
Heri mengatakan, selama di sana bersama dengan tiga pemudik lainnya, setiap pagi diperintahkan untuk berjemur dan melakukan olahraga ringan.
Meski demikian, rumah angker tersebut kini hanya dihuni oleh Heri, lantaran 2 pemudik lainnya menyerah.
Soal ketersediaan makanan, Heri mengaku tak pernah kekurangan.
"Ya kalau pagi itu jadwalnya harus berjemur, terus loncat-loncat jogging itu, paling itu pokoknya rutin, waktunya salat, salat."
"Alhamdulilah aman, lancar (kebutuhan logistik)," ungkapnya.
• Viral ODP Corona Bandel akan Dikarantina di Rumah Angker, Kades: Ada yang Diperlihatkan Penunggu
Lalu, Heri memberi pesan agar semua pemudik di Sragen khususnya untuk disiplin menerapkan isolasi mandiri.
Pasalnya, ketidaksiplinan bisa merugikan keluarga hingga warga lainnya.
"Kepala seluruh pemudik yang pulang kampung ke Desa Sepat saya mohon ikuti Peraturan Pemerintah."
"Karena apa kalau kita sekali melanggar, risikonya bisa ke keluarga kita, warga sekitar kita dan umumnya Warga Desa Sepat," ucapnya. (TribunWow.com)