Breaking News:

Virus Corona

Ungkap Alasan Lain Masyarakat Tetap Nekat Mudik, Sosiolog: Bukan Semata-mata Silaturahmi Keluarga

Sosiolog Bayu Yulianto mempunyai pandangan lain terkait masih banyak masyarakat yang nekat mudik meski sudah ada larangan.

Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Youtube/Talk Show tvOne
Sosiolog Bayu Yulianto mempunyai pandangan lain terkait masih banyak masyarakat yang nekat mudik meski sudah ada larangan. 

TRIBUNWOW.COM - Sosiolog Bayu Yulianto mempunyai pandangan lain terkait masih banyak masyarakat yang nekat mudik meski sudah ada larangan.

Dilansir TribunWow.com, Bayu Yulianto mengatakan alasan masyarakat nekat mudik bukan semata-mata karena ingin bersilaturahmi dengan keluarga.

Menurut Bayu ada faktor lain yang lebih mendesak yang mengharuskan mereka untuk tetap mudik.

Lihat Foto Polisi menghalau mobil bus yang membawa penumpang di jalan tol Jakarta-Cikampek untuk keluar ke Gerbang tol Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/4/2020). Larangan mudik mulai diberlakukan 24 April 2020 pukul 00.00 WIB. Polda Metro Jaya melarang kendaraan pribadi baik motor atau mobil dan kendaraan umum berpenumpang keluar dari wilayah Jabodetabek. Pemeriksaan dan penyekatan kendaraan tersebut akan dilakukan di 18 titik pos pengamanan terpadu dan pos-pos check point di jalur tikus dan perbatasan.
Lihat Foto Polisi menghalau mobil bus yang membawa penumpang di jalan tol Jakarta-Cikampek untuk keluar ke Gerbang tol Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/4/2020). (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

 

Sempat Menurun dalam 5 Hari Terakhir, Jakarta Alami Penambahan 2 Kali Lipat Kasus Corona

Hal ini disampaikan Bayu dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam yang tayang di Youtube Talk Show tvOne, Minggu (26/4/2020).

"Jadi saya kira begini ya kita bicara mudik kan apalagi dalam situasi-situasi sekarang saya kira memang ini bukan persoalan semata-semata silaturahmi dengan keluarga mereka di kampung halaman," ujar Bayu.

Bayu menilai masalah utama yang mendorong masyarakat untuk tetap mudik ke kampung halamannya karena masalah ekonomi.

Terlebih bagi mereka masyarakat kalangan bawah yang istilahnya tidak bisa bertahan hidup di Jakarta atau kota-kota besar lainnya.

Apalagi dengan mengandalkan bantuan dari pemerintah yang juga belum menentu turunnya.

"Saya kira ada persoalan yang lebih mendasar dari persoalan itu yakni saya mencurigai bahwa pada hari-hari ini atau sebelum-sebelumnya," kata Bayu.

"Ini ada persoalan yang sudah sangat dirasakan mereka terutama kelas menengah bawah di Jakarta, Jabodetabek atau kota-kota besar yang memang sudah kehilangan mata pencaharian," jelasnya.

Pengamat Setuju Pemerintah Persuasif soal Penanganan Corona: Kalau Represif, Ada Guncangan Sosial

Dirinya kemudian membandingkan dengan masalah krisis yang terjadi pada tahun 1998.

Menurutnya pada waktu itu, masyarakat tetap tidak kebingungan setelah kehilangan pekerjaannya, karena bisa cepat dicover oleh pemerintah.

"Kalau kita teliti di masa-masa lalu terutama di era kritis pada sebelumnya misalnya 98 itu ketika menengah ke bawah di Jakarta atau Jabodetabek, atau kota-kota besar kehilangan mata pencaharian mereka membutuhkan jaring sosial mbak," ujar dia.

"Jaring sosial yang bisa menjadi tumpuan, menjadi bantalan agar mereka bisa tetap kecukupan untuk bertahan," katanya.

Hal itulah yang memaksa mereka memutuskan kembali ke kampung halamannya.

Halaman
123
Tags:
Virus CoronaCovid-19Mudik
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved