Virus Corona
Ungkap Alasan Lain Masyarakat Tetap Nekat Mudik, Sosiolog: Bukan Semata-mata Silaturahmi Keluarga
Sosiolog Bayu Yulianto mempunyai pandangan lain terkait masih banyak masyarakat yang nekat mudik meski sudah ada larangan.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Mereka yang nekat mudik juga pastinya berpikiran bahwa kehidupannya di kampung akan jauh tercukupi karena hidup bersama kelurganya.
"Nah ketika mereka itu tidak temukan di kota domisili di kota-kota, mereka kembali jaring sosial yang memang teruji buat mereka dan ada terus, setia terus buat mereka, di mana itu? Itu ada di keluarga-keluarga besar mereka yang ada di kampung, atau di wilayah-wilayah pedesaan seperti itu," pungkasnya.
• Tunjukkan Datanya, Pengamat Sosial Tak Setuju PSBB Gagal dan Banyak Masyarakat Langgar Aturan Mudik
Simak videonya:
Pengamat Sosial Tak Setuju Banyak Masyarakat Langgar Larangan Mudik
Pengamat Sosial, Devi Rahmawati mengaku tidak setuju bahwa masyarakat Indonesia dianggap banyak yang melanggar aturan larangan mudik.
Selain itu, Devi Rahmawati juga menolak yang menyebut penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dinilai gagal.
Dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi, Senin (27/4/2020), dirinya justru menilai hal yang sebaliknya.

• Jakarta Nyalakan Lampu Merah Putih setiap Malam sebagai Bentuk Dedikasi Pekerja Medis
Dilansir TribunWow.com, Devi mengatakan jauh lebih banyak masyarakat yang sudah taat dengan mengikuti imbauan dan aturan dari pemerintah.
Sedangkan yang melanggar bisa dikatakan hanyalah sebagian kecil dan itupun juga bisa dikendalikan dengan baik oleh petugas.
Dirinya mengaku mempunyai data yang bisa menunjukkan hal tersebut.
Menurutnya, berdasarkan data riset dari Google menjelaskan bahwa pergerakan manusia jauh menurun, tidak terkecuali aktivitas dari Jakarta ke daerah lain.
Itu artinya, kata dia, banyak masyarakat yang tetap memilih berada di rumah ataupun mengurangi aktivitasnya, termasuk tidak melakukan mudik.
Maka dari itu, Devi mengatakan tidak mempermasalahkan bahkan mengaku setuju dengan pemerintah yang lebih mengedepankan tindakan yang bersifat persuasif dibandingkan harus dengan cara yang represif.
"Jadi artinya bukan persoalan sanksi, tapi kalau kita lihat secara total sebenarnya yang taat jauh lebih banyak," kata Devi.
"Kalau kita lihat misalnya riset yang paling gampang pergerakan lewat Google semua sekarang sudah menurun, itu sudah kelihatan," jelasnya.