Breaking News:

Virus Corona

Psikiater Ibaratkan Nekat Mudik saat Corona Layaknya Kecanduan: Kalau Tak Dilakukan Ada Kecemasan

Psikiater mengibaratkan kebiasaan mudik layaknya sebuah kecanduan yang harus dipenuhi agar tidak timbul rasa cemas.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Ananda Putri Octaviani
WARTAKOTA/Nur Ichsan
Ratusan calon penumpang memadati areal Terminal Poris, Kota Tangerang, yang mayoritas di dominasi penumpang menuju sejumlah kota di pulau Jawa, Kamis (23/4/2020). Mereka nekat mudik di hati terakhir sebelum pemberlakuan larangan mudik, karena takut akan sanksi yang diberlakukan. Mereka mengaku sudah tak.punya lagi penghasilan sejak diberlakukannya PSBB sehingga memilih pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarganya. (Wartakota/Nur Ichsan) 

TRIBUNWOW.COM - Psikiater dr. Danardi Sosrosumihardjo Sp. KJ(K) menjelaskan soal perilaku masyarakat yang nekat mudik di tengah pandemi Virus Corona (Covid-19).

Menurutnya perilaku tersebut timbul dari kebiasaan yang kemudian menjadi layaknya kecanduan.

Ia mengatakan apabila masyarakat tidak melakukan hal tersebut akan ada kecemasan, dan sesuatu yang kurang.

Psikiater mengibaratkan kebiasaan mudik layaknya sebuah kecanduan yang harus dipenuhi agar tidak timbul rasa cemas, Jumat (24/4/2020).
Psikiater mengibaratkan kebiasaan mudik layaknya sebuah kecanduan yang harus dipenuhi agar tidak timbul rasa cemas, Jumat (24/4/2020). (youtube Talk Show tvOne)

 

VIDEO Warga Abaikan PSBB dan Surat Edaran Walkot di Pasar Kranji Bekasi, Pengunjung Membludak

Dikutip dari YouTube Talk Show tvOne, Jumat (24/4/2020), awalnya presenter acara APA KABAR INDONESIA MALAM menanyakan apakah kebiasaan seperti mudik bisa ditahan.

Danardi menjelaskan bahwa manusia memang mahkluk yang ingin berkumpul.

Kemudian kebiasaan berkumpul juga terbentuk karena budaya yang telah berada sejak lama, dan terakhir adalah dorongan dari sisi agama yang membiasakan manusia melakukan kegiatan bersama-sama.

"Jadi betul bahwa manusia itu kan mahkluk sosial, harus berkumpul," kata Danardi.

"Dan manusia itu mahkluk budaya dimana sudah bertahun-tahun mempunyai suatu pola untuk berkumpul, juga mungkin secara religi bahwa mempunyai kebiasaan salat Tarawih misalnya, buka puasa bersama, termasuk juga nanti pulang kampung ketika lebaran."

Danardi menjelaskan untuk mengubah kebiasaan yang telah terbentuk sejak lama bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

"Itu budaya yang sudah terpatri bertahun-tahun itu tentu tidaklah mudah untuk bisa diubah," ujarnya.

Cara untuk mengatasi masalah tersebut menurut Danardi harus terus dilakukan oleh pemerintah, pemimpin, dan ulama yang terus-terusan memberikan pengertian terkait pandemi Covid-19.

Danardi juga berharap masyarakat yang lain bisa ikut memberikan pengertian kepada orang yang tidak mengerti bahaya dari pandemi Covid-19.

"Berharapnya bahwa teman-teman atau saudara-saudara kita yang paham tentang hal ini bisa memberikan contoh, memberikan teladan bahwa ayo kebiasaan ini untuk kali ini, untuk tahun ini dimana memang saat ini ada suatu pandemi yang bisa membahayakan siapapun, itu pelan-pelan dilakukan suatu perubahan," paparnya.

Hari Pertama Larangan Mudik, Sebanyak 1.181 Kendaraan Diminta Putar Balik ke Arah Jakarta

Motivasi Nekat Mudik?

Selanjutnya presenter APA KABAR INDONESIA MALAM kembali menanyakan apa dorongan orang-orang yang nekat mudik, mengapa mereka bersikeras melakukan hal tersebut.

Danardi menjelaskan kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat dapat disamakan dengan sebuah kecanduan atau adiksi.

"Bahwa kalau saya sudah mempunyai suatu kebiasaan, seperti orang adiksi," kata dia.

Ia menjelaskan apabila rasa kecanduan tersebut tidak terpenuhi, manusia yang bersangkutan akan merasa cemas.

"Kalau tidak dilakukan ada suatu kecemasan, ada sesuatu yang kurang," ujar Danardi.

"Kok ini enggak saya lakukan ya, dan rasa tidak nyaman," imbuhnya.

Danardi menyimpulkan rasa kecanduan tersebut adalah faktor yang mendorong masyarakat nekat mudik meskipun sedang pandemi Covid-19.

"Itu yang menjadi (alasan) saya masih ingin tarawih, ingin silaturahmi, ingin mudik," tandasnya.

Dikarantina di Rumah Angker karena Nekat Mudik, 2 Warga Sragen Menyerah, 1 Tetap Bertahan

Lihat videonya mulai menit ke-awal: 

 

Kemenhub Soroti Jalur Tikus Mudik

Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian perhubungan, Adita Irawati menyampaikan perihal jalur tikus yang akan menjadi celah masyarakat untuk tetap menjalankan mudik.

Seperti diketahui, Kementrian Perhubungan telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik, dalam rangka pencegahan penularan Covid-19.

Larangan mudik utamanya diberlakukan secara ketat untuk wilayah-wilayah yang dinyatakan sebagai zona merah atau telah melakanakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Adita menyampaikan, Kementrian Perhubungan memang telah berkoordinasi dengan bebagai stakeholder terkait untuk mencegah hal tersebut.

Pihaknya mengakui bahwa pendirian check point untuk pemeriksaan dilakukan di sejumlah titik yang umumnya merupakan jalan nasional dan jalan tol.

"Kami sudah melakukan koordinasi dengan kepolisan, dinas perhubungan dan pemerintah daerah dan kita sama-sama berkomitmen untuk melakukan pengawasan," terang Adita dikutip dari kanal tvoneNews, Jumat (24/4/2020).

"Memang betul untuk jalur-jalur utama dan jalan tol ada chcek point-nya," tambahnya.

Juru Bicara Kementerian perhubungan, Adita Irawati menyapaikan perihal jalur tikus yang akan menjadi celah masyarakat.
Juru Bicara Kementerian perhubungan, Adita Irawati menyapaikan perihal jalur tikus yang akan menjadi celah masyarakat. (Capture YouTube tvoneNews)

 

 Pilih Mundur dari Bursa Pilkada Solo di Tengah Pandemi Corona, Achmad Purnomo: Saya Tak sampai Hati

Terkait daerah yang memang terdapat jalur tikus, pihaknya mengaku membutuhkan kerja sama dan dukungan dari pemerintah hingga masyarakat setempat untuk turut melakukan pengawasan.

Dalam berbagai kesempatan, pihaknya mengaku telah meminta masyarakat untuk turut mengawasi jalan-jalan kecil atau jalan tikus.

"Untuk daerah-daerah yang istilanya ada jalan tikus, ini adalah sesuatu yang membutuhkan dukungan dan kerja sama dari pemerintah daerah sampai ke level terendah untuk melakukan pengawasan," ujar Adita.

"Dan bahkan kami dalam berbagai kesempatan meminta bantuan juga kepada sulurah anggota masyarakat untuk mengawasi," imbuhnya.

Adita seolah ingin masyarakat mengerti bahwa maksud pelarangan mudik bukanlah untuk melarang masyarakat untuk bertemu sanak saudara atau menjalankan tradiri.

Namun hal itu semata-mata hanyalah untuk  mencegah penyebaran wabah Virus Corona (Covid-19) semakin luas.

"Karena harus dipahami larangan ini bukan kemudian kita tidak memperbolehkan orang untuk ketemu dengan saudara atau ritual," ujar Adita.

"Tapi ini kan sangat penting untuk menjaga keselamatan satu sama lain dengan tidak menyebarkan Virus Corona lebih luas lagi," tambahnya.

Pihaknya menyadari betul bahwa akan ada celah-celah yang akan bisa dilewati pemudik atau pihak yang keluar masuk secara bebas.

Untuk itu, ia memohon kesadaran masyarakat untuk memahami maksud pelarangan yang dilakukan pemerintah.

"Memang ini disadari bahwa akan banyak celah-celah yang akan bisa dilewat."

"Tetapi kembali lagi, kalau kita sama-sama memahami esensi dari pelarangan ini diharapkan semua unsur masyarakat bisa terlibat unuk sama-sama mengatasi," tambahnya.

 Ibaratkan Masalah Stafsus seperti Kasus Virus Corona, Rocky Gerung: Satu Istana Harus Dinyatakan ODP

Simak video berikut mulai dari menit ke-2.45:

(TribunWow.com/Anung/Rilo)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Virus CoronaCovid-19Mudik
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved