Virus Corona
Jokowi Optimis Desember Indonesia Sudah Sangat Baik, Rocky Gerung: Itu Optimisme Palsu
Pengamat Politik Rocky Gerung tanggapi rasa optimisme dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap penanganan Virus Corona.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Pengamat Politik Rocky Gerung tanggapi rasa optimisme dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap penanganan Virus Corona.
Sebelumnya Jokowi optimis dan meminta semua masyarakat juga optimis bahwa pandemi Virus Corona di Indonesia akan berakhir di bulan Desember.
Dan pada bulan itu juga Indonesia bisa kembali normal, termasuk pada turis yang bisa kembali meramaikan pariwisata Indonesia.

• Sebut Ada Konspirasi soal Kasus Stafsus Jokowi, Rocky Gerung: 400 Triliun Menggiurkan Moral Hazard
Dilansir TribunWow.com dari tayangan Youtube pribadinya Rocky Gerung Official, Rabu (23/4/2020), dirinya menyebut hal tersebut sebagai optimise palsu dari Jokowi.
"Di satu pihak Presiden menginginkan rakyat sudah optimis saja bahwa nanti Desember Indonesia akan menjadi sangat baik, turis akan masuk lagi ke Indonesia," ujar Rocky Gerung.
"Kan itu optimisme palsu, berkali-kali saya katakan itu optimisme palsu," tegasnya.
Rocky Gerung beralasan karena tidak ada hal positif yang ditunjukkan oleh pemerintah dalam menanganani Virus Corona ini.
Dirinya bahkan mengatakan masih saja menutup-nutupi data kasus Virus Corona, termasuk peta penyebarannya.
Padahal data penyebaran tersebut dirasa sangat penting, termasuk untuk menerapkan pembatasan sosial bersakala besar (PSBB).
Ditambah lagi dengan ketersediaan alat yang kurang memadai untuk bisa menentukan peta penyebaran karena memang alat tes tidak mencukupi.
• Ibaratkan Masalah Stafsus seperti Kasus Virus Corona, Rocky Gerung: Satu Istana Harus Dinyatakan ODP
"Pada saat yang sama orang nuntut oke, seandainya Indonesia akan membaik di Desember, berati risek tentang lokalisasi virus ini sudah ada petanya," jelas Rocky Gerung.
"Baru belakangan ini kemudian kita dengar segala macam komplain," sambungnya.
"Sampai sekarang data tentang berapa orang mati, berapa orang terinfeksi juga enggak ada itu."
"Jadi akhirnya tujuan dari PSBB untuk mengendalikan penyebaran melalui pemetaan tidak terjadi, karena tesnya enggak ada, tesnya dua ribu orang padahal yang dibutuhkan 15 ribu sampel plasma yang musti dianalisis buat bikin peta penyebaran itu," jelasnya.
Hal tersebutlah yang membuat banyak pihak merasa kurang percaya dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah terkait Virus Corona.