Breaking News:

Virus Corona

Najwa Shihab Tanya soal Data Kematian Pasien Corona Versi IDI, Jokowi: Jangan Memperkeruh Suasana

Presiden RI Joko Widodo minta agar pihak yang mengklaim punya data berbeda untuk melaporkan kepada pemerintah, bukan melempar ke publik.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Claudia Noventa
youtube Najwa Shihab
Presiden RI Joko Widodo minta agar pihak yang mengklaim punya data berbeda untuk melaporkan kepada pemerintah, bukan melempar ke publik, Selasa (21/4/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menanggapi soal data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang mengklaim angka kematian akibat pandemi Virus Corona (Covid-19) telah mencapai angka ribuan.

Jokowi mengatakan apabila memang ada pihak yang mengklaim memiliki data lain soal kasus Covid-19, ia meminta agar segera dilaporkan ke pemerintah.

Menurutnya apabila data tersebut dibuka ke publik terlebih dahulu, justru hanya akan menimbulkan kegaduhan.

Sejumlah petugas memakamkan jenazah pasien positif Covid-19 dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap dan menggunakan alat berat di TPU Keputih, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (17/4/2020). Dari data yang dirilis Gugus Tugas Covid-19 Kota Surabaya per Jumat (17/4) pukul 04.00 WIB, pasien positif terpapar Covid-19 sebanyak 246 orang dengan korban meninggal sebanyak 24 orang dan pasien sembuh sebanyak 43 orang.
Sejumlah petugas memakamkan jenazah pasien positif Covid-19 dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap dan menggunakan alat berat di TPU Keputih, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (17/4/2020).(Surya/Ahmad Zaimul Haq)

IDI Punya Data Beda soal Jumlah Kematian Pasien Corona, Istana Tetap Percaya Jubir Achmad Yurianto

Dikutip dari wawancara eksklusif presenter Najwa Shihab dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka Selasa (21/4/2020), awalnya Najwa menyinggung soal data IDI terkait kematian akibat pandemi Covid-19.

Najwa mengatakan berdasarkan data dari IDI, jumlah kematian yang dilaporkan oleh pemerintah belum menggambarkan kondisi asli di lapangan.

"Ada banyak sekali list masalah yang saya ingin tanyakan ke Bapak, IDI pak angka kematian yang disampaikan oleh pemerintah saat ini belum mengambarkan kondisi riil kasus Corona di Indonesia," kata Najwa.

Merujuk pada data IDI yang berbeda dengan data pemerintah, Najwa menanyakan mengapa saat ini masih terjadi perbedaan data.

"Sesungguhnya menurut IDI lebih seribu orang, jadi pertanyaan ini keluar setelah pernyataan Bapak supaya lebih transparan, tetapi masih terjadi kesalahpahaman, kesimpangsiuran," tanya Najwa.

Jokowi menjawab singkat bahwa inti masalahnya sebenarnya sederhana.

"Ya sebetulnya itu mudah," jawabnya.

Jokowi menekankan bahwa data yang ia miliki berasal dari berbagai pemerintah daerah yang kemudian dikumpulkan.

"Sekali lagi, data yang kita peroleh itu dari daerah, dari kabupaten, kota dan provinsi," ujarnya.

Ayah Kaesang Pangarep itu lantas meminta kepada pihak yang mengaku memiliki data berbeda agar dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Kalau memang ada yang memiliki data itu sampaikan saja ke Gugus Tugas, sampaikan saja ke Kemenkes, data yang seribu itu ada di mana," ujar Jokowi.

Jokowi lalu meluruskan bagaimana kondisi yang terjadi di lapangan.

Ia mengatakan saat ini para pasien yang meninggal dengan gejala serupa gejala Covid-19, semuanya akan dimakamkan dengan protokol penanganan pandemi Covid-19.

"Karena sekarang ini sakit apapun yang ada di rumah sakit, kalau gejalanya itu gejala demam, panas, batuk, pasti protokol kesehatannya akan membungkus yang meninggal itu dengan SOP Covid," kata Jokowi.

Jokowi justru heran mengapa pihak yang bersangkutan tidak melaporkan data tersebut ke pemerintah.

Menurutnya apabila data dilempar ke publik terlebih dahulu, hal tersebut justru akan menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

"Jadi kalau itu memang ada data sampaikan saja, apa sih sulitnya? Tapi tidak disampaikan ke publik, dan justru memperkeruh, saya kira tidak seperti itu," ucap Jokowi.

Jokowi kembali menekankan ia menyayangkan mengapa hal-hal mudah dipersulit.

"Posisi sekarang itu bukan posisi yang mudah, jangan memperkeruh suasana dengan hal-hal yang sebetulnya mudah," tuturnya.

Terakhir, Jokowi mengatakan apabila data yang disampaikan memang valid maka pemerintah akan menggabungkannya dengan data yang ada.

"Sampaikan saja datanya sudah, kalau datanya bener pasti di Kementerian di Gugus Tugas akan dimasukkan dalam konsolidasi data yang ada," tandasnya.

Dituduh Sembunyikan Data Corona, Jokowi Buka-bukaan ke Najwa Shihab soal Sumber Data

Lihat videonya mulai menit ke-4:50:

IDI Jelaskan soal Beda Data

Sebelumnya diberitakan, Ketua Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota Ikatan Dokter Indonesia BHP2A IDI, dr. Nazar telah memberikan penjelasan alasan terjadinya perbedaan data Virus Corona di Indonesia.

Dilansir TribunWow.com, dr. Nazar menyebut setidaknya ada tiga kemungkinan yang menjadi penyebabnya.

Dr. Nazar mengatakan kemungkinan pertama adalah karena dipengaruhi oleh perbedaan waktu dalam penginputan data.

Petugas melakukan proses pemakaman jenazah korban virus corona (Covid-19) di sebuah Taman Pemakaman Umum (TPU), di Jakarta, Rabu (15/4/2020). Proses pemakaman korban positif Covid-19 maupun yang masih berstatus pasien dalam pemantauan (PDP) harus mengikuti protokol kesehatan, yakni antara lain petugas mengenakan alat pelindung diri (APD), jenazah segera dikuburkan, dan keluarga yang hadir dibatasi seminimal mungkin. Terbaru, ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19.
Petugas melakukan proses pemakaman jenazah korban virus corona (Covid-19) di sebuah Taman Pemakaman Umum (TPU), di Jakarta, Rabu (15/4/2020). Proses pemakaman korban positif Covid-19 maupun yang masih berstatus pasien dalam pemantauan (PDP) harus mengikuti protokol kesehatan, yakni antara lain petugas mengenakan alat pelindung diri (APD), jenazah segera dikuburkan, dan keluarga yang hadir dibatasi seminimal mungkin. Terbaru, ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19. (AFP/Bay Ismoyo)

Bantah Najwa Tutupi Data Corona, Jokowi Gambarkan Kepanikan Masyarakat: Kita Enggak akan Mampu

Hal tersebut terjadi karena misalnya ada kasus baru Virus Corona yang didapati oleh daerah, sedangkan sebelumnya, data per hari itu sudah dikirim ke pemerintah pusat.

Dengan kasus seperti itu, tentunya penginputan ke pemerintah pusat dilakukan pada hari selanjutnya.

Hal ini disampaikan dr. Nazar dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi yang tayang di Youtube Talk Show tvOne, Selasa (21/4/2020).

"Pertama, itu kan ada perbedaan kurun waktu, itu dulu," ujar dr. Nazar.

Sedangkan faktor kedua adalah berkaitan dengan pasien kasus Covid-19 yang meninggal dunia.

Dr. Nazar menjelaskan tidak semua pasien kasus Virus Corona yang meninggal sudah dinyatakan positif Covid-19.

Karena pada kenyataannya, pasien meninggal masih banyak yang menunggu hasil pemeriksaan VCR yang dirasa saat ini masih lamban.

Dengan begitu, maka harus menunggu hasilnya terlebih dahulu, ketika positif, maka baru bisa masuk dalam penginputan data di pemerintah pusat.

"Kemudian perbedaan dalam hal ini yang meninggal itu belum seluruhnya yang terkonfirmasi Covid-19," sambungnya.

"Nah kami juga belum tahu persis yang dikemukakan oleh kawan-kawan di gugus tugas itu apakah itu yang meninggal yang telah terkonfirmasi Covid, atau termasuk juga penderita yang memang jelas-jelas riwayatnya gejala dan segala macam plus penyakit penyertanya, tapi belum keluar hasil laboratorium dengan jelas," jelasnya.

Kemudian faktor selanjutnya adalah PDP yang memang belum dilakukan pengetesan, namun sudah meninggal.

Dengan begitu, kasus tersebut tidak masuk dalam penginputan data di pemerintah pusat.

"Yang ketiga juga ada PDP yang belum dilakukan laboratorium asesmen dengan lengkap sudah meninggal," ungkapnya.

Lebih lanjut, dr. Nazar juga memberikan sedikit contoh nyata dari rekan sejawatnya yang meninggal akibat Virus Corona.

Namun sampai meninggal, belum diketahui apakah positif atau negatif Covid-19.

"Nah, ada contoh nyata dari sejawat kami," kata dr. Nazar.

"Yaitu beliau almarhum ini sampai meninggalnya belum keluar hasil swabnya."

"Nah ini dalam satu kluster, dalam satu kota atau di satu rumah sakit apabila konfirmasi ini belum jelas, pasti secara regional akan berbeda angka, baik angka kematian, angka kesakitan atau angka kesembuhan, kemudian secara nasional apalagi," pungkasnya.

Simak videonya sejak menit awal

(TribunWow.com/Anung/Elfan)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Virus CoronaCovid-19Najwa ShihabJokowi
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved