Virus Corona
Kisah Para Pasien Sembuh Virus Corona, Dibully di Medsos hingga Halfalkan Alquran dan Khatam 30 Juz
Para pasien positif Virus Corona yang sembuh mengungkapkan pengalaman dan ceritanya selama menjalani isolasi.
Editor: Lailatun Niqmah
Hampir seluruh pasien positif yang dirawat di Purbalingga memiliki riwayat mobilisasi ke wilayah zona merah terutama Jakarta.
Seperti Hartini, yang sebelumnya bekerja di sebuah rumah makan di ibu kota. Dia mengeluh sakit sejak masih berada di Jakarta.
“Saya tidak tahu ketularan dimana, waktu saya dinyatakan positif, semua teman kerja melakukan tes alhamdulillah negatif. Kemungkinan saya ketularan di pasar waktu belanja,” katanya.
Ketika di Jakarta, Hartini sempat berinisiatif memeriksakan diri ke dokter, tapi tidak kunjung sembuh.
Hingga akhirnya dia pulang ke kampung dan langsung dibawa ke RSUD Goeteng Taroenadibrata.
“Di RSUD dia dirawat di bangsal biasa. Karena tidak ada gejala yang mengarah ke Covid-19, diagnosisnya cuma typus, sambil nunggu hasil swab saya boleh pulang,” katanya.
Setelah dipulangkan dari rumah sakit, Hartini diminta untuk melakukan karantina mandiri.
Namun karena budaya solidaritas warga desa yang masih erat, tetangga, sanak saudara dan teman sejawat Hartini datang menjenguk ke rumah.
Kegegeran pun terjadi setelah warga mengetahui jika Hartini divonis positif Covid-19.
Para pembesuk yang merasa berinteraksi langsung dengan dia khawatir tertular virus.
Kepala Desa Gunungwuled, Nashirudin Latif mengatakan, secara mandiri melakukan tracing siapa saja dari warganya yang berinteraksi langsung dengan Hartini.
• Kabar Baik, Sepekan PSBB, Jumlah Pasien Sembuh di DKI Jakarta Bertambah Banyak, Lihat Updatenya
Hasil tracing menemukan sedikitnya 90 orang dari 30 Kepala Keluarga (KK) di tiga dusun.
“Atas keputusan musyawarah perangkat dan BPD, dan konsultasi dengan bupati, kami mengambil langkah untuk lockdown satu dusun, karantina masal selama 14 hari,” katanya ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/3/2020).
Pemdes dan pemuda setempat menutup total akses di Dusun Bawahan, tempat tinggal Hartini.
Satu-satunya jalan masuk ke dusun dipasang portal untuk menghalau semua kendaraan yang lalu-lalang.