Virus Corona
BIN Ungkap Kabar Baik soal Corona tapi Peringatkan Jangan Mudik: Terlihat Sudah Mulai Ada Penurunan
Badan Intelejen Negara (BIN) sempat memprediksikan bahwa puncak Virus Corona akan terjadi Juli 2020.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Badan Intelejen Negara (BIN) mengungkap kabar baik terkait masalah Virus Corona di Indonesia.
Hal itu diungkapkan oleh Deputi VII Kominfo BIN, Wawan Purwanto saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Pagi pada Kamis (15/4/2020).
Mulanya, BIN sempat memprediksikan bahwa puncak Virus Corona akan terjadi Juli 2020 dengan jumlah kasus mencapai ratusan ribu.
• PSBB Masih Dilanggar, Istana: Kita Agak Melempem soal Edukasi, Lebih Banyak Perdebatan
Prediksi itu dilakukan oleh pihak BIN sebagai pengingat.
"Ya, sebetulnya prediksi kan ini untuk rewarning dengan secara sistemic ada di situ."
"Rewarning ini harus disampaikan upaya-upaya apa supaya ini bisa tidak terjadi," ujar Wawan.
Meski demikian, prediksi tersebut terjadi jika pemerintah maupun masyarakat sama sekali tak melakukan usaha apapun untuk memutus mata rantai Covid-19.
"Kalau terjadi pembiaran iya mengarah ke sana, enggak ada kebijakan."
"Tapi kita justru dengan ini memberikan pressure bagaimana langkah-langkah ini," ungkapnya.
Wawan menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah berkerja secara intensif dengan bawahan-bawahan serta semua lembaga untuk bersatu mengatasi Virus Corona.
"Pak presiden itu secara intensif melakukan rapat-rapat terbatas di kabinet juga memerintah semua kementerian lembaga negara termasuk Badan Intelejen Negara."
"Termasuk kebijakan-kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ini kan upaya supaya," jelasnya.

• Bahas Corona, Quraish Shihab Contohkan Zaman Nabi, Ceritakan Rasul Tetap Baik pada Mayat Musuh
Sehingga, Wawan menjelaskan ada tren penurunan Virus Corona sekarang.
Hal itu tidak lepas dari kerja keras semua pihak khususnya pemerintah.
"Terlihat sekali sekarang sudah mulai ada penurunan. Iya, pada waktu itu kan belum makanya sekarang kita kerja keras itu supaya itu tidak terjadi."
"Karena Badan Intelejen Negara punya lini-lini wilayah-wilayah sehingga angka-angka selalu bisa masuk tidak terlalu sulit," terangnya.
Yang dimaksud trennya menurun adalah tingkat infeksi hingga tingkat kesembuhan.
"Sekarang mulai menurun jumlah angkanya baik itu korban dari maupun tingkat kesembuhan itu trennya agak menurun," ungkap dia.
• Waspada Predator Seksual Manfaatkan Corona, Reza Indragiri: Kunjungan Situs Pornografi Meningkat
Sementara itu, Wawan menjelaskan bahwa tren naik Virus Corona biasanya akan meningkat jika ada pergerakan masyarakat.
"Biasanya terjadi pergerakan naik misalnya kalau ada pergerakan orang ke daerah."
"Misalnya dari luar negeri atau imigram ataupun pekerja kita (dari luar negeri, atau dari Jakarta ke daerah-daerah," jelasnya.
Sehingga agar tak terjadi kenaikan, Wawan Purwanto mengingatkan agar masyarakat mematuhi anjuran pemerintah hingga tokoh agama untuk tidak mudik.
"Maka itu sekarag kita ingin masyarakat ikutilah disiplinlah, yang disampaikan oleh pemerintah kemudian, ahli, ulama, tokoh agama dan tokoh-tokoh lainnya," pungkasnya.
Lihat videonya mulai menit ke-2:26:
Anies Ungkap Peningkatan Pemakaman di Jakarta
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan terang-terangan mengungkap peningkatan korban Virus Corona di wilayah Ibu Kota.
Dilansir TribunWow.com, Anies Baswedan bahkan menyebut ada peningkatan signifikan kasus baru Virus Corona setiap minggunya.
Melihat kondisi tersebut, ia pun menyinggung peluang DKI Jakarta menyamai negara-negara lain yang tingkat kematiannya tinggi akibat Virus Corona.
Hal itu disampaikan Anies Baswedan melalui tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (14/4/2020).

• DPR Sarankan Pecat Andi Taufan Garuda dari Stafsus Jokowi setelah Surati Camat, Ini Sosoknya
• Jatim Belum PSBB meski Masuk 3 Besar Daerah Tertinggi Penyebaran Covid-19, Khofifah: Di Sini Ada PBB
Mulanya, Anies menyatakan wilayah DKI Jakarta mengalami peningkatan pemulasaran dan pemakaman menggunakan prosedur tetap (protap) Virus Corona.
"Satu setengah bulan ini kita melihat peningkatan pelayanan pemulasaran dan pelayanan pemakaman dengan menggunakan prosedur Covid-19," kata Anies.
"Yang angkanya setiap minggu meningkat."
Terkait hal itu, Anies lantas menyebutkan data peningkatan pemulasaran dan pemakaman di wilayah DKI Jakarta.
Berawal dari dua orang, Anies Baswedan menyebut pemulasaran dan pemakaman itu meningkat hingga lebih dari seribu.
"Tanggal 6 Maret (2020) itu pertama kali ada yang meninggal dengan protap Covid, jadi 8 Maret itu 1 kemudian 15 Maret 6, 22 Maret jadi 64," jelas Anies.
"29 Maret meningkat menjadi 283, 5 April menjadi 596, tanggal 12 April per minggu kemarin menjadi 926. Per hari ini sudah 1.012."
• Prioritaskan Keselamatan meski Warga Kehilangan Pekerjaan, Anies: Nyawa Tidak Bisa Dikembalikan
Dari ribuan jumlah pemulasaran dan pemakaman itu, Anies mengaku belum bisa melakukan tes Covid-19 pada jenazah.
Namun, ia secara gamblang menyebut pihak rumah sakit meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan pemulasaran dan pemakaman dengan protap Virus Corona.
"Kita karena keterbatasan testing tidak bisa melakukan pengetesan atas itu semua, tetapi dokter dan rumah sakit meminta kepada pemprov untuk menyelenggarakan pemulasaran dan pemakaman dengan protap Covid-19," tutur Anies.
"Tentu mereka punya dasar untuk meminta itu, nah kami menyaksikan di satu sisi peningkatan yang signifikan."
Tak hanya itu, Anies pun mengungkap jumlah kasus Virus Corona mengalami kenaikan setiap minggungnya.
Bahkan dari angka 2 kasus, kini melonjak drastis menjadi lebih dari 400 kasus.
"Dalam satu minggu itu bisa lebih dari 400 kasus sekarang, padahal bulan lalu hanya 2 lalu lompat 5, sekarang makin cepat," terang Anies.
"Kalau kita tidak bertindak dengan cepat bukan tidak mungkin apa yang kita saksikan di negeri lain berulang di kita."
Melanjutkan penjelasannya, Anies lantas mengimbau semua pihak untuk bersama-sama mencegah penularan Virus Corona.
Hal itu dinilainya efektif untuk menekan penambahan kasus dan jumlah pasien Virus Corona yang ditangani para tenaga medis.
"Dan pertahanan terdepan dalam menghadapi Covid adalah kita sendiri, bukan tenaga medis," jelas Anies.
"Tenaga medis itu pertahanan terakhir, kalau kita tidak berhasil melakukan pencegahan penularan maka pasien akan meningkat karena yang tertular bertambah," tukasnya.
• Donald Trump Realisasikan Ancamannya, Resmi Tangguhkan Dana WHO di Tengah Pandemi Virus Corona
Simak video berikut ini menit ke-9.52:
(TribunWow.com/Mariah Gipty/Jayanti Tri Utami)