Breaking News:

Virus Corona

Wartawan dengan Gejala Virus Corona Meninggal seusai 'Ditolak' RS Rujukan, Mengapa Bisa Terjadi?

Seorang wartawan yang menunjukkan gejala Covid-19 meninggal dunia setelah ditolak rumah sakit rujukan pemerintah. Begini kisahnya.

TribunVideo/Radifan Setiawan
Ilustrassi Covid-19 atau Virus Corona 

"Di RS Persahabatan tempat saya bertugas, antrean masuk itu sekitar 800 orang yang terdaftar. Sementara daya tampungnya sekitar 40 orang di ruangan dan sekitar 20 di IGD. Tidak mungkin kita tampung semua. Tempat kita terbatas, tenaga medis juga terbatas, jadi tidak mungkin," katanya.

Faisal menegaskan, wabah Covid-19 tidak seperti penyakit lain yang bisa menjalani perawatan di ruang terbuka, seperti lorong rumah sakit, atau digabung dengan pasien lainnya.

"Dulu demam berdarah bisa kita taruh di lorong, gang, dan lain. Kita tidak menolak pasien karena demam berdarah kan tidak menular. Kalau ini Covid kan menular, tidak bisa sembarangan kita taruh tempat. Jadi itu masalahnya," kata Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi dari Universitas Indonesia itu.

Senada dengan itu, Ketua Purna PB Ikatan Dokter Indonesia, Oetama Marsis, menyebutkan hambatan yang dialami oleh RS rujukan adalah kekurangan APD dan jumlah pasien yang besar.

"Indonesia (Kemkes) awalnya lambat dan tidak sigap dalam menghadapi pandemi Covid-19, walaupun saat ini Pemerintah sudah mulai berjalan di jalur penanganan yang benar, tetapi tampaknya belum siap untuk menghadapi "ledakan" covid 19," kata Oetama.

Anies Baswedan Tegaskan Tak Gegabah soal Bantuan Warga Terdampak Corona: Sedang Menggodok Detail

'Semua rumah sakit wajib rawat pasien Covid-19'

Kemudian, apa solusi di tengah keterbatasan jumlah ruang dan fasilitas rumah sakit rujukan dalam menangani pasien Virus Corona?

Faisal menegaskan bahwa pemerintah harus mengeluarkan keputusan tegas dengan memerintahkan seluruh rumah sakit untuk menangani pasien corona.

"Itu berlaku juga di seluruh dunia, tidak cukup jika hanya RS rujukan (yang menangani). Semua RS yang punya ICU, ventilator dan ruang isolasi turut berpartisipasi karena tidak mungkin semua ditanggulangi hanya oleh RS rujukan, dan hanya oleh dokter paru. Semua harus bergerak!" kata Faisal.

"Bayangkan, hanya dalam beberapa hari saja RS Wisma Atlet sudah ada 400 orang. Kita masih butuh banyak ruangan dan alat. Jika tidak, maka akan terjadi lagi seperti yang di Tangerang dan tempat lain, pasien meninggal sebelum mendapatkan perawatan," ujar Faisal.

Dokter Oetama menambahkan, solusi yang perlu dilakukan adalah menyiapkan RS rujukan darurat secara cepat dengan kesiapan untuk perawatan pasien sakit sedang dan berat, rekrutmen SDM kesehatan, percepatan pengadaan maupun produksi ventilator, dan APD.

"Bilamana gagal dengan Karantina Wilayah (Lockdown Partial) secepatnya beralih ke Karantina Nasional (Lockdown Total)" katanya.

Belum Ada Kasus Positif Covid, Walkot Sabang Sumbangkan Semua Gajinya untuk Penanganan Virus Corona

Seberapa besar daya tampung RS rujukan?

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menyebutkan, RS rujukan nasional yang disiapkan pemerintah telah menambah ruang isolasi sampai dengan 1.967 ruangan untuk perawatan sedang hingga berat.

Kemudian, RS Wisma Atlet yang sudah dioperasionalkan sudah merawat inap 411 pasien.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
Virus CoronaCovid-19WartawanAchmad Yurianto
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved