Virus Corona
Pilih Lockdown Ketimbang Social Distancing, Faisal Basri soal Data Korban Corona: Susah Minta Ampun
Faisal Basri sebut pembentukan Satuan Tugas (Satgas) penanganan Virus Corona tak cukup menyelesaikan wabah virus yang berasal dari Wuhan, China itu.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri menyebut pembentukan Satuan Tugas (Satgas) penanganan Virus Corona tak cukup menyelesaikan wabah virus yang berasal dari Wuhan, China itu.
Menurut dia, dibandingkan social distancing, pemerintah lebih baik menerapkan lockdown di sejumlah daerah yang memiliki data rinci soal korban Virus Corona.
Sebab, menurutnya hingga kini data korban Virus Corona belum disampaikan secara rinci oleh pemerintah Indonesia.

• Dinyatakan Positif Corona, Aktris Andrea Dian Galang Dana Bantuan Rp 1 Miliar: RS Sudah Parah
• Positif Virus Corona, Andrea Dian Ungkap Perkembangan dan Sudah Ada Air Minum: Terima Kasih Doanya
Hal tersebut disampaikan Faisal Basri melalui tayangan 'SATU MEJA' Kompas TV, Minggu (22/3/2020).
"Kan yang kita inginkan adalah persebarannya bisa kita kendalikan semaksimal mungkin," ucap Faisal Basri.
Terkait keputusan lockdown, ia menilai setiap negara memiliki pertimbangan masing-masing.
Namun, menurut Faisal Basri sejumlah negara menerapkan lockdown karena enggan Virus Corona terus menyebar di negaranya.
"Pengalaman di hampir semua negara yang mengalami beda-beda tapi lebih banyak melakukan lockdown karena tidak ingin risiko sekecil apapun, wabahnya meluas luar biasa," kata Faisal Basri.
"Lockdown itu kan pada umumnya dilakukan dua minggu, diharapkan ongkosnya itu jauh lebih murah."
Lebih lanjut, ia secara terang-terangan menilai lockdown di sejumlah daerah rawan terinfeksi lebih baik ketimbang harus melakukan social distance secara nasional.
Terkait hal itu, Faisal Basri lantas mengungkap masalah yang hingga kini belum juga terselesaikan.
• Inilah yang Terjadi pada Paru-paru Orang yang Terinfeksi Virus Corona
"Saya lebih setuju lockdown dalam arti terbatas, jadi hanya di kota-kota tertentu yang datanya jelas," ujar Faisal Basri.
"Ada masalah juga, saya sampai sekarang enggak dapatkan data yang mudah dipahami."
Faisal Basri juga membandingkan data yang disampaikan dunia dengan pemerintah Indonesia mengenai korban Virus Corona.
Ia menilai, di Indonesia data masih sulit didapatkan.
"Kalau dunia itu rinci, kalau data Indonesia itu susahnya minta ampun," terang Faisal Basri.
"Di mata saya, kalau darurat presiden membuat sejenis apa yang agak mirip dengan tsunami."
Melanjutkan penjelasannya, Faisal Basri kembali mengungkit perbedaan Satgas bencana bentukan presiden sebelumnya dengan yang kini, Penanganan Corona.
Diketahui, Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dipercaya Jokowi untuk memimpin Satgas Penanganan Corona.
"Otoritas khusus, kalau enggak salah Pak JK (Jusuf Kalla) ya pemimpinnya itu," kata Faisal Basri.
"Kalau Pak Donni perkewuh bener (sungkan -red), enggak jelas menurut saya kewenangan yang dia miliki tidak cukup."
• Tips Menghindari Dampak Negatif Social Distancing Corona, dari Rasa Gelisah hingga Depresi
Simak video berikut ini menit ke-14.50:
Indonesia Mirip Italia 18 Hari Lalu
Anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Fariz Nurwidya blak-blakan mengungkap kondisi Indonesia kini setelah diserang Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Fariz Nurwidya menyatakan Indonesia adalah cerminan Italia 18h hari yang lalu.
Lantas, apa yang mendasari pernyataan Fairs Nurdiwdya itu?
Melalui tayangan YouTube realita TV, Kamis (19/3/2020), Fariz menilai Indonesia kini dalam kondisi mengerikan .
• Media Jepang Soroti Keputusan Jokowi Pesan Avigan 2 Juta Butir untuk Obati Virus Corona
Hal itu disebabkan karena angka kematian dan pasien yang terjangkit Corona semakin bertambah setiap harinya.
"Sekarang ini mengerikan sebetulnya untuk Indonesia," kata Fariz.
"Dari 2, jadi 9, kemudian jadi ratusan."
Menurut Fariz, pemerintah perlu segera melakukan penanganan agar kondisi tak semakin parah.
"Ini kalau tidak dilakukan pembatasan saya khawatir proyeksi menengenai 6000 kasus baru dalam dua minggu benar-benar bisa terwujud," ucap Fariz.
Terkait hal itu, ia lantas menyinggung Italia yang telah kehilangan ribuan nyawa warga akibat Corona.
• Pasien 01 Sita Tyasutami Enggan Disebut Pahlawan Corona, Ungkap Siapa yang Pantas: Mereka Luar Biasa
Meskipun negara maju, Italia disebutnya terlalu santai menghadapi Corona.
"Kita sudah punya contohnya, negara maju yang sikapnya rileks dan negara berkembang yang gerak cepat," kata Fariz.
"Misalnya negara maju yang sikapnya rileks seperti Itali, terlambat melakukan lockdown. Akhirnya mereka sekarang dalam satu malam 370 kematian baru."
Lebih lanjut, Fariz secara terang-terangan menyebut kondisi Indonesia kini mirip seperti Italia 18 hari yang lalu.
Karena itu, ia lantas mengimbau pemerintah tak mencontoh sikap Italia yang dinilai terlalu rileks menghadapi Corona.
"Dan Indonesia hari ini adalah Italia 18 hari yang lalu. Jadi kita jangan mengikuti rileksnya mereka," ucap dia."
"Selama ini kan memang terlalu kesannya bahwa ini jangan panik."
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)