Kabinet Jokowi
Politisi PKS Sebut Beberapa Menteri yang Buat Gaduh, Singgung Nadiem Makarim hingga Edhy Prabowo
Politisi PKS, Sukamta turut mengomentari hasil survei tingkat kepuasan pada menteri yang dilakukan Indo Barometer.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Politisi PKS, Sukamta turut mengomentari hasil survei tingkat kepuasan pada menteri yang dilakukan Indo Barometer.
Dalam survei itu, tingkat kepuasan masyarakat terhadap menteri lebih rendah dibanding periode sebelumnya.
Dilansir TribunWow.com dari Kompas TV pada Rabu (19/2/2020), Sukamta mulanya mengatakan bahwa menteri lama bekerja lebih baik dari menteri-menteri baru.
• Azyumardi Azra Bela Maruf Amin soal Hasil Survey dengan Jokowi: Dia Tak Ingin Jadi Matahari Kembar
Sukamta mencontohkan, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi yang dianggapnya bekerja dengan memuaskan.
"Kalau dilihat dari dekat ya ada menteri-menteri yang lama yang berlanjut lagi mereka saya lihat mereka sudah menguasai masalah kemudian mengerti keinginan presiden dan mengerti jalan keluarnya, sehingga menjadi lebih smooth."
"Misalnya di Komisi I itu Menteri Luar Negeri kemudian termasuk yang sangat bagus kinerjanya," kata Sukamta.
Sedangkan, beberapa menteri-menteri baru dinilai tidak bisa beradaptasi hingga membuat gaduh.
"Sementara yang pendatang baru ini adaptasinya itu bermacam-macam."
"Sayangnya juga ada yang beradaptasi tenang tapi ada yang beradaptasi dengan membuat gaduh," lanjutnya.
Menurutnya, kegaduhan yang dilakukan oleh beberapa menteri itu seperti periode sebelumnya.
Satu di antara yang membuat gaduh kali ini menurutnya Menteri Agama, Fachrul Razi.
• Bocoran Grup WA Menteri Jokowi, Prabowo Left Group setelah Ditantang Erick Thohir ke Mata Najwa
"Ini saya kira salah satu yang kami rasakan dari luar tentu kalau yang dari dalam pasti akan melihat baik-baik saja tetapi kalau kami yang dari luar misalnya," kata Sukamta sempat terdiam
"Kali ini polanya mirip yang periode pertama dulu, menteri buat gaduh misalnya Menteri Agama," tambahnya.
Lalu, ia mencontohkan sejumlah pernyataan kontroversial Fachrul Razi.
"Mengatakan soal apa namanya mau melarang cadar, niqab di Pemerintahan."
"Kemudian bicara tentang radikalisme, sekarang mau memulangkan eks kombatan ISIS," lanjut Sukamta.
Lalu, ada pula Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim.
"Ini kan kegaduhan-kegaduhan yang luar biasa, kemudian Pak Mendagri Pak Tito juga apa namanya mau mengevaluasi Pilkada langsung walaupun kemudian diralat."
"Pak Mendikbud juga membuat cukup luar biasa gaduh tentang Ebtanas lah tentang evaluasi ini itu jadi," jelasnya.
• Jubir Menhan, Dahnil Anzar Buka Suara soal Prabowo Jadi Menteri Terbaik: Bukan Domain Kami Sesumbar
Lalu, pria yang juga anggota DPR ini sempat menyinggung kontroversi wacana ekspor bibit lobster oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo.
"Kemudian muncul lagi Pak Menteri Kelautan yang mau mengekspor apa namanya bibit lobster, kemudian terjadi polemik yang kuat Bu Mantan Menteri Kelautan yang lama, Bu Susi," kata Sukamta.
Sehingga ini membuat pertanyaan di masyarakat, padahal Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memiliki dukungan yang cukup besar di periode kedua ini.
"Saya kira ini memunculkan banyak pertanyaan gitu loh kenapa di awal kabinet,yang sebetulnya pemerintahan yang kedua Pak Jokowi punya basis, hubungan yang kuat, dukungan politik yang sangat kuat tinggal lanjut tapi kenapa ini kabinet baru ini mustinya kabinet lama dimulai dengan kegaduhan luar biasa," kritiknya.
Lihat videonya mulai menit ke-12:50:
Indo Barometer Bandingkan Hasil Survei Pemerintahan SBY dan Jokowi
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari mengungkap perbedaan survey yang didapatnya soal tingkat kepuasan publik antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu diungkapkan M. Qodari pada acara Apa Kabar Indonesia Malam TV One pada Senin (17/2/2020).
Mulanya, M. Qodari mengatakan bahwa survey yang dilakukan sudah ada sejak zaman SBY.
• Prabowo Subianto Jadi Menteri Terbaik, Politikus PAN: Gabung dengan Pak Jokowi Itu Tidak Sia-sia
Pasalnya, baru SBY dan Jokowi merupakan presiden yang dipilih oleh rakyat.
"Survey tingkat kepuasannya ini kan dimulai dari Pak SBY karena Pak SBY adalah presiden pertama yang dipilih secara langsung di sini oleh rakyat."
"Dan karena itu kemudian evaluasinya tentunya dari rakyat. Kalau presidennya dipilih oleh MPR evaluasinya dilakukan oleh pihak MPRm" jelas M. Qodari.
Menurut keterangannya, tingkat kepuasan rakyat pada pemerintah berubah-ubah.
"Pengalaman kita untuk survey kepuasan Pak SBY baik di periode pertama maupun di periode kedua, yang namanya tingkat kepuasan atau koreksi dia mengalami dinamika bisa tinggi, bisa rendah, bisa naik, bisa turun," katanya.
Berdasarkan survey sejak zaman SBY, tingkat kepuasan wakil presiden selalu di bawah presiden dengan selisih yang cukup rendah.
"Tapi ada pula yang menarik pada waktu itu, pertama tingkat kepuasan kepada Wapres biasanya memang selalu di bawah presiden."
"Kedua kepuasan terhadap kinerja kabinet atau menteri secara umum itu selalu di bawah wakil presiden," ungkap M. Qodari.
• Hasil Survei Sebut Kepuasan Publik pada Era Jokowi dan SBY Hampir Sama, Roy Suryo: Ya Sudah, Selamat
Sedangkan, tingkat kepuasan jajaran menteri di bawah Wapres.
"Jadi urutannya Presiden, Wakil Presiden, kemudian kabinet."
"Kalau tingkat kepuasan presiden lagi tinggi, Wapres juga tinggi walaupun (selisihnya) sebesar mungkin 5 persen lah di bawah presiden."
"Misalnya presiden 70 persen, wakilnya 65 misalnya begitu, kemudian kabinetnya katakanlah 60," jelas M.Qodari.
Namun, ada yang berbeda paa hasil survey kali ini.
Baru pertama kali selisih tingkat kepuasan antara presiden dengan wakil presidennya sangat jauh berbeda.
"Nah tapi baru kali ini ketemu dengan pola yang agak berbeda begitu."
"Betul,betul, jadi kali ini gepnya kok sampai 20 persen, sampe 21 persen antara presiden dengan wakil presiden itu yang pertama," kata dia.

• Pamor Maruf Amin Jauh di Bawah Jokowi, Roy Suryo Blak-blakan Beri Sindiran: Wapres Ditulis Wamen
Jokowi mendapat tingkat kepuasan hingga sekitar 70 persen sedangkan, Maruf Amin hanya sekitar 49 persen.
Selain itu, tingkat kepuasan pada Menteri juga lebih tinggi dibanding kepada wapres.
"Yang kedua, tingkat kepuasan kepada menteri secara umum lebih tinggi dari Wakil Presiden."
"Ini dua pola yang keluar dari pola sbelumnya baik Pak SBY dua periode, maupun Pak Jokowi pada periode pertama begitu kira-kira," ucap Qodari.
Saat ditanya mengapa hal itu bisa terjadi, M. Qodari mengatakan pihaknya masih akan melakukan penelitian lebih lanjut alasannya.
Lihat videonya mulai menit ke-3:40:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)