Terkini Nasional
Di ILC, Mahfud MD Singgung Kampanye Pilkada DKI, Bandingkan Pendukung Ahok dengan Anies Baswedan
Menko Polhukam Mahfud MD membandingkan pendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dengan pendukung Anies Baswedan.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membandingkan pendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dengan pendukung Anies Baswedan.
Dilansir TribunWow.com, hal itu terkait dengan politik agama yang beberapa waktu terakhir kerap terjadi.
Melalui tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (11/2/2020), Mahfud MD juga turut mengungkit kampanye Pemilu 2019 lalu.
• Di ILC, Mahfud MD Bantah Pemerintah Semena-mena Tindas Umat Islam: Pak Jokowi Waktunya Salat Pergi
• Bandingkan Soeharto dan Jokowi, Jusuf Kalla: Negara Demokrasi Tidak Bisa Menyenangkan Semua Orang
Ia membandingkan cara kampanye Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto kala itu.
Menurut Mahfud MD, ada perbedaan mencolok dalam cara kampanya kedua calon presiden Pemilu 2019 itu.
"Saya melihat Pak Jokowi itu pendekatannya populis, langsung ke rakyat bawah, ke rakyat kecil, ke gorong-gorong," ujar Mahfud MD.
"Kalau Pak Prabowo itu pendekatannya strukturalis, dia mau memperbaiki sistem ini."
Lantas, Mahfud MD menyinggung kemenangan Jokowi sebagai Presiden terpilih 2019-2024.
"Dan itu memang pendekatannya begitu dan yang menang Pak Jokowi, ya sudah," ujar Mahfud MD.
Lebih lanjut, Mahfud MD pun menyinggung politik identitas yang terjadi dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
"Tapi tahun 2019 yang didahului dengan pemilihan gubernur, Pilgub itu memang lalu politik identitas yang muncul, politik keagamaan," terangnya.
"Sebenarnya enggak ada yang punya dasar untuk menyatakan diri paling benar membawa nama agama."

• Di ILC, Sudjiwo Tedjo Blak-blakan Minta Erick Thohir Mundur Jadi Menteri, Karni Ilyas: Usul Dicatat
Ia menilai, politik identitas tak layak digunakan sebagai cara memenangkan Pilkada.
Sebab, menurut Mahfud MD setiap agama memiliki tuntuan masing-masing bagi setiap pengikutnya.
"Oleh sebab itu ke depannya menurut saya paling penting itu bagaimana masalah ideologi diperkuat," kata Mahfud MD.
"Enggak usah lagi politik identitas, karena kalau bicara agama masing-masing punya dalil kok."
Terkait hal itu, Mahfud MD membandingkan pendukung Ahok dengan pendukung Anies Baswedan.
"Kalau pandangannya Ahok yang dianggap tidak Islam dan sambungannya," ujar Mahfud MD.
"Kemudian yang satu, yang Islam Pak Anies dan sambungannya."
Menurut dia, pendukung Ahok maupun Anies Baswedan terdiri dari berbagai agama.
Karena itu, politik identitas tak layak digunakan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
"Itu pendukung Pak Anies banyak juga yang enggak salat kok waktu kampanye itu," kata Mahfud MD.
"Tapi banyak yang salat juga."
"Pendukung Ahok juga ada yang salat waktu kampanye, jadi itu bukan urusan agama sebenarnya," sambungnya.
Simak video berikut ini menit ke-1.12:
Sindir Menantu Pemimpin
Pada kesempatan itu, sebelumnya Budayawan Sudjiwo Tedjo menyoroti banyaknya kerabat para pemimpin di Indonesia yang kini turut mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di daerah masing-masing.
Dilansir TribunWow.com, Sudjiwo Tedjo menyebut hal itu menjadi satu di antara alasannya kini tak mempercayai pemerintah.
Menurut dia, di Indonesia posisi seseorang hanya ditentukan oleh harta yang dimiliki.
Sudjiwo Tedjo menilai, keadilan di masa lalu berbeda dengan kini.
Menurutnya, di zaman dahulu ada persamaan nasib bagi seluruh warga negara.
• Di ILC, Anies Baswedan Ungkap Kunci Majunya Indonesia: Disebut Bung Erick, AA Gym Menggarisbawahi
"Kalau meminjam (pernyataan) Soekarno, bangsa adalah suatu kaum yang mengalami penderitaan bersama," ucapnya.
"Dulu iya, itu ada disimpulkan di belakang."
Terkait hal itu, ia pun memberikan contoh untuk memperjelas pernyataannya.
Lantas, Sudjiwo menyinggung nama Presenter ILC, Karni Ilyas.
"Bapak saya dan bapaknya Pak Karni makannya ulet karung goni semua, ada persamaan nasib" kata dia.
"Sekarang udah enggak ada persamaan nasib, arloji saya sama arlojinya Pak Thohir jauh banget. Gimana mau persamaan nasib?"
Lebih lanjut, Sudjiwo menilai pemerintah tirani diperlukan di negara ini.
Hal itu berkaitan dengan persamaan nasib yang harusnya diperoleh oleh semua warga negara.
"Makanya saya usul bangsa harus diikat di depan tujuan," ujarnya.
"Nah tujuan itu memerlukan tirani kalau perlu."
Melanjutkan penjelasannya, Sudjiwo justru menyinggung para pemimpin yang kerabat terdekatnya turut mencalonkan diri di daerah masing-masing.
Hal itu menurutnya membuat kepercayaan publik pada pemimpin semakin berkurang.
• Karni Ilyas Tak Terima ILC Vakum Disebut karena Ketakutan, Sudjiwo Tedjo: Jangan Bantah Saya
"Sekarang gimana aku mau percaya soal KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) misalnya, kalau pemimpin mantunya jadi calon ini," ujar Sudjiwo.
"Gimana mau percaya?"
Terkait hal itu, Sudjiwo pun menganggap pentingnya harta untuk memperoleh posisi strategis.
"Saya enggak ngenyek pemimpin itu, kalau saya jadi pemimpin mungkin mantu saya juga," kata Sudjiwo.
"Karena di Indonesia enggak aman kalau enggak kaya."
Mendengar pernyataan tersebut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang turut hadir dalam acara itu pun langsung menganggukkan kepala.
Tak hanya itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun tampak tersenyum mendengar ucapan Sudjiwo tersebut.
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)