Viral Keraton Agung Sejagat
Solusi Menghindari Kerajaan Fiktif, Pengamat Sosial: Selalu Pertanyakan dan Jangan Mudah Tergiur
Pengamat sosial Devi Rahmawati menyebutkan ada beberapa cara untuk menghindari tergiur dengan iming-iming yang ditawarkan kerajaan fiktif.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Munculnya Keraton Agung Sejagat dan beberapa keraton lain, tak hanya meresahkan warga, rupanya juga dapat menarik banyak pengikut.
Dilansir TribunWow.com, pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devi Rahmawati menyebutkan ada beberapa cara untuk menghindari tergiur dengan iming-iming yang ditawarkan kegiatan tersebut.
Awalnya, Devi menjelaskan fenomena serupa tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di beberapa negara maju ada peristiwa serupa yang terjadi.
• Roy Suryo Ungkap Dugaan Alasan Adanya Fenomena Keraton Palsu: Berharap Ada Dana Istimewa Pemerintah
"Kita kemudian jangan merasa bahwa negara kita paling terbelakang. Faktanya, negara-negara maju juga demikian," kata Devi dalam tayangan Sapa Indonesia Malam di KompasTV, Sabtu (19/1/2020).
Menurut Devi, meskipun saat ini era digital, tidak semua orang mengecek fakta yang ada.
"Begitu di era digital di mana rezim kecepatan itu melebihi ketepatan, akhirnya tidak ada gunanya juga," kata Devi.
"Karena pada akhirnya orang hanya akan percaya apa yang ingin dia dengar, hanya ingin melihat apa yang dia lihat," lanjutnya.
Oleh karena sifat manusia itu, Devi menyebutkan solusi pertama menghindari hal-hal yang irasional adalah selalu mempertanyakan kebenaran fakta.
"Biasakan untuk mempertanyakan sesuatu," tegasnya.
Menurut Devi, umumnya ada dua hal yang ditawarkan kerajaan tersebut.
"Biasanya pendekatan narasinya hanya dua, menimbulkan kesenangan atau ketakutan. Misalnya dia menjanjikan ada akhir zaman, mau ada bencana, dan sebagainya," terang Devi.
"Atau, akan segera mendapatkan jabatan, akan segera mendapatkan harta kekayaan hanya dengan investasi sekian X dalam waktu tiga bulan, sebulan, dan sebagainya," tambahnya.
Pada titik ini, kita sudah harus mulai mempertanyakan kebenaran dari tawaran yang dijanjikan.
"Begitu sesuatu itu sudah sangat menyenangkan, too good to be true, kita mempertanyakan, masak sih? Itu saja tekniknya," katanya.
Devi menyebutkan tips yang kedua adalah berhenti membandingkan diri dengan orang lain.