Breaking News:

Viral Keraton Agung Sejagat

Muncul Berbagai Kerajaan Fiktif, Pengamat: Ada Kaitan dengan Ketidakpuasan terhadap Pemerintah

Menurut pengamat, orang tertarik untuk mengikuti kerajaan fiktif yang belum jelas karena faktor ada ketidakpuasan dengan pemerintah.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Lailatun Niqmah
Capture Youtube KompasTV
Pengamat sosial UI Devi Rahmawati berpendapat munculnya kerajaan fiktif ada kaitannya dengan ketidakpuasan terhadap pemerintah, dalam tayangan KompasTV, Sabtu (18/1/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Munculnya berbagai kerajaan fiktif akhir-akhir ini mampu menarik pengikut cukup banyak di beberapa daerah di Indonesia.

Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devi Rahmawati, ada beberapa kemungkinan orang mau menjadi pengikut kerajaan fiktif tersebut.

Dilansir TribunWow.com dari tayangan KompasTV, awalnya Devi menjelaskan fenomena kerajaan fiktif tidak hanya muncul di Indonesia.

Viral Keraton Agung Sejagat hingga Sunda Empire, Rocky Gerung Kritik Polisi: Kurang Imajinasi

"Jadi kalau berdasarkan studi di dunia, kepercayaan bagaimana sebuah masyarakat atau komunitas percaya pada hal-hal yang bersifat fiktif, atau tidak nyata kemudian tidak dapat dipertanggungjawabkan, itu bukan hanya milik komunitas timur seperti Indonesia," kata Devi, Sabtu (18/1/2020).

Devi menyebutkan sebesar 65 persen responden percaya pada teori konspirasi, berdasarkan penelitian yang dilakukan di sembilan negara pada 2012 sampai 2018.

Dengan tingkat pendidikan tinggi dan kualitas hidup yang baik, Devi menyebutkan ada alasan warga negara-negara tersebut masih memercayai hal-hal yang tidak masuk akal itu.

"Karena ternyata ada kaitannya dengan ketidakpercayaan pada pemerintah, misalnya," kata Devi.

"Artinya apa? Ada ketidakpuasan. Yang kemudian hal-hal tidak rasional tadi menjadi cara bagi mereka, bagi warga manapun, tidak mengenal ras, tidak mengenal latar belakang pendidikan untuk menemukan jawaban sementara," jelasnya.

Sebagai contoh, Devi menyebutkan dalam kemunculan Kerajaan Sunda Empire ada pernyataan tentang kekecewaan terhadap pemerintah.

"Kalau di kita kerajaan, di Amerika atau Eropa itu apa yang terjadi? Mereka bilang bahwa sebenarnya yang mengatur dunia ini bukan pemerintahan mereka," kata Devi menjelaskan kepercayaan orang terhadap teori konspirasi.

"Tapi ada sebuah konspirasi atau komplotan besar. Jadi cara berpikirnya beda, tapi sebenarnya sama. Hanya casing-nya dan narasinya sedikit berbeda. Konten tetap sama," tambahnya.

Heboh Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Tetangga Jelaskan Kegiatan yang Dilakukan

Faktor Ekonomi dan Tren Dunia

Meskipun demikian, Devi menilai munculnya Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo memiliki motivasi yang sedikit berbeda.

"Kalau yang terjadi dengan Kerajaan Agung Sejagat, itu sebetulnya sama dengan MeMiles," kata Devi, merujuk pada program investasi bodong yang menjerat beberapa selebritas di Indonesia.

Ia menjelaskan faktor yang membuat kerajaan tersebut muncul.

"Kalau bicara keuangan, ini lain lagi motivasinya. Kenapa? Karena manusia punya kecenderungan untuk greedy, untuk rakus," jelas Devi.

"Ditambah karena sekarang adalah era visual, di mana kita sering melihat orang lain lebih hebat daripada kita, kita terobsesi untuk memiliki standar kehidupan yang berbeda," sambungnya.

Maka dari itu, ketika ada tawaran untuk menaikkan derajat hidup secara instan, orang terdorong untuk mencoba cara tersebut tanpa tergantung pada latar belakang pendidikannya.

Devi menyebutkan memang ada tren dunia yang memercayai teori konspirasi yang sama dari waktu ke waktu.

"Ini kita jangan perlu kaget bahwa nanti ke depannya akan muncul lagi kerajaan-kerajaan lain," terangnya.

"Ini adalah hal yang natural. Tapi yang berbahaya adalah ketika kemudian kepercayaan itu dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi tadi," tambah Devi.

Ia melanjutkan ada kaitan erat kepercayaan masyarakat terhadap teori konspirasi dengan politik.

"Jadi ketika ada polarisasi yang begitu kuat, masyarakat menjadi bimbang, gamang," katanya.

"Sehingga lagi-lagi hal yang emosional, tidak rasional, itu menjadi gantungan sementara mereka untuk menjelaskan kompleksitas persoalan yang mereka hadapi sehari-hari," tegas Devi.

Lihat videonya dari awal:

Penjelasan Sosiolog

Sosiolog UGM Bayu Yulianto memaparkan analisanya mengapa ada orang yang tertarik menjadi pengikut dari Keraton Agung Sejagat (KAS) buatan Totok Santosa Hadiningrat dan Fanni Aminadia.

Bayu menyebut ada dua hal yang mendorong seseorang bergabung dengan KAS, yakni dorongan ekonomi dan harapan.

Dikutip TribunWow.com, mulanya Bayu menjelaskan kejadian seperti KAS tidak hanya terjadi di lingkup adat.

 Dapat Pengakuan Janggal dari Raja Keraton Agung Sejagat, Polda Jateng Berencana Periksa Wartawan

Kejadian serupa juga terjadi di komunitas-komunitas yang berbasis agama dan ekonomi.

"Pertanyaannya adalah kenapa masih ada orang yang mau ikut di situ," kata Bayu di kanal YouTube 'APA KABAR INDONESIA PAGI' Talk Show tvOne, Jumat (17/1/2020).

"Baik yang pengkultusan basisnya agama, adat, dan segala macam, termasuk komersialisasi, untung cepat, investasi bodong," tambahnya.

Alasan pertama, Bayu menjelaskan para pengikut KAS memilih untuk bergabung karena adanya jaminan kondisi ekonomi mereka akan membaik.

"Saya kira memang yang pertama kalau penjelasan dari sisi ekonomi, ini fenomena yang sifatnya umum bahwa ada kekhawatiran, kecemasan yang sifatnya meluas di kalangan masyarakat," papar Bayu.

"Kerentanan ekonomi dan segala macam, itu memunculkan kemungkinan mereka untuk bias terlibat atau mau terlibat di situ."

"Buat orang-orang seperti kita, mungkin itu enggak masuk akal, atau enggak rasional."

Menurut Bayu motif ekonomi mayoritas terjadi di tatanan masyarakat yang hidup dengan kondisi ekonomi yang cenderung rendah.

Kesaksian Warga soal Kesultanan Selaco Tasikmalaya, Dana dari Swiss hingga Sering Bantu Masyarakat

"Tapi bagi mereka yang hidup di dalam suatu situasi ketidakpastian, kerentanan sosial, tidak ada tambatan struktural dalam konteks institusi misalnya, itu menjadi menarik buat mereka," kata Bayu.

Bayu juga mengatakan komunitas seperti KAS memiliki keahlian tersendiri dalam merayu dan membujuk orang-orang untuk ikut dengan memberikan rasa nyaman.

"Apalagi biasanya, komunitas-komunitas seperti ini pandai memperlakukan secara psikologis para pengikut-pengikut barunya, dibuat nyaman, dimanusiakan, sampai mereka betul-betul merasa nyaman dan betul-betul merasa dihargai dalam komunitas itu," jelasnya.

(TribunWow.com/Brigitta Winasis/Anung Malik)

Sumber: Kompas TV
Tags:
Keraton Agung SejagatKesultanan SelacoSunda Empire
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved