Breaking News:

Iran Vs Amerika Serikat

Pakar Hubungan Internasional Sebut Sifat Trump Tentukan Konflik Iran-AS: Twitter-nya akan Gencar

Pakar Hubungan Internasional Teuku Rezaysah menyebutkan semakin dekatnya waktu senat memvoting pemakzulan Trump akan berpengaruh ke kondisi Iran-AS

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
YouTube Talk Show tvOne
Pakar Hubungan Internasional Teuku Rezaysah menyebutkan semakin dekatnya waktu senat memvoting pemakzulan Trump akan berpengaruh ke kondisi Iran-AS 

TRIBUNWOW.COM - Pakar Hubungan Internasional Teuku Rezaysah menjelaskan perkembangan proses pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, akan mempengaruhi ketegangan antara AS dan Iran.

Rezasyah menjelaskan ada kemungkinan Trump sewaktu-waktu mengancam Iran berperang karena waktu voting pemakzulan yang kian dekat membuat Trump semakin tertekan.

Dikutip TribunWow.com, mulanya Rezaysah menjelaskan bahwa terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimani merupakan kehilangan yang besar bagi Iran.

"Bagi Iran ini merupakan suatu peristiwa yang sangat menyedihkan, seorang pemimpin kharismatis militer itu meninggal," kata Rezaysah di acara 'APA KABAR INDONESIA MALAM' Talk Show tvOne, Senin (13/1/2020).

Pengamat Jelaskan Alasan Warga Iran Protes Tuntut Pimpinannya Mundur: Masalah Dusta

Rezaysah mengatakan adanya serangan tersebut ditambah ancaman sanksi PBB, membuat Iran tidak punya pilihan lain selain melawan.

"Pada saat kondisi kritis tersebut, mereka juga melihat tekanan Amerika Serikat sangat berat, misalnya ancaman lewat sanksi PBB lebih lanjut," katanya.

"Mereka tidak ada pilihan lain, karena harga diri sudah jatuh, mereka melakukan serangan lewat peluru kendali secara sangat teroganisir," lanjut Rezaysah.

Ia kemudian menganalisa kekuatan senjata Iran, Rezaysah menjelaskan Iran memiliki kemampuan untuk mandiri pada bidang militer.

"Saya melihat kemampuan Iran untuk swasembada secara militer ini luar biasa," kata Rezaysah.

"Arah tembakannya semakin tepat," tambahnya.

Kemudian Rezaysah menjelaskan dari pihak Iran, diberitakan bahwa banyak timbul korban tewas dan luka-luka akibat serangan rudal Iran.

Apabila betul terjadi, Rezaysah mengatakan hal tersebut merupakan hal yang buruk bagi AS.

Rezaysah mengatakan AS sebenarnya memiliki kekuatan militer yang lebih unggul dibandingkan Iran.

Namun ia mengatakan Iran berhasil menyaingi AS dengan menciptakan tekonologi militer yang tak kalah saing dengan milik AS.

"Iran punya kemampuan counter technology yang juga tinggi," ujar Rezaysah.

"Kita lihat misalnya setahun silam, mereka berhasil mendaratkan drone Amerika Serikat secara mulus."

"Saya belum melihat praktik drone teknologi mereka (Iran) yang selanjutnya," tambah Rezaysah.

Kondisi konflik antara Iran dan AS saat ini, menurut Rezaysah keduanya sedang mengukur kekuatan satu sama lain.

"Saya pikir selama dua minggu mereka ini saling lirik, mirror image (berkaca)," kata Rezaysah.

"Mereka belum yakin apakah perang tersebut akan meningkat lebih lanjut," tambahnya.

Kemungkinan Trump Perangi Iran

Rezaysah menjelaskan pemicu tahap selanjutnya dalam ketegangan antara Iran dan AS adalah pemakzulan Trump.

"Sekarang Januari, voting di Senat semakin dekat," kata Rezaysah.

Ia mengatakan kondisi Trump yang akan semakin tertekan akibat pemakzulan, memungkinkan Trump menjadi tempramen dan tak segan mengancam Iran berperang.

"Biasanya kalau semakin dekat ke arah voting tersebut, tensi Trump akan semakin naik," kata Rezaysah.

"Nanti kita lihat twitter-nya akan terus gencar, mungkin tidak mustahil Trump berani mengancam akan melakukan deklarasi perang kepada Iran."

Namun Rezaysah mengatakan kecil kemungkinan Trump akan mengancam Iran untuk berperang karena para politisi AS akan berusaha untuk menghindari terjadinya perang.

"Walaupun sebenarnya elit-elit Amerika Serikat mengatakan tidak akan sampai ke situ, akan mereka tahan niatan Amerika Serikat untuk menyerang Iran karena resikonya luar biasa," tandasnya.

Kecam Sanksi AS, Juru Bicara Menlu Iran: Amerika akan Mengakui Kekalahannya

Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-3.20:

Warga Iran Terbagi 2 Kubu

Pengamat Timur Tengah Anan Nurdin mengatakan kondisi di Iran saat ini sedang terbagi menjadi dua kubu, pro dan anti pemerintah.

Ia mengatakan hal tersebut disebabkan oleh aksi pemerintah Iran yang sempat berbohong soal penyebab jatuhnya pesawat komersil milik Ukraina yang menewaskan seluruh penumpangnya.

Dikutip TribunWow.com, Anan mulanya menjelaskan sebelum pengumuman pemerintah Iran soal penyebab asli jatuhnya pesawat Ukraina, warga Iran satu suara menentang Amerika Serikat (AS).

Pengamat Timur Tengah jelaskan kemungkinan Iran alami revolusi akibat protes yang terjadi karena pemerintah berbohong soal tragedi pesawat Ukraina
Pengamat Timur Tengah jelaskan kemungkinan Iran alami revolusi akibat protes yang terjadi karena pemerintah berbohong soal tragedi pesawat Ukraina (YouTube metrotvnews)

 Pengamat Jelaskan Alasan Warga Iran Protes Tuntut Pimpinannya Mundur: Masalah Dusta

Setelah keluarnya pengakuan Iran yang salah menembak pesawat, hingga akibatkan tewasnya 176 jiwa, muncul warga Iran yang mulai menyalahkan pimpinan mereka.

"Di dalam negeri Iran juga sekarang terjadi dua propaganda yang sangat besar, yaitu kita katakan itu menjadi senjata makan tuan, di mana rakyat yang asalnya berada di belakang penuh pemerintah Iran," kata Anan di acara 'PRIMETIME NEWS' metrotvnews, Senin (13/1/2020).

"Sekarang justru terbalik, bahwa musuh kita bukan lagi hanya Amerika, tapi musuh kita adalah juga para penguasa di Iran itu sendiri," tambahnya.

Anan mengatakan protes-protes tersebut menuntut agar pihak-pihak yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Ukraina dihukum atas kelalaiannya.

"Mereka menuntut bahwa seluruh orang-orang yang terlibat itu dihukum karena melakukan sebuah kesahatan yang sangat memalukan," jelasnya.

Demo terhadap pimpinan tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, menurut Anan merupakan hal yang baru.

 Kecam Sanksi AS, Juru Bicara Menlu Iran: Amerika akan Mengakui Kekalahannya

"Sangat sangat besar, sebelumnya tidak pernah terjadi demo yang berani melawan Ayatollah Khamenei sebagai pemimpin tertinggi di Iran," ujar Anan.

Ia mengatakan demo terhadap pimpinan tertinggi Iran sempat terjadi di November 2019, namun karena masih ada sosok Jenderal Qassem Soleimani, protes masih bisa dikendalikan.

"Terjadi sejak bulan November yang lalu, 2019 karena waktu itu krisis ekonomi (embargo AS)," kata Anan.

"Tapi dengan adanya Jenderal Qassem Soleimani itu bisa diatasi walaupun memakan jumlah korban dari demonstran."

"Pada hari ini demonya sudah langusng mengarah kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamanei, dan ini bisa dikatakan sebuah kejadian yang jarang terjadi," tambahnya.

Kemungkinan Revolusi Iran

Anan mengatakan apabila tidak ada campur tangan dari negara lain, stabilitas negara Iran akan bergantung kepada politisi-politisi yang kontra dengan pemerintah.

"Pertama ditentukan sejauh mana politisi Iran yang anti kepada Ayatollah Khamenei, yang mereka katakan ini adalah diktator, ini adalah pendusta, memanfaatkan peluang itu," paparnya.

 Iran Akui Tembak Pesawat Ukraina, Tuai Aksi Protes di Teheran Tuntut Ayatollah Ali Khamenei Turun

Kendati demikian, Anan mengatakan Iran masih mampu bertahan mengamankan kondisi keamanan negara mereka.

"Tapi saya pikir dengan kondisi politik Iran yang agak berbeda dari negara-negara luar," terang Anan.

"Saya kira Ayatollah Khamenei dan presiden Iran Hassan Rouhani, mereka masih bisa mengatasi masalah ini."

Anan juga mengatakan kemungkinan Iran mengalami revolusi karena protes tersebut sangat kecil.

"Sangat-sangat jauh karena pengaruh politik, dan tatanan politik yang berbeda yang tidak bisa disamakan dengan sistem politik," lanjut Anan.

Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-2.38:

(TribunWow.com/Anung Malik)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Donald TrumpIranAmerika SerikatIran Vs Amerika SerikatQasem Soleimani
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved