Konflik RI dan China di Natuna
Soal Natuna, Mahfud MD Tegaskan Enggan Berunding dengan China: Tidak Perang tapi Tak Mau Negosiasi
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD angkat bicara soal polemik di perairan Natuna.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Mohamad Yoenus
Simak video berikut ini menit 3.06:
Sorotan Negara Asing
Menteri Luar Negeri China Geng Shuang menanggapi keberatan Pemerintah Indonesia mengenai permasalahan di Laut Natuna.
Dilansir dari ChinaDaily.com, Geng Shuang menegaskan nelayan China berhak mencari ikan di sekitar Laut China Selatan berdasarkan kekuasaan atas Kepulauan Nansha.
Geng juga mengatakan penting bagi kedua negara untuk mempertahankan kedamaian di wilayah tersebut.
Menurut pengamat negara-negara ASEAN dari Guangxi University for Nationalities, Ge Hongliang, China telah berupaya dengan tulus menyelesaikan perselisihan dengan negara tetangga.
Meskipun demikian, Ge menyampaikan beberapa negara menimbulkan masalah terkait batas-batas negara di Laut China Selatan dan mendorong Indonesia tidak ikut-ikutan dalam jebakan konflik tersebut.
Ia menjelaskan, sebagai negara berkembang, China dan Indonesia harus memperdalam kerja sama.
• Kapal China Enggan Tinggalkan Natuna, Salim Said Singgung Tindakan Tegas: Senjata yang akan Bicara
Sebelumnya Presiden Jokowi telah mengutarakan impian yang akan dicapai dalam rangka 100 tahun Indonesia merdeka.
Menurut Ge, impian China dan Indonesia dalam rangka 100 tahun kemerdekaan kurang lebih sama, sehingga hubungan bilateral antarnegara harus diperkuat.
Ge menyebutkan keinginan China memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial sama dengan keinginan Jokowi.
Ia menilai langkah pembangunan infrastruktur dan mengundang investor asing tepat dan membuat periode pertama pemerintahan Jokowi berjalan mulus.
Ge juga mendorong agar kedua negara memperkuat kerja sama yang sudah dibangun bertahun-tahun dan mengembangkan kepercayaan satu sama lain.
Ia mengatakan ada beberapa aspek yang dapat menghambat kerjasama China dengan Indonesia, yaitu ketidakseimbangan investasi, kesulitan China membangun pabrik di Indonesia, dan perbedaan budaya. (TribunWow.com/Jayanti Tri Utami/Brigitta Winasis)