Konflik RI dan China di Natuna
Soal Natuna, Moeldoko Blak-blakan Akui Pernah Buat China Memohon hingga Tegas Beri Ancaman Ini
epala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko mengungkap pengalamannya saat masih menjabat sebagai Panglima TNI.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Rekarinta Vintoko
"Saya mau jelasin ya, jangan dibilang setelah Pak Edhy (menjabat) ini lebih banyak kapal (asing) masuk," kata Luhut.
"Tidak benar itu, saya ulangi sekali lagi itu tidak benar."
Luhut mengklaim, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) selama ini tetap bekerja sebagaimana mestinya meski kapal asing kini menyerbu perairan Natuna.
"Karena kami punya data lengkap kok," kata Luhut.
"KKP itu masih bergerak, hanya saja kan memang intesitasnya coast guard belum bisa sebanyak yang lain karena kapalnya terbatas."
Lantas, Luhut menyinggung soal penyelundupan nikel yang belum lama ini diungkap oleh KKP.
Kala itu, semua kapal milik KKP terlalu fokus mengurusi penyulundupan nikel tersebut.
Hingga lalai menjaga perairan Natuna.
Hal itulah yang disebutnya menjadi jalan pembuka bagi kapal China untuk memasuki wilayah Natuna.
• Sikap Prabowo atas China soal Natuna Diprotes Pakar Hukum sambil Berkali-kali Tunjuk-tunjuk Kamera
"Kemarin misalnya kita mobilisasi, penanganan nikel yang diselundupkan itu ada beberapa puluh kapal kita pindak ke sana semua," ujar Luhut.
"Kita belum mampu di Barat, lalu orang lain datang masuk."
"Kalau barang ndak kau jaga ya orang datang lah."
Kini, setelah kapal China memasuki Natuna, Luhut bersama jajarannya akan memperbaiki penjagaan agar kejadian serupa tak kembali terulang.
"Coba kau enggak jaga rumahmu kan orang datang kan. Jadi kita perbaiki penjagaan kita ," ujar Luhut.
Lantas, ia kembali menegaskan Edhy Prabowo bukanlah orang yang patut disalahkan atas kejadian ini.
"Tapi bukan si coast guard dengan KKP tidak bekerja atau kurang bekerja setelah Pak Edhy tidak betul juga itu," kata Luhut.
"Saya ingin luruskan itu karena saya ikuti betul."
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)