Dewan Pengawas KPK
Soroti Eks Pimpinan KPK Taufiqurrahman Ruki, Tsani Annafari Ungkap Peran 'Orang Dalam' di Dewas KPK
Masuknya eks Pimpinan KPK ke Dewas KPK menurut Tsani Annafari memiliki peran yang penting untuk maksimalkan kinerja Dewas
Penulis: anung aulia malik
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Mantan penasihat KPK Tsani Annafari membahas soal eks Pimpinan KPK Taufiqurrahman Ruki yang rencananya akan dimasukkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke dalam susunan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (Dewas KPK).
Tsani mengatakan sebagai orang yang pernah berada di dalam KPK, pengalaman Taufiqurrahman Ruki akan menjadi modal yang baik bagi kinerja Dewas KPK nanti.
Dikutip TribunWow.com, awalnya Tsani menjelaskan apa saja peran Dewas KPK.
"Tugas Dewan Pengawas ini salah satunya mengambil alih peran penasihat," jelas Tsani di acara 'APA KABAR INDONESIA MALAM' Talk Show tvOne, Kamis (19/12/2019)..
"Kedua juga mengambil alih sebagian peran pimpinan, yang paling penting, mereka menjadi examinator seluruh KPK, mulai komisioner dan pekerjaan yang lain," tambahnya.
• Mantan Penasihat KPK Tsani Annafari Khawatirkan Kredibilitas Dewas KPK: Iman Manusia Naik Turun
Tsani menjelaskan karena banyaknya peran di KPK yang diambil oleh Dewas KPK, maka diperlukan sosok yang telah memiliki banyak pengalaman bekerja di lembaga anti rasuah tersebut.
"Karena itu menurut saya mereka harus paham betul detil tugas KPK," ujar Tsani.
"Kalau mereka tadi dilibatkan dalam proses pro Justicia, katakanlah mereka berarti harus mampu melakukan eksaminasi."
"Orang seperti Pak Ruki yang dua kali menjadi pimpinan tentu punya jam terbang yang baik," imbuhnya.
Tsani menerangkan profesi mereka sebelumnya yang rata-rata bekerja di sektor hukum, akan memiliki kemampuan yang seimbang dengan Taufiqurrahman Ruki dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan.
"Tapi saya rasa orang-orang yang memiliki pengalaman sebagai pengadil, hakim, rata-rata sudah terbiasa menguji penuntutan, penyidikan maupun penyelidikan," paparnya.
"Sehingga orang-orang seperti itu biasanya terbiasa melakukan evaluasi atau eksaminasi," lanjutnya.
Selain dari bidang kompetensi, Tsani juga menekankan Dewas KPK perlu untuk memiliki moral yang baik.
"Peran lain yang penting juga di Dewan Pengawas ini adalah sebagai pengadil etik di KPK," kata Tsani.
"Pengadil etik ini juga perlu tidak hanya sekadar kompetensi, tapi juga kriteria setengah dewa, sangat penting."
"Karena tidak hanya kompetensi tapi juga value (nilai), rasa. Bagaimana kita bisa menimbang."
"Itu perlu sesuatu yang bening baik di hati maupun di pikiran," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah menyebutkan beberapa nama yang akan mengisi posisi Dewas KPK.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (20/12/2019), nama-nama tersebut di antaranya adalah Artidjo Alkostar, Albertina Ho, dan eks pimpinan KPK Taufiqurrahman Ruki.
Pelantikan Anggota Dewas KPK rencananya akan dilakukan di Istana Negara pukul 14.30 WIB.
Pelantikan tersebut dilakukan bersamaan dengan pelantikan pimpinan KPK periode 2019-2023 yang akan diisi oleh Irjen Firli Bahuri, Alexander Marwata, Nurul Ghufron, Lili Pintauli Siregar Nawawi Pomolango.
• Bahas Dewas KPK, Pakar Hukum Refly Harun Ungkit Jasa Artidjo Alkostar Buat Koruptor Kapok
Video dapat dilihat di menit 10.28
Ngabalin Sebut Dewas KPK bagai 'Manusia Setengah Dewa'
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin menjelaskan soal pernyataannya tentang Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (Dewas KPK) bagaikan manusia setengah dewa.
Ia mengatakan hal tersebut karena Dewas KPK yang telah terpilih nanti berasal dari orang-orang yang tidak lagi memiliki kepentingan dan nafsu duniawi.
Dikutip TribunWow.com, mulanya Ngabalin bercerita soal kegelisahan yang dirasakan oleh masyarakat saat adanya revisi undang-undang (UU) KPK.
• Prediksikan Dewas KPK, Arteria Dahlan Malah Disebut Ahli Nujum oleh Pakar Hukum, Begini Reaksinya
Ngabalin menjelaskan bagaimana revisi UU KPK mendapat penolakan yang begitu keras dari masyarakat Indonesia.
Dewas KPK yang ia jamin bersih, menurut Ngabalin adalah jawaban dari kegelisahan masyarakat akan revisi UU KPK.
"Paling tidak itu memberikan jawaban terhadap harapan maupun gundah gulananya masyarakat luas," ujar Ngabalin di acara 'APA KABAR INDONESIA MALAM' Talk Show tvOne, Kamis (19/12/2019).
"Dalam rangka memberikan jawaban kepada publik, karena undang-undang itu pada waktu direvisi itu luar biasa kerasnya."
"Orang meragukan pemerintah, orang meragukan DPR, sampai luar biasa," tambahnya.
Ngabalin menegaskan bahwa orang-orang yang telah dipilih oleh pemerintah merupakan orang-orang yang istimewa.
Orang-orang tersebut menurut Ngabalin dijamin tidak akan menyelewengkan kekuasaan, karena sudah tidak memiliki keinginan duniawi.
"Sehingga kenapa saya harus mengatakan bahwa lima orang, 1 ketua, dan 4 anggota ini, benar-benar adalah manusia-manusia yang sudah selesai dengan urusan dirinya, sudah selesai dengan urusan dunianya," papar Ngabalin.
"Itu artinya manusia setengah dewa, manusia yang memiliki sifat 50 sampai 75 persen sifat-sifat kenabian ada pada mereka," tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, Ngabalin telah mengeluarkan pernyataan soal Dewas KPK yang diibaratkan seperti manusia setengah dewa.
Dikutip dari Kompas.com, Kamis (19/12/2019), dasar Ngabalin melontarkan pernyataan tersebut karena ia meyakini Dewas KPK yang dipilih telah terlepas dari urusan duniawi.
"Lima orang Dewas KPK. Satu ketua dan empat anggota adalah manusia separuh dewa sifatnya. Urusan dunianya sudah selesai," ujarnya saat ditemui di acara Indonesia Podcast Show 02 dalam diskusi bertajuk "Pasti Tanpa Korupsi, Peran Penting Dewan Pengawas KPK" di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (18/12/2019).
Ngabalin tidak memberikan nama-nama yang akan menjadi anggota dan ketua Dewas KPK.
Namun ia menyebutkan kriterianya adalah berasal dari kalangan ahli dan pakar hukum.
"Tentu saja mereka yang mempunyai umur, tapi tidak mustahil orang-orang yang memiliki kapasitas dan keilmuan hukum bisa saja," lanjut Ngabalin.
• Siang Ini, Jokowi Lantik Dewan Pengawas KPK, Berikut Bocorannya
Video dapat dilihat di awal
(TribunWow.com/Anung Malik)