Breaking News:

Isu Radikalisme

Sudjiwo Tedjo Ungkap Makna Radikalisme hingga Singgung soal Iuran BPJS: Sampai Kejang-kejang Diancam

Budayawan Sudjiwo Tedjo mengomentari istilah radikalisme yang kini tengah ramai diperbincangkan publik.

Tangkapan Layar YouTube Indonesia Lawyers Club
Budayawan Sudjiwo Tedjo mengomentari istilah radikalisme yang kini tengah ramai diperbincangkan publik. 

TRIBUNWOW.COM - Budayawan Sudjiwo Tedjo mengomentari istilah radikalisme yang kini tengah ramai diperbincangkan publik.

Hal ini diungkapkan melalui acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (5/11/2019).

Menurut Sudjiwo Tejo, istilah radikal tidak memiliki arti menentang Pancasila.

Sebab, menurutnya Pancasila itu tak pernah ada.

Seniman Sujiwo Tejo mengaku mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk segera menerbitkan Perppu KPK.
Seniman Sujiwo Tejo mengaku mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk segera menerbitkan Perppu KPK. (Tangkapan Layar YouTube Indonesia Lawyers Club)

Kritik Usulan Jokowi soal Istilah Manipulator Agama bagi Pelaku Radikal, Sudjiwo Tedjo: Itu Politisi

Sebelum Bahas Tema, Sudjiwo Tedjo Berani Protes pada Karni Ilyas soal Ini di Depan Ketua Umum ILC

"Pertanyaan saya sekarang, Pancasila itu ada enggak sih? Bagi saya enggak ada pak, jujur," ucap Sudjiwo Tejo.

"Yang ada gambar garuda Pancasila ada, teks Pancasila ada, tapi Pancasila itu enggak ada, siapa yang mau anti terhadap sesuatu yang enggak ada?"

Sudjiwo Tedjo mengungkapkan jika Pancasila ada, masyarakat tak mungkin diharuskan untuk membeli air.

Ia juga menyatakan jika Pancasila ada, semua manusia pasti berlomba-lomba mendekat ke sisi Tuhan.

"Kalau Pancasila itu ada air kita enggak beli, lapangan kerja gampang, perusahaan-perusahaan saldonya nol karena enggak mengejar keuntungan, harta tidak ditulis harta tapi di depan Tuhan," ucap Sudjiwo Tejo.

"Sekarang yang diperjuangkan teman-teman, saya barusan ngisi acara di Jember, Masyarakat Akutansi Multi Paradigma Indonesia, dia akan merancang saldo nol."

Ia lantas memberikan contoh tentang tidak adanya Pancasila dalam masyarakat.

"Itu baru Pancasila, nah ini kan kayak orang sudah menikah Pak Karni, suami istri menikah enggak pernah ngomong, enggak seranjang," ucap Sudjiwo Tedjo.

"Terus bilang ke anaknya, 'Kamu jangan anti-pernikahan ya, bapak ini sama ibumu menikah', itu bukan menikah, kertas nikahnya ada."

Menurutnya, radikal tak dapat diartikan sebagai tindakan anti-pancasila.

"Makanya jangan Radikal adalah yang anti-pancasila, loh pancasilane endi (Pancasilanya mana -red)?," tanya Sudjiwo Tedjo.

"Kayak orang sembahyang, saya pakai sembahyang supaya umum, jadi banyak orang sembahyang tapi sembahyangnya enggak ada."

Lantas, pria asal Jawa Timur itu juga menyinggung soal aktivitas ibadah berbagai umat beragama.

"Sembahyang tapi nonton film buka layar, yang belakang silau, sembahyang tapi buang sampah sembarangan, dia sembahyang tapi sembahyangnya enggak ada," kata Sudjiwo Tedjo.

"Sama aja, Pancasila, pancasilane ora ono (pancasilanya enggak ada -red)."

Soal Radikalisme, Pihak PKS Sindir Pejabat Baru Berapa Hari Bikin Gaduh: Butuh Anggaran Kita Bantu

Soal Kabinet Jokowi yang Bakal Tangkal Radikalisme, Din Syamsuddin: Salah Kaprah

Sudjiwo Tejo menyimpulkan bahwa radikal tak dapat diartikan sebagai tindakan anti-pancasila.

"Jadi devinisi radikal Pak Irfan, jangan yang anti Pancasila, anti sesuatu yang ada gitu loh pak," kata Sudjiwo Tejo.

Ia juga menyinggung nama presiden dan wakil presiden RI.

"Anti Pak Jokowi, anti Pak Ma'ruf Amin, atau anti siapa yang ada, Pancasila enggak ada menurut saya," ujar Sudjiwo Tejo.

Tak hanya itu, Sudjiwo Tedjo juga menyinggung soal iuran Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS).

Diketahui, Jokowi belum lama ini telah menyetujui kenaikan iuran BPJS hingga 100 persen mulai tahun 2020 mendatang. 

"Kalau ada masak iuran kesehatan sampai kejet-kejet  (kejang-kejang -red) masyarakat diancam enggak boleh perpanjang SIM, (pancasila) dari mana gitu loh?," tanya Sudjiwo Tejo.

Lantas, ia juga menyinggung tentang kabar akan bergabungnya Partai NasDem dan PKS.

"Apa gunanya NasDem sama PKS bergabung nanti kalau enggak bayar BPJS, SIM enggak bisa diperpanjang sama paspor?," kata Sudjiwo Tejo.

"Saya tagih kalian, ngapain kalian oposisi?"

Menurutnya, kenaikan tarif iuran BPJS merupakan bentuk tidak adanya pancasila.

"Loh iya, BPJS kan mestinya enak gitu, sekarang kok malah jadi takut orang gitu loh pak, di mana pancasilanya, endi (mana -red)?," ucapnya.

Simak video selengkapnya menit 9.19:

Pada kesempatan itu,  Sudjito Tedjo juga membeberkan pengalamannya bertemu dengan seseorang yang mengenakan rok mini.

Sudjiwo Tedjo mengaku terganggu lantaran melihat wanita memakai rok mini bisa menggugah gairahnya.

"Saya tuh ngelihat rok mini itu terganggu Pak, paling terganggu di bandara Ngurah Rai itu (Denpasar, Bali) di tangga pesawat itu pak, di tangga pesawat itu macet."

"Karena di belakang, penumpang di dalam macet di depan saya rok mini, itu angin kenceng. Wah itu saya bikin lagu," kata Sudjiwo Tedjo.

Mendengar itu, para hadirin tertawa termasuk Karni Ilyas.

Namun, Sudjiwo Tedjo menilai bahwa bukan seorang perempuan yang memakai rok mini saja yang bisa membangkitkan gairahnya.

"Ternyata bukan cuma rok mini yang menganggu, ini kalau mau jujur. Perempuan yang pake jilbab juga," katanya.

"Ah dasar," sela Karni Ilyas sambil tertawa.

"Loh serius ini pak karena perempuan pake jilbab lebih cantik," jawab Sudjiwo Tedjo tegas buat hadirin bertepuk tangan.

Kemudian, Sudjiwo Tedjo menilai bahwa wanita memakai cadarlah yang tidak mengganggu dirinya.

"Saya sering ngapain pake jilbab gombyor-gombyor enggak kelihatan itunya tapi dia pake make up? Itu pertanyaan lama saya. Tetep mengundang pak. Sama dengan rok mini itu dengan segala hormat saya bisa bikin lagu atau menari, atau saya bisa apa, atau saya bisa bikin lukisan," kata dia.

"Nah ternyata ada yang pakai cadar, nah bagi saya tidak akan menganggu lagi karena make up-nya tidak kelihatan lagi," sambung Sudjiwo Tedjo.

Mendengar keluhan Sudjiwo Tedjo, Karni Ilyas masih terus tertawa.

Ia berkelakar menyarankan agar Sudjiwo Tedjo mengenakan penutup mata agar nafsunya tidak mudah bangkit.

"Ternyata mata saja itu sudah hrhrrhrhrhrhrh jadi gimana ini," keluh Sudjiwo Tedjo.

"Apa mata harus ditutup," ujar Karni Ilyas sambil tertawa.

(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami/Mariah Gipty)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Sudjiwo TedjoradikalismeBPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)Pancasila
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved