Terkini Internasional
Pemerintah India Berencana Awasi dan Lacak Pesan di Medsos dan WhatsApp, Ini Alasannya
Rencana pemerintah India untuk mengawasi, mencegat dan melacak pesan di media sosial membuat khawatir pegiat hak sipil - juga perusahaan media sosial.
Editor: Lailatun Niqmah
Pemerintah beranggapan itu tak cukup. Mereka ingin WhatsApp menggunakan alat otomatis untuk mengawasi pesan - seperti di China - dan menghalangi pesan-pesan tertentu.
Pemerintah juga ingin pengirim asli pesan dan video tertentu bisa dilacak.
Jaksa agung India menyatakan kepada Mahkamah Agung bahwa media sosial "tak bisa berbisnis di negara kita apabila mereka tak mau mendekripsi informasi dan menyelidiki pihak yang mengirim dalam kasus-kasus hasutan dan pornografi serta kejahatan-kejahatan lainnya".
Seorang pejabat India -- secara off the record -- menyatakan pengawasan internet di China berlangsung luas dan dalam.
Di aplikasi populer WeChat, pesan-pesan yang mengandung kata terlarang bisa menghilang begitu saja.
Namun menurut WhatsApp, langkah-langkah mereka cukup ampuh.
Label dan pembatasan yang mereka buat mampu mengurangi pesan terusan sebanyak 25%, kata juru bicara mereka.
Ia menambahkan WhatsApp menutup dua juta akun sebulan karena "terlibat dalam penyampaian pesan secara massal atau otomatis".
Mereka juga mengaku mengadakan kampanye publik kepada ratusan juta orang India.
Sementara itu, pegiat kerahasiaan individu khawatir soal tuntutan untuk "melacak" pengirim asli suatu pesan.
Pemerintah mengatakan mereka ingin melacak pesan yang menyebabkan kekerasan dan kematian, tetapi para pegiat khawatir ini akan dipakai untuk membungkam kritik, dengan dampak yang bisa buruk terhadap kebebasan bicara.
Kekhawatiran ini cukup beralasan.
Pengkritik pemerintah soal tindakan keras di Kashmir bulan Agustus lalu atau penulis surat protes kepada Perdana Menteri harus berhadapan dengan tuduhan melakukan hasutan.
"Tuntutan mereka tidak mungkin dilakukan karena enskripsi yang kami pakai," kata Carl Woog, direktur komunikasi global WhatsApp kepada wartawan di Delhi bulan Februari lalu.
"Itu berarti kami harus merombak ulang WhatsApp, dan produknya akan jadi beda."